Internal Communications: Thales Communication's Fibre Optical COmmunications Network (FOCON) or EID's ICCS where on-board users have access to internal and/or external communication channels and integrated remote control of communications equipment
Kapal perang ini dirancang sebagai fregat multi-misi yang mampu menjalani peran peperangan anti-pesawat dengan rudal permukaan-ke-udara, peperangan anti-permukaan dengan rudal Exocet yang kuat, peperangan anti-kapal selam dengan sonar yang dipasang di lambung kapal, torpedo dan helikopter ASW.[15]
Sejarah
Pada tanggal 5 Juni 2012, Kementerian Pertahanan Indonesia secara resmi menandatangani kontrak pengadaan dengan Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) untuk membangun fregat Sigma 10514 pertama untuk Angkatan Laut Indonesia dengan nilai $220 juta. Pengadaan kapal ini bertujuan untuk memperkuat persenjataan TNI Angkatan Laut dan memberikan efek jera bagi pihak manapun yang berniat mengganggu kedaulatan dan keutuhan wilayah Indonesia. Skema Transfer of Technology (ToT) diterapkan selama pembangunan kapal ini ke PT PAL Indonesia.[16] Pada Februari 2013, kontrak untuk pembangunan fregat Sigma kedua ditandatangani.[17]
KRI Raden Eddy Martadinata (331), kapal pemimpin di kelasnya, ditugaskan pada 7 April 2017 di Tanjung Priok.[18] Kapal kedua, KRI I Gusti Ngurah Rai (332), diluncurkan pada September 2016. I Gusti Ngurah Rai diserahkan pada 30 Oktober 2017. Pada 2 November 2017, dilaporkan masih ada pekerjaan yang harus diselesaikan baik di Belanda dan Indonesia sebelum kapal siap melayani. Diperkirakan juga akan ada periode pelatihan selama tiga bulan untuk kru kapal.[19] Fregat kedua ditugaskan pada 10 Januari 2018.
Kapal-kapal ini dibangun tanpa dilengkapi beberapa sistem dan peralatan utama, yaitu rudal permukaan-ke-udara VL-MICA, rudal anti-kapal MM40 Exocet blok III, sistem senjata jarak dekat Rheinmetall Millennium dan sistem peperangan elektronik utama (ECM/ ESM). Mereka direncanakan untuk dipasang nanti (FFBNW) selama masa pakainya.[20] Kelas tersebut akhirnya menerima kelengkapan sistem dan perlengkapan FFBNW pada Desember 2019 untuk KRI Raden Eddy Martadinata (331) dan pada Maret 2020 untuk KRI I Gusti Ngurah Rai (332).[21]
Karakteristik
Fregat kelas Martadinata memiliki panjang 105,11 m, lebar 14,2 m, kecepatan maksimum hingga 28 knot (51.86 km/jam), berlayar hingga 5.000 mil laut (9,260.00 km; 5,753.90 mil) dengan kecepatan 14 knot (25.93 km/jam) dan memiliki daya tahan layar sampai dengan 20 hari. Kapal-kapal ini dilengkapi dengan peralatan persenjataan modern yang terintegrasi dengan combat management system (CMS). Selain itu, dia juga memiliki desain siluman seperti penampang radar rendah, tanda inframerah rendah, tanda kebisingan rendah, membuatnya lebih sulit dideteksi oleh radar kapal lain. Dia juga mampu melakukan perang permukaan, udara, bawah air, dan elektronik.[22]
^ abcdefghi"Platform 1880". thales7seas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 August 2018. Diakses tanggal 11 February 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-13. Diakses tanggal 2019-01-13.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-01-16. Diakses tanggal 2019-01-16.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Archived copy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-19. Diakses tanggal 2019-01-16.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)