Aksara SinhalaAksara Sinhala (Sinhala:සිංහල අක්ෂර මාලාව, Sinhala Akṣara Malava) adalah abugida yang digunakan oleh orang Sinhala di Sri Lanka dan di tempat lain untuk menulis bahasa Sinhala serta liturgi bahasa Pali dan bahasa Sanskerta.[1] Aksara Sinhala, yang merupakan salah satu keturunan dari aksara Aksara Brahmi masih berkaitan erat dengan aksara Kadamba dari India Selatan .[2] Aksara Sinhala sering dianggap sebagai dua huruf yang berbeda, atau aksara dalam aksara, karena terdapat dua set huruf. Set yang utama, dikenal sebagai śuddha siṃhala (Sinhala murni, ශුද්ධ සිංහලimg) atau eḷu hōḍiya (huruf Eḷu, එළු හෝඩිය img), dapat mewakili semua fonem asli. Ketika digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta dan Pali, yang digunakan adalah huruf miśra siṃhala (Sinhala campuran, මිශ්ර සිංහලimg).[3] KarakteristikAksara ini ditulis dari kiri ke kanan. Aksara Sinhala adalah sebuah abugida, karena masing-masing konsonan memiliki vokal yang melekat (/a/), dan dapat diubah dengan menggunakan simbol vokal yang berbeda (lihat gambar di sebelah kiri untuk contoh). Sebagian besar huruf Sinhala berbentuk membulat dan hampir tidak ada garis lurus. Hal ini karena aksara Sinhala digunakan untuk menulis pada daun lontar kering, yang akan sulit untuk ditulis bila menggunakan garis lurus. Oleh karenanya, bentuk yang membulat lebih disukai untuk menghindari hal tersebut. Set inti huruf Sinhala disebut sebagai śuddha siṃhala (Sinhala murni, ශුද්ධ සිංහලimg), yang merupakan subset dari huruf miśra siṃhala (Sinhala campuran, මිශ්ර සිංහලimg). Huruf "murni" tersebut berisi semua grafem yang diperlukan untuk menulis Eḷu (Sinhala klasik) seperti yang dijelaskan dalam tata bahasa klasik Sidatsangarā (1300 M). Ini adalah alasan mengapa set ini juga disebut Eḷu hōdiya ("huruf Eḷu" එළු හෝඩියimg). Semua fonem asli dari bahasa Sinhala yang digunakan saat ini dapat direpresentasikan dalam śuddha, sementara bila digunakan untuk menuliskan bahasa Sanskerta dan Pali, maka set huruf yang digunakan adalah miśra siṃhala. Hal ini terutama digunakan sebagai grafem bahasa India Pertengahan yang tidak digunakan lagi bahasa Sinhala.[4] Sinhala memiliki simbol-simbol khusus untuk mewakili angka, yang digunakan sampai awal [19] abad. Sistem ini sekarang digantikan oleh Angka Arab.[5][6] Sejarah dan penggunaanAksara Sinhala berasal dari aksara Brahmi, diduga dibawa dari India bagian Selatan, pada sekitar abad ke-3 SM.[1][7] Hal ini dibuktikan dari temuan tembikar dari Anuradhapura yang bertuliskan Brahmi Selatan, yang berasal dari abad ke-6 SM,[8] ditambah lagi dengan prasasti-prasasti yang berasal dari abad ke-2 SM.[9] Aksara Sinhala dipengaruhi oleh aksara India Selatan pada berbagai tahap perkembangannya, terutama dengan aksara Grantha, aksara Palawa dan aksara Kadamba.[10] Pada sekitar abad ke-9 M, sastra yang ditulis dalam aksara Sinhala telah muncul dan aksara ini mulai digunakan dalam konteks lain. Misalnya, Kanon Pali untuk umat Buddha Theravada di Sri Lanka, yang tertulis dalam bahasa Pali, menggunakan aksara Sinhala. Saat ini, aksara ini digunakan oleh sekitar 16,000,000 orang-orang untuk menulis bahasa Sinhala dalam beragam konteks, seperti koran, iklan TV, pemerintah pengumuman, grafiti, dan buku sekolah. Grafem ŚuddhaGrafem Śuddha adalah huruf utama aksara Sinhala yang digunakan