Jang Sa-ik
Jang Sa-ik adalah penyanyi dan pencipta lagu asal Korea Selatan. Ia dikenal berkat lagu-lagu bernada sentimental seperti "Jillekot" (Bunga Mawar Liar), "Kkotgugyeong" (Wisata Bunga), "Dongbaek Agassi" (Nona Dongbaek) serta lagu rakyat Korea, Arirang. Ia memulai karier musiknya agak terlambat, yakni pada usia 46 tahun dan menjadi terkenal lewat konser-konsernya di Korea dan luar negeri. Karier awalJang Sa-ik lahir di Hongseong, Chungcheong Selatan pada tahun 1949. Ayahnya adalah pemain taepyeongso, terompet tradisional Korea.[1] Walaupun berasal dari keluarga seniman, Jang Sa-ik pada awalnya tidak tertarik dengan dunia musik. Ia belajar main taepyeongso pada tahun 1980 namun baru serius menekuni alat musik itu pada tahun 1993. Masa mudanya dihabiskan dengan bekerja serabutan, mulai dari agen asuransi, sales barang elektronik dan montir.[1] Berhenti dari pekerjaan sehari-harinya, Jang Sa-ik didorong oleh teman-temannya untuk menjadi penyanyi. Karena termotivasi, Jang mengadakan penampilan pertamanya di Universitas Hongik pada tahun 1994.[1] Tak disangka-sangka, konser yang hanya menyediakan 100 kursi itu membludak. Selama 2 hari, sebanyak 800 orang menyaksikan penampilannya. Setelah itu ia merilis album pertama, "Haneul Ganeun Gil" (Jalan Ke Surga). Genre dan warna musikJang Sa-ik mengatakan ia tak pernah bermpimpi jadi penyanyi. Teman-temannyalah yang memberi dukungan penuh. Menjadi seniman baginya adalah takdir. Dari musiknya, Jang Sa-ik menyanyikan lagu pop yang dicampur warna musik tradisional Korea, jazz, trot, pansori, soul dan blues.[2] Dalam penampilannya, ia selalu memakai hanbok dan sering kali dikira mengusung musik tradisional, padahal ia sendiri mendengarkan bermacam-macam jenis musik dan memainkannya dengan bebas tanpa batasan. Mengenai genre musik, Jang berkata: "Musik saya tak bisa dijelaskan dalam 1 genre saja. Saya bernyanyi, saya bercerita, saya berteriak, berakting. Saya berimprovisasi. Alami dan spontan tetapi menyentuh dan mengilhami penonton. Mungkin karena sifat alami musik yang tak terbatas sehingga bisa dirasakan oleh penonton internasional."[2] Lagu-lagu yang diciptakan Jang Sa-ik berasal dari pengalaman yang ia dapat ketika masih muda. Kesusahan yang pernah dirasakannya ditulis dalam lagu-lagu yang sentimental dan emosional bagi pendengarnya. Tema-tema berkisar dari kesedihan, kesusahan, kemarahan, kematian dan kenyataan dalam hidup.[3] Lagu "Brier Flower" diciptakannya atas pengalaman frustrasi di usia 40 tahunan. Lagu "Gichim" (batuk) ditulisnya berdasarkan kematian sang bapak akibat kanker paru-paru.[3] Dengan warna vibrato, suaranya dapat mengantarkan lagu-lagu bernada tinggi dan panjang. Para penontonnya paling terharu ketika Jang Sa-ik menyanyi lagu rakyat Korea, Arirang. Kualitas melankolis yang dibawanya konon dapat mengekspresikan "han", perasaan sakit dan sedih khas rakyat Korea.[4] Jang Sa-ik lebih dikenal dalam penampilan langsung di atas panggung. Ia tidak sering tampil di televisi dan radio pun tidak memutar lagu-lagunya. Dalam konser di luar negeri, walau terkendala bahasa, penampilannya selalu dipuji dan penonton meminta encore. Album
Pranala luar
Referensi
|