Share to:

 

Distrik Tabalong

Kabupaten Tabalong

Peta Zuid en Ooster Afdeeling van Borneo, Distrik Tabalong no. XII

Distrik Tabalong (Tebalong) adalah bekas distrik (kedemangan) yang merupakan bagian dari wilayah administratif Onderafdeeling Amuntai, Tabalong dan Kelua pada zaman kolonial Hindia Belanda dahulu. Daerah ini juga dinamakan Pandan Arum. Sebutan untuk Kepala Distrik Tabalong adalah Kepala Sungai Tabalong Kanan dan Tabalong Kiri.

Pada tanggal 26 Januari 1859, Belanda melantik Kiai Danuraja sebagai Kepala Sungai Banar (Distrik Amuntai) dan anaknya Tumenggung Jaya Negara sebagai Kepala Sungai Tabalong Kanan dan Kiri.

Distrik Tabalong pernah dipimpin oleh Kepala Distrik (districhoofd) yaitu

Tahun Districtshoofd Panghoeloe (Kepala Adat dan Hukum Islam)
1861 Kiai Ngabehi Mangoen Yoeda[1] -
1862 Kiai Ngabei Mangoen Yoeda[2][3] Toean Poendoe[3]
1863 Kiai Demang Mangoen Yoedaa[4] Hadji Pandoeh[4]
1868 Kiai Mas Wira Negara[5] Toean Pandoeh[5]
1870 Kjahi Majasin[6] Toean Pandoeh[6]
1871 Moehammad Oemar Said[7] Hadji Mat Said[7]
1898 Kiai Mohamad Seman[8][9]
  • 1906 : Kiai Liwon[10]

Tahun 1906 kontrak royalti minyak bumi dibuat pemerintah kolonial dengan Dorstsche Petroleum Mij. di Tanjung pada Distrik Tabalong.[11]

Penduduk

Penduduk asli Batang Tabalong merupakan orang Hulu Sungai dan Dayak Bukit yang menjadi penduduk Daerah Aliran Sungai (DAS) Batang Tabalong yang telah ditaklukan oleh Mantri Panganan (Datok Menteri Bentara Kanan) yang bernama Aria Magatsari atas perintah Maharaja Negara Dipa yaitu Ampu Jatmaka yang bergelar Maharaja di Candi.[12] Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan:

Kemudian daripada itu maka raja itu menyuruh Aria Magatsari menundukkan batang Tabalong dan batang Balangan dan batang Pitap serta bukitnya. Maka sekalian itu sama tunduk; sama suka hatinya karena bartantu tata perintahnya Aria Magatsari itu. Sekalian menteri-menteri itu sama dibawa Aria Magatsari menghadap maharaja Negara Dipa itu serta persembahannya. Maka kata raja Negara Dipa: "Hai sekalian kamu menteri sakai, engkau kuserahkan pada Aria Magatsari itu memerintah kamu. Maka pada tiap-tiap musim jangan kamu menanti dimudiki, kamu hantarkan sendiri upeti kamu. Jangan kamu lalai, niscaya kamu beroleh perintah kesakitan." Maka sembah segala menteri sakai itu: Hamba junjung sabda tuanku itu atas batu kepala patik."[13]

Hikayat Banjar dan Kotawaringin menyebutkan pula:

Tatkala Aria Magatsari menyerang menundukkan segala orang batang Tabalong dan batang Balangan dan batang Pitap dan serta Bukitnya itu membawa orang seribu, dan Tumanggung Tatah Jiwa membawa orang seribu tatkala ia menundukkan orang batang Alai dan Hamandit dan Labuhan Amas serta Bukitnya itu. Jumlahnya orang dua ribu itu seorang pun itu tiada mati, daripada bijaksananya Aria Magatsari dan Tumanggung Tatah Jiwa itu. Maka sekalian mereka itu tunduk dan kasih hatinya itu.[13]

Sekarang ini bekas wilayah distrik ini termasuk dalam wilayah Kabupaten Tabalong. Suku Banjar yang mendiami wilayah bekas distrik ini disebut Orang Tanjung atau Puak Tanjung sedangkan suku Dayaknya, antara lain Dayak Warukin (bagian dari suku Dayak Maanyan), suku Dayak Dusun Deyah dan lain-lain.

Kantor DPRD Kabupaten Tabalong (dulu disebut Distrik Tabalong).

Bahasa

Bahasa yang digunakan pada Distrik Tabalong (atau Tanjung) adalah bahasa rumpun Dayak yaitu bahasa Dayak Maanyan, bahasa Dayak Dusun Deyah, bahasa Lawangan dan bahasa Banjar (dialek Tanjung, dialek Tanta, dan lain-lain).

Indonesia Banjar Tanjung Banjar standar/Martapura
diriku (daku) awag sawrang (sorang)
berenang bananang bakunyung
seperti ilah nangkaya
aku aku aku
kamu kawu ikam
bangun kesiangan malalur malandau
kemarin sumalam samalam
tempo hari halam dahulu
halaman rumah tungkaran halaman
kepala kupala kapala
besar genal ganal

Lihat pula

Referensi

  1. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1861). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 34. Lands Drukkery. hlm. 133. 
  2. ^ (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1862). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 35. Lands Drukkery. hlm. 136. 
  3. ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1862). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 36. Lands Drukkery. hlm. 140. 
  4. ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1863). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 37. Lands Drukkery. hlm. 147. 
  5. ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1868). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 41. Lands Drukkery. hlm. 138. 
  6. ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1870). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 43. Lands Drukkery. hlm. 180. 
  7. ^ a b (Belanda) Landsdrukkerij (Batavia), Landsdrukkerij (Batavia) (1871). Almanak van Nederlandsch-Indië voor het jaar. 44. Lands Drukkery. hlm. 197. 
  8. ^ Saleh, Idwar; SEJARAH DAERAH TEMATIS Zaman Kebangkitan Nasional (1900-1942) di Kalimantan Selatan, Depdikbud, Jakarta, 1986.
  9. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie (dalam bahasa Belanda). Dutch East Indies. 1898. hlm. 231. 
  10. ^ Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie (dalam bahasa Belanda). Dutch East Indies. 1906. hlm. 243. 
  11. ^ (Belanda) Koninklijk Nederlands Geologisch Mijnbouwkundig Genootschap (1914). "Jaarboek". 
  12. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-22. Diakses tanggal 2016-10-30. 
  13. ^ a b (Melayu)Ras, Johannes Jacobus (1990). Hikayat Banjar diterjemahkan oleh Siti Hawa Salleh. Malaysia: Percetakan Dewan Bahasa dan Pustaka. ISBN 9789836212405. ISBN 983-62-1240-X

Pranala luar

Kembali kehalaman sebelumnya