sehari-hari. Setiap urutan bunyi dalam bahasa Sinhala saat ini dapat diwakili oleh grafem tersebut. Selain itu, śuddha terdiri atas grafem untuk retrofleks (ḷ) dan (ṇ), yang tidak lagi digunakan dalam fonemik modern Sinhala. Dua huruf tersebut diperlukan dalam menuliskan huruf Eḷu, namun kedua huruf tersebut kini tidak digunakan lagi. Meski demikian, kata-kata yang secara historis mengandung dua fonem tersebut masih sering ditulis dengan grafem yang mewakili bunyi retrofleks. KonsonanHuruf śuddha terdiri dari 8 plosif, 2 frikatif, 2 affrikate, 2 nasal, 2 konsonan cair dan 2 semivokal. Selain itu, ada dua grafem untuk retroflex suara /ɭ/ dan /ɳ/, yang tidak dipakai dalam fonemik modern Sinhala, namun masih menjadi bagian dari set śuddha. Karakteristik
VokalVokal memiliki dua bentuk: independen dan diakritik. Bentuk independen ini digunakan ketika vokal tidak mengikuti konsonan, misalnya di awal kata. Diakritik digunakan ketika terdapat vokal yang mengikuti konsonan. Tergantung pada vokal, diakritik dapat pasang di beberapa tempat. Diakritik untuk bunyi (i) diletakkan di atas konsonan, diakritik untuk bunyi (u), diletakkan di bawah huruf, diakritik untuk bunyi (ā) diletakkan di belakang huruf, sementara diakritik untuk bunyi (e), diletakkan di depan huruf. Diakritik bunyi (o) letaknya kombinasi dari letak bunyi (e) dan bunyi (ā). Sementara <a,e,i,o> regular, diakritik untuk (u) mengambil bentuk yang berbeda sesuai dengan posisi konsonan tersebut. Salah satu yang paling umum direpresentasikan pada gambar di sebelah kanan untuk konsonan ප (p). Bentuk K tersebut digunakan untuk beberapa konsonan akhir di sudut kanan bawah (ක (k),ග (g), ත(t), tetapi tidak න (n) atau හ (h)). Kombinasi antara ර(r) atau ළ (ḷ) dengan (u) memiliki bentuk yang istimewa.[11]
Pada aksara Sinhala, diakritik disebut sebagai පිලි pili ( stroke vokal). Sementara දිග diga berarti "panjang" karena vokal terdengar lebih panjang dan දෙක deka berarti "dua" karena tekanannya dua kali lipat ketika ditulis.
MiśraHuruf miśra merupakan superset dari śuddha. Huruf ini merupakan tambahan untuk mewakili bunyi aspirasi, retrofleks dan sibilan, yang tidak digunakan dalam bahasa Sinhala saat ini, tetapi diperlukan untuk menuliskan kata-kata non-Sinhala, seperti kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta, Pali atau bahasa inggris. Dari sudut pandang fonemik murni, tidak ada manfaat dalam menggunakan huruf tersebut, dan mereka dapat diganti dengan menggunakan huruf śuddha.
Ada enam tambahan diakritik vokal dalam huruf miśra. Dua diftong cukup umum digunakan, sedangkan "suku kata" ṛ jauh lebih jarang digunakan, dan "suku kata" ḷ sudah tidak digunakan sama sekali. Yang terakhir hampir secara khusus hanya ditemukan dalam kata-kata pinjaman dari bahasa Sanskerta.[13]
Kesamaan dengan aksara lainSinhala merupakan salah satu anggota aksara Brahmik, dengan demikian memiliki banyak kesamaan dengan anggota keluarga lainnya, seperti aksara Kannada, Malayalam, Telugu, Tamil. Sebagai contoh, /a/ adalah vokal yang melekat dalam semua aksara ini.[1] Kesamaan lain diantaranya diakritik untuk ⟨ai⟩ (ai) dan diakritik untuk bunyi (au) yang terdiri atas diakritik bunyi (e) dan (ḷ).
Demikian juga halnya dengan kombinasi diakritik untuk (e) dan (ā) serta diakritik untuk (o) dalam semua aksara ini.
Catatan
Referensi
|