Rajgir
Rajgir (awalnya dikenal sebagai Girivraj) adalah sebuah kota dan nagar panchayat dari Distrik Nalanda di negara bagian India, Bihar. Kota Rajgir (kuno: Rājagṛha; Pali: Rājagaha; Hindi: राजगृह) merupakan ibu kota pertama dari kerajaan Magadha, sebuah negara yang pada akhirnya berkembang menjadi Kekaisaran Maurya. Tarikh asal usulnya tidak diketahui, meskipun keramik yang berasal dari sekitar tahun 1000 SM telah ditemukan di dalam kota. Wilayah ini juga penting dalam Jainisme dan Buddhisme[3] karena merupakan salah satu tempat favorit bagi Yang Mulia Mahavira dan Buddha Gautama dan konferensi "Atanatiya" yang terkenal diselenggarakan di Gunung Puncak Burung Nasar (Gijjhakuta). Rajgir terhubung ke Patna melalui Bakhtiarpur dengan kereta api dan jalan darat. Bakhtiarpur terletak di pertengahan jalan antara Patna dan Mokameh. SejarahNama Rajgir berasal dari kata "Rājagṛiha" yang berarti "rumah raja" atau "rumah kerajaan", atau kata Rajgir mungkin berasal dari arti harfiah sederhananya, "gunung kerajaan". Rajgir adalah ibu kota kuno dari kerajaan Magadha sampai abad ke-5 SM ketika Udayin (460-440 SM), anak Ajatshatru, memindahkan ibu kota ke Pataliputra.[4] Pada masa tersebut, kota ini disebut Rajgrih, yang diterjemahkan sebagai "rumah keluarga raja". Shishunaga mendirikan Dinasti Shishunaga pada tahun 413 SM dengan Rajgir sebagai ibu kota awal sebelum dipindahkan ke Pataliputra.[5] Rajgir juga terkenal karena hubungannya dengan raja Dinasti Haryanka, Bimbisara dan Ajatashatru. Ajatashatru menahan ayahnya Bimbsara dalam penjara di sini. Sumber-sumber tidak setuju bahwa keluarga kerajaan sezaman dengan Buddha, Bimbisara dan Ajatashatru, bertanggung jawab atas pembangunannya. Ajatashatru juga dihubungkan dengan pemindahan ibu kota ke Pataliputra (Patna saat ini).[5] Epos Mahabharata menyebutnya Girivraja dan menceritakan kisah rajanya, Jarasanda, dan pertempurannya dengan Pandawa bersaudara dan sekutu mereka Krishna. Jarasanda yang berasal dari tempat ini, telah dikalahkan oleh Krishna tujuh belas kali. Yang ke-18 kalinya