Patrick Vieira
Patrick Vieira (lahir 23 Juni 1976) adalah seorang pelatih dan mantan pemain sepak bola profesional Prancis yang kini menjadi manajer klub Ligue 1 Strasbourg.[4] Dia masuk dalam FIFA 100 pesepakbola terhebat yang masih hidup pada tahun 2004.[5] Sebagai pemain, Vieira biasa bermain pada posisi gelandang dan merupakan anggota skuad tim nasional Prancis saat meraih gelar juara Piala Dunia FIFA 1998, Kejuaraan Eropa UEFA 2000, dan Piala Konfederasi FIFA 2001. Ia juga pernah bermain untuk Cannes, AC Milan, Arsenal, Juventus, Inter Milan, dan Manchester City. Setelah pensiun sebagai pemain, Vieira memulai karier kepelatihan dengan akademi Manchester City pada 2013. Dua tahun kemudian, ia hengkang untuk menjadi manajer klub MLS New York City FC. Ia kemudian pernah melatih klub Ligue 1 Nice pada 2018 hingga 2020 dan klub Liga Utama Inggris Crystal Palace pada 2021 hingga 2023.[6] Kehidupan awalVieira dilahirkan di Dakar, Senegal. Ibu Patrick Vieira merupakan warga negara Tanjung Verde. Ketika Vieira berusia 8 tahun, orang tuanya pindah ke Prancis. Sehingga Vieira memiliki dua kewarganegaraan, yaitu Prancis dan Senegal.[7] Ayah Patrick Vieira tidak diketahui keberadaannya. Vieira sendiri mengaku tak pernah mengenal ayahnya. Dalam sebuah wawancara yang diadakan oleh The Guardian, Vieira menyatakan keengganan untuk membahas tentang ayahnya.[butuh rujukan] Keluarga imigran ini lantas menempati rumah susun di Trappes, di pinggir kota Paris, dekat Versailles. Pada masa-masa itu, kondisi di sekitar kediaman Vieira masih cukup damai. Tak seperti saat ini di mana sering terjadi kekerasan, khususnya yang berbau Sara. Di sinilah dia mulai mengembangkan bakatnya di sepak bola. Dua musim bersama Cannes (1993-1995), Vieira dilirik AC Milan. Sayang, ia tak berkembang bersama klub raksasa Italia itu dan hanya tampil dalam dua gim pada musim 1995/96. Namanya mulai melambung sejak direkrut Arsene Wenger pada awal musim 1996/1997. Dunia pun pada akhirnya menjadi saksi terjadinya metamorfosis seorang imigran Afrika. Dari seorang bocah pendiam yang dibesarkan oleh orang tua tunggal, Vieira menjelma menjadi salah satu gelandang terbaik dunia serta bergelimang gelar bersama Arsenal dan timnas Prancis. Sejak tahun 2000, klub-klub kaya seperti Real Madrid, Juventus, Manchester United mencoba menggaetnya. Meski kadar kebintangannya semakin tinggi, Vieira tak pernah melupakan akarnya. Bersama mantan pemain Prancis seperti penjaga gawang Bernard Lama dan Jimmy Adjovi Boco mereka berinisiatif mendirikan Diambars Institute (‘Diambars’ dalam dialek Wolof, Senegal, berarti ‘pejuang’), yakni semacam akademi sepak bola modern yang tak hanya melatih anak-anak Afrika menjadi atlet sepak bola, tetapi juga menyediakan kegiatan belajar-mengajar formal di dalam kelas. Tanggal 24 Mei 2003, Vieira kembali ke negeri leluhurnya untuk pertama kali setelah 18 tahun dalam acara peletakan batu pertama institut tersebut di Saly, Senegal. Ia berkata:
“Anda terpaksa meninggalkan semua keluarga, teman, semua yang biasa Anda ketahui, budaya Afrika, dan seluruh jalan hidup Anda. Anda tak tahu hendak ke mana. Tapi, itu membuat kita belajar tentang diri sendiri. Anda belajar untuk menjadi kuat,” kenangnya. “Penting bagiku untuk kembali berhubungan dengan Senegal, balik ke sana dan memulai sebuah proyek. Ini proyek yang kuimpikan sejak lama. Aku ingin mendarmabaktikan sesuatu buat negeri ini dan menggunakan sepak bola--semua orang suka sepak bola di sana--sebagai cara untuk memberi pendidikan kepada anak-anak. Mereka harus belajar bahwa hanya kerja keras yang dapat menuntun kepada kesuksesan.”, begitu katanya. Menurut Vieira, pada awalnya ada siswa Diambars yang bahkan tak bisa baca-tulis. “Namun, sekarang sudah ada kemajuan. Mereka dapat membaca buku dan menulis berbagai kisah, sesudah itu berlatih sepak bola,” lanjutnya. Ia berujar “Kami selalu bilang sangat sulit menjadi pemain sepak bola profesional. Mungkin hanya satu atau dua anak yang benar-benar akan sukses. Di sini pendidikan jadi penting. Kami membayari mereka untuk melanjutkan kuliah di universitas di Eropa. Sesudah itu mereka bisa balik ke Senegal, menjalankan bisnis dan menyongsong masa depan yang lebih cerah,” begitu cetusnya. Gaya bermainDianggap oleh para pakar sebagai salah satu pemain terbaik yang pernah ada di posisinya, Vieira adalah pesepakbola yang lengkap, kuat, ulet dan agresif, dengan atribut fisik, atletik, dan teknis yang luar biasa, yang juga dikenal karena keanggunannya di lapangan ketika berada di posisinya. penguasaan bola. Biasanya ditempatkan sebagai gelandang bertahan, tengah atau box-to-box, ia adalah seorang tekel yang kompeten dan gelandang yang cerdas secara taktis, yang dikenal karena kemampuannya mengantisipasi lawan-lawannya, dan diberkahi dengan keterampilan bola yang baik, distribusi dan visi, yang mana memungkinkan dia untuk memulai permainan menyerang di lini tengah setelah memenangkan kembali penguasaan bola, dia juga unggul di udara dan dikenal karena pergerakannya yang melonjak ke depan dari lini tengah, yang memungkinkan dia berkontribusi pada permainan ofensif timnya. Atribut-atribut ini, selain kecepatan, kekuatan, kemampuan menekan dan staminanya memungkinkan dia untuk menghubungkan pertahanan dengan serangan secara efektif, dan membuatnya mampu bermain di mana saja di lini tengah. Pada tahun 2007, The Times menempatkannya di nomor 33 dalam daftar lima puluh pesepakbola tersulit dalam sejarah. Selain kemampuannya sebagai pesepakbola, ia juga menonjol karena kepemimpinannya sepanjang kariernya. Statistik karier
Trivia
PrestasiAC Milan Arsenal
Juventus Inter Milan Manchester City Prancis Individual
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Patrick Vieira.
|