Nadiem Makarim
Nadiem Anwar Makarim (lahir 4 Juli 1984)[1] adalah seorang pengusaha berkebangsaan Indonesia yang pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024. Pada 23 Oktober 2019 ia dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, yang kemudian jabatannya dilebur dengan jabatan Menteri Riset dan Teknologi pada April 2021[2]. Ia merupakan pendiri Gojek, sebuah perusahaan transportasi dan penyedia jasa berbasis daring yang beroperasi di Indonesia dan sejumlah negara di Asia Tenggara seperti Singapura, Vietnam, dan Thailand.[3] Latar belakangNadiem Anwar Makarim adalah putra dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri. Nadiem memiliki latar belakang yang beragam. Dari ayahnya ia merupakan keturunan Arab-Minang, sedangkan dari ibunya campuran Arab-Jawa-Madura.[4] Ayahnya adalah seorang aktivis dan pengacara terkemuka, sedangkan ibunya merupakan penulis lepas, putri dari Hamid Algadri, salah seorang perintis kemerdekaan Indonesia.[5] PendidikanNadiem menjalani proses pendidikan dasar hingga SMA berpindah-pindah dari Jakarta ke Singapura. Pada saat SD ia menimba ilmu di SD Al Izhar, Pondok Labu, Jakarta[6]. Kemudian selepas menyelesaikan pendidikan SMA-nya di Singapura, pada tahun 2002 ia mengambil jurusan Hubungan Internasional di Universitas Brown, Amerika Serikat.[7] Nadiem sempat mengikuti pertukaran pelajar di London School of Economics.[8] Setelah memperoleh gelar sarjana pada tahun 2006, tiga tahun kemudian ia mengambil pascasarjana dan meraih gelar Master of Business Administration di Harvard Business School.[9] Karier dan BisnisPada tahun 2006, Nadiem memulai kariernya sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company. Setelah memperoleh gelar MBA, ia terjun sebagai pengusaha dengan mendirikan Zalora Indonesia. Di perusahaan tersebut ia juga menjabat sebagai Managing Editor. Setelah keluar dari Zalora, ia kemudian menjabat sebagai Chief Innovation Officer (CIO) Kartuku, sebelum akhirnya fokus mengembangkan Gojek yang telah ia rintis sejak tahun 2011.[10][11] Saat ini Gojek merupakan perusahaan rintisan terbesar di Indonesia. Pada bulan Agustus 2016, perusahaan ini memperoleh pendanaan sebesar US$550 juta atau sekitar Rp7,2 triliun dari konsorsium yang terdiri dari KKR, Sequoia Capital, Capital Group, Rakuten Ventures, NSI Ventures, Northstar Group, DST Global, Farallon Capital Management, Warburg Pincus, dan Formation Group.[12] McKinsey & Co (2006–2009)Setelah menyelesaikan sekolahnya di Harvard dengan gelar MBA, Nadiem memutuskan untuk pulang ke tanah air dan bekerja di McKinsey & Co. Nadiem menjadi konsultan McKinsey selama 3 tahun.[13] Zalora Indonesia (2011–2012)Nadiem menjadi Co-Founder dan Managing Director Zalora Indonesia pada tahun 2011. Pada 2012, Nadiem memutuskan keluar dari Zalora untuk membangun perusahaan rintisan (startup) sendiri, termasuk Gojek yang pada waktu itu memiliki 15 karyawan dan 450 mitra driver. Ia mengaku telah belajar cukup banyak di Zalora, yang merupakan tujuan utamanya ketika menerima pekerjaan di perusahaan itu. Di Zalora, Nadiem memiliki kesempatan membangun perusahaan rintisan besar dan bekerja dengan sejumlah talenta terbaik di kawasan Asia.[14] Kartuku (2013–2014)Sambil mengembangkan Gojek, Nadiem juga menjadi Chief Innovation Officer Kartuku setelah keluar dari Zalora.[15] Saat awal berdiri, Kartuku tidak ada kompetitor dalam sistem pembayaran non-tunai di Indonesia.[14] Kartuku kemudian diakuisisi Gojek untuk memperkuat GoPay.[16] Gojek (2010–2019)Nadiem mendirikan Gojek pada 2010 dan kini Gojek sudah menjadi salah satu dari 19 dekakorn di dunia, dengan valuasi Gojek mencapai US$10 miliar.[17] Gojek pertama kali berdiri sebagai pusat panggilan, menawarkan hanya pengiriman barang dan layanan ride-hailing dengan sepeda motor. Sekarang, Gojek telah bertransformasi menjadi aplikasi besar, menyediakan lebih dari 20 layanan, mulai dari transportasi, pengantaran makanan, kebutuhan sehari-hari, pijat, bersih-bersih rumah, logistik hingga platform pembayaran digital yang dikenal dengan GoPay.[18] Karier bisnis Nadiem Makarim di Gojek membawanya masuk dalam daftar 150 orang terkaya di Indonesia versi Majalah Globe Asia.[19] Nadiem Makarim diperkirakan memiliki nilai kekayaan mencapai US$100 juta.[19] Jabatannya sebagai Menteri (2019–2024)Selama lima tahun memimpin Kemendikbudristek, Nadiem Makarim memiliki berbagai inisiatif dan inovasi besar, terutama melalui gerakan Merdeka Belajar. Gerakan ini didasari cita-cita Ki Hadjar Dewantara untuk menuntun bakat, minat, dan potensi anak dalam pembelajaran. 1. Gerakan Merdeka Belajar Program Merdeka Belajar yang diluncurkan oleh Nadiem pada tahun 2019 merupakan salah satu terobosan terbesar di sektor pendidikan. Hingga tahun 2024, program ini telah mencapai 26 episode, masing-masing berfokus pada aspek-aspek kunci pendidikan di Indonesia dengan menyentuh berbagai pemangku kepentingan. Beberapa kebijakan yang termasuk dalam program ini antara lain:
