Share to:

 

Paradoks pembicara-kode

Istilah paradoks kode-pembicara dideskripsikan saat sebuah bahasa, yang merupakan sebuah alat dalam komunikasi, mencegah terjadinya komunikasi. Sebagai sebuah permasalahan dalam linguistik, paradoks ini mengangkat pertanyaan tentang sifat fundamental dari bahasa. Karena itu, paradoks tersebut adalah suatu permasalahan dalam filsafat bahasa.

Istilah paradoks kode-pembicara ditemukan tahun 2001 oleh Mark Baker untuk menjelaskan kode Navajo yang digunakan selama Perang Dunia 2. Pembicara kode mampu membuat sebuah bahasa yang saling dipahami satu sama lain tapi tidak dapat dimengerti oleh orang lain yang tidak tahu kode-nya. Hal ini menyebabkan suatu konflik kepentingan tanpa benar-benar menyebabkan konflik sama sekali. Dalam kasus kode-pembicara Navajo, kripanalis tidak bisa men-dekode pesan dalam bahasa Navajo, bahkan dengan menggunakan metode-metode mutakhir yang ada pada masa itu. Pada waktu yang sama, pembicara kode mampu meng-enkrip dan men-dekrip pesan dengan cepat dan mudah dengan menerjemahkan pesan tersebut dari dan ke dalam bahasa Navajo. Maka paradoks kode-pembicara mengacu pada bagaimana bahasa-bahasa manusia bisa begitu mirip sehingga orang bisa mempelajarinya dan memperoleh kemampuan untuk menerjemahkan dari satu bahasa ke bahasa yang lain, namun sangat berbeda sehingga jika seseorang tidak mengetahui sebuah bahasa, menjadi tidak mungkin untuk mendapatkan arti dari sebuah teks dengan hanya menganalisisnya.

Baker menyelesaikan paradoks tersebut dengan teori tata-bahasa universal. Dengan tata-bahasa universal, ada beberapa parameter yang digunakan bersama oleh semua bahasa. Bahasa-bahasa berbeda satu sama lain dengan cara suatu parameter bisa memiliki pengaturan yang berbeda di antara bahasa. Jumlah kemungkinan kombinasi dari pengaturan parameter menyumbang bagi keberagaman dari bahasa manusia, otak secara sederhana mengadaptasi apa yang telah ia ketahui. Otak mengenali parameter dari bahasa pertama yang diberikan (bahasa ibu) dan saat ia memproses bahasa yang berbeda, ia cukup mengubah nilai dari parameter yang berkaitan. Karenanya bahasa manusia sangat beragam satu sama lainnya, namun setiap manusia memiliki kapasitas teoretis untuk belajar, berkomunikasi dalam, dan menerjemahkan dari dan ke, setiap bahasa manusia.

Referensi

Lihat juga

Kembali kehalaman sebelumnya