Gunung Sindoro
Gunung Sindoro atau Gunung Sundoro (puncak ketinggian 3.153 mdpl) (bahasa Jawa: ꦒꦸꦤꦸꦁꦱꦸꦤ꧀ꦢꦫ, translit. Gunung Sundara) merupakan sebuah gunung stratovolcano aktif yang terletak di Jawa Tengah, Indonesia, dengan Temanggung sebagai kota terdekat. Gunung Sindoro terletak berdampingan dengan Gunung Sumbing. Gunung Sindara dapat terlihat jelas dari puncak sikunir dieng Kawah yang disertai jurang dapat ditemukan di sisi barat laut ke selatan gunung, dan yang terbesar disebut Kembang. Sebuah kubah lava kecil menempati puncak gunung berapi. Sejarah letusan Gunung Sindara yang telah terjadi sebagian besar berjenis ringan sampai sedang (letusan freatik). Hutan di kawasan Gunung Sundoro berjenis Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung. Asal usulNama Sindoro berasal dari bahasa Sansekerta "Sundara" (सुन्दर) yang berarti 'indah'. Bentuk feminim dari Sundara adalah Sundari yang memiliki arti 'cantik'. Asal usul nama itu diperkuat dengan Manuskrip Bujangga Manik ketika dia sedang melewati dataran tinggi Dieng[2]:
Namun pada masa selanjutnya Berubah atau lebih akrab disebut Gunung Sindoro. Nama dari Gunung Sindoro menjadi inspirasi dari nama Kereta api Argo Sindoro, kereta api eksekutif argo yang melayani Semarang Tawang-Gambir. Sultan kedua dari Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat, Sultan Hamengkubuwana II juga dilahirkan di lereng gunung ini pada tanggal 7 Maret tahun 1750. GeografiDi sekitar Gunung Sundoro terdapat Gunung Sumbing di sebelah tenggara dan Pegunungan Dieng di sebelah barat. Secara administratif, gunung ini terbagi antara Kabupaten Temanggung di sisi timur dan Kabupaten Wonosobo di sisi barat. GeologiSejarah LetusanSejarah mengenai letusan yang terjadi di Gunung Sindoro tidak banyak diketahui, namun letusan baru mulai tercatat sejak abad ke-19. Berikut ini adalah daftar letusan maupun peningatan aktivitas vulkanik Gunung Sindoro yang terjadi sejak Abad ke-19 Masehi:
Hamidi dan Hadian (Juni 1973), telah melakukan pendakian puncak, demikian pula Reksowirogo, tetapi tidak tampak bekas peningkatan aktivitas vulkanik tersebut.
Karakter LetusanDari sejarah dan endapan hasil letusannya, diperkirakan letusan tipe strombolian mendominasi karakter letusan Gunung Sindoro. Peningkatan Aktivitas Vulkanik, Desember 2011PVMBG (Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi) meningkatkan status Gunung Sindoro dari Aktif Normal (Level I) menjadi Waspada (Level II), terhitung mulai 5 Desember 2011 pukul 20.00 WIB. Peningkatan aktivitas Gunung Sindoro teramati dengan meningkatnya aktivitas kegempaan dan visual, terutama Gempa Vulkanik Dalam dan Vulkanik Dangkal. Gempa Vulkanik Dalam dan Gempa Vulkanik Dangkal mulai meningkat bulan November 2011, dan cenderung mengalami peningkatan hingga Desember 2011. Hasil 2 kali pengamatan visual dan pengukuran suhu di kawah puncak pada beberapa titik di sekitar kawah, yaitu tanggal 26 November 2011, dan 2 Desember 2011, menunjukkan adanya kepulan asap dari fumarol dengan temperatur rata-rata sebesar 75 °C pada 26 Oktober, dan 95 °C pada 2 November. Pada tanggal 2 November tinggi asap fumarol sudah melewati bibir kawah gunung (sekitar beberapa puluh meter) dengan tekanan asap lemah-sedang. Status Gunung Sindoro kembali diturunkan menjadi Aktif Normal (Level I) pada 30 Maret 2012, terhitung mulai pukul 14.00 WIB menyusul terjadinya penurunan aktivitas vulkanik secara visual maupun kegempaan. Dari hasil pengamatan, teramati aktivitas vulkanik secara visual maupun kegempaan cenderung mengalami penurunan dan tidak mengalami peningkatan. Lihat pulaPranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Mount Sundoro.
Galeri
Referensi
|