2. Pujian sebagai Menteri Penuh Terobosan Nadiem sering disebut sebagai salah satu menteri dengan terobosan paling banyak di kabinet Jokowi, khususnya karena keberaniannya dalam memperkenalkan reformasi yang radikal di sektor pendidikan. DPR menilaiNadiem Makarim telah banyak meluncurkan terobosan di bidang pendidikan. Misalnya, selama 2,5 tahun pertamanya, Nadiem melalui Kemendikbudristek telah meluncurkan 21 episode Merdeka Belajar untuk berbagai pemangku kepentingan pendidikan dan kebudayaan. Survei publik melalui Tempo Data Science menunjukkan dukungan yang kuat terhadap program Merdeka Belajar, yang dianggap memberikan manfaat bagi semua kelompok responden, publik pun berharap program Merdeka Belajar tetap berlanjut di pemerintahan berikutnya[23][24]. 3. Peningkatan Kualitas dan Kesejahteraan Guru Salah satu terobosan Nadiem adalah meningkatkan kualitas guru melalui Program Guru Penggerak, yang dirancang untuk melahirkan pemimpin-pemimpin pembelajaran di sekolah-sekolah. Guru Penggerak adalah inisiatif yang melibatkan pelatihan dan pendampingan guru agar mereka bisa menjadi penggerak perubahan dalam praktik pembelajaran di kelas, sekaligus memperkuat komunitas pendidikan di daerah masing-masing. Guru yang terpilih akan mendapatkan kesempatan untuk lebih berkembang melalui pelatihan intensif, mentoring, dan dukungan lainnya. Guru Penggerak tidak hanya diharapkan menjadi pendidik yang berkualitas, tetapi juga mampu menjadi pemimpin di sekolahnya untuk mendorong inovasi dalam mengajar[25]. Selain itu, Nadiem juga turut menciptakan platform pembelajaran sukarela untuk guru guna meningkatkan kompetensi guru, tetruama selama pandemi COVID-19. Nadiem mempercepat digitalisasi pendidikan melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) dan Ayo Guru Berbagi, yang membantu guru meningkatkan kompetensi dan berbagi metode pembelajaran secara online. Melalui platform ini, guru mendapatkan akses ke sumber daya pendidikan yang lebih luas, termasuk pelatihan daring yang memperkaya kemampuan pedagogis dan teknologi. UNICEF bahkan menyebut bahwa Indonesia menjadi pemimpin inisiatif pendidikan digital di dunia[26][27]. 4. Pengangkatan Guru Honorer melalui PPPK Kebijakan yang menonjol lainnya adalah rekrutmen guru honorer melalui jalur Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Program ini ditujukan untuk memberikan status dan penghargaan yang lebih baik kepada guru-guru honorer di seluruh Indonesia. Sebelumnya, banyak guru honorer yang mengalami ketidakpastian karier dan pendapatan, sehingga PPPK menawarkan solusi dengan status lebih jelas serta gaji yang layak. Rekrutmen PPPK ini secara bertahap diimplementasikan, dengan ribuan guru honorer diangkat menjadi guru tetap di bawah PPPK. Kebijakan ini telah menjadi salah satu langkah penting dalam meningkatkan kesejahteraan guru dan mendorong profesionalisme mereka Salah satu pencapaian siginfikan yakni pengangkatan lebih dari 700 ribu guru honorer menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN) melalui skema Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). Dengan status ASN PPPK ini, para guru dapat memiliki akses terhadap sejumlah fasilitas dan tunjangan yang sebelumnya sulit dijangkau.Berdasarkan data Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) per Agustus 2024, pada tahun 2020 ketika ASN PPPK dicanangkan pertama kali, terdapat lebih dari 1,2 juta guru non ASN. Dalam kurun waktu 2021 hingga 2023, sebanyak 774.999 guru ASN PPPK telah diangkat. Di mana Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah ASN guru sebanyak 61 persen dalam tiga tahun terakhir[28]. Prestasi dan pengakuan
Organisasi InternasionalBersama dengan Melinda Gates dan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Sri Mulyani, Nadiem menjabat sebagai salah satu komisaris Pathways for Prosperity[42] for Technology and Inclusive Development yang fokus membantu negara-negara berkembang untuk beradaptasi dengan berbagai inovasi baru dunia digital yang mengubah budaya bekerja. Kehidupan pribadiNadiem menikah secara Katolik dengan Franka Franklin Makarim yang beragama Katolik (lahir 8 Juli 1983) di salah satu gereja Katolik di Bali. Franka merupakan seorang pebisnis dan menjadi salah satu pendiri (co founder) serta direktur utama perusahaan perhiasan Tulola Jewelry yang berbasis di Bali. Ia bergabung membesarkan merek tersebut bersama dengan pendiri utamanya, Sri Luce Rusna, dan co founder Happy Salma.[43] Franka merupakan cucu dari Indriati Iskak. Penghargaan dan nominasi
Penghargaan Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana (2024) Catatan
Referensi
|