Badai Pasti Berlalu (film 1977)
Badai Pasti Berlalu ([ˈbadai ˈpasti bərˈlalu], bahasa Inggris: We Can Go Through All of This) adalah sebuah film drama Indonesia yang dirilis pada tahun 1977. Film ini disutradarai oleh Teguh Karya yang diangkat dari novel berjudul sama karangan Marga T, terbitan Maret 1974. Novel ini sempat pula dimuat sebagai cerita bersambung di harian Kompas dari tanggal 5 Juni 1972 hingga 2 September 1972.[3] Film ini dibintangi oleh Christine Hakim, Roy Marten dan Slamet Rahardjo.[4] Pada tahun 2007, film ini dibuat versi daur ulangnya oleh sutradara Teddy Soeriaatmadja dan diproduksi oleh Astral Pictures.[5][6] SinopsisFilm ini berkisah tentang Siska (Christine Hakim) yang patah hati karena tunangannya membatalkan perkawinan mereka dan menikah dengan gadis lain. Siska yang kehilangan semangat hidup memutuskan keluar dari pekerjaannya dan hidup menyendiri. Leo, sahabat Jhonny, kakak Siska, mendekatinya untuk memenangkan taruhan dengan teman-temannya untuk menaklukkan Siska. Leo yang ’Don Juan’ berhasil membangkitkan semangat hidup Siska yang sudah terlelap dalam apati dan beku bagaikan gunung es, tetapi ia sendiri benar-benar jatuh hati kepada gadis itu. Kesalahpahaman terjadi di antara mereka, menyebabkan mereka tidak bisa bersatu. Lalu, muncul pula Helmi, seniman pegawai klub malam, seorang pemuda yang lincah, perayu, dan licik. Badai demi badai yang hitam pekat melanda hati Siska. Namun, memang badai akhirnya pasti berlalu. Pemain
ProduksiTeguh Karya merasa terpaksa dalam pembuatan film Badai Pasti Berlalu. Ia kemudian menceritakannya pada Pikiran Rakyat bahwa ia
Sempat terjadi konflik antara Teguh Karya dan komposer Erros Djarot. Teguh tidak menyetujui pilihan Erros terhadap Berlian Hutauruk untuk mengisi jalur suara film ini. Teguh menganggap suara Berlian melengking, dan ia bahkan berkata "Suara apa ini... seperti suara Kuntilanak"[7] dan bersikeras bahwa Anna Mathovani, dengan vokalnya yang lebih halus, lebih pas untuk menyanyi di film ini. Namun, saat Erros mengancam menarik diri dari semua proyek ilustrasi musik dalam film tersebut, Teguh akhirnya mengalah.[8] Jalur suaraAlbum jalur suara dengan nama sama direkam dan dirilis oleh Irama Mas pada tahun 1977. Album ini mempertemukan kembali Erros Djarot dengan Chrisye, Berlian Hutauruk, dan Yockie Suryo Prayogo; Fariz Rustam Munaf bergabung untuk album tersebut juga. Rilis album tersebut menerima beragam pujian dan pengakuan dari masyarakat.[9] Jalur suara versi daur ulang dirilis oleh Sony BMG Indonesia pada tahun 2007. Album jalur suara tersebut dibuat oleh pianis Andi Rianto, dengan vokal yang diisi oleh banyak musisi, termasuk Ari Lasso, Andy /rif, Marshanda, dan Glenn Fredly.[9] Penerimaan dan penghargaanBadai Pasti Berlalu menerima sejumlah penghargaan. Pada Festival Film Indonesia 1977 di Ujung Pandang, film ini meraih empat penghargaan Piala Citra, yaitu pada kategori Sinematografi Terbaik (Lukman Hakim Nain), Penyunting Gambar Terbaik (Tantra Surjadi), Tata Suara Terbaik (Suparman Sidik), dan Tata Musik Terbaik (Erros Djarot). Film ini juga menerima penghargaan Piala Antemas Festival Film Indonesia 1979 sebagai film Indonesia paling laris pada musim 1977–1978 dan film terlaris kedua di Jakarta,[10] dengan jumlah penonton 212.551 orang.[1] Tabloid Bintang menganggap Badai Pasti Berlalu sebagai film Indonesia terbaik kelima sepanjang masa,[1] sementara Rolling Stone Indonesia memasukkan album jalur suara film ini sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa.[11] Pembuatan ulangFilm ini dibuat versi daur ulangnya yang dirilis pada tahun 2007. Versi daur ulang ini disutradarai oleh Teddy Soeriaatmadja serta dibintangi Raihaanun sebagai Siska, Vino Bastian sebagai Leo, dan Winky Wiryawan sebagai Helmi.[12] Referensi
Pranala luar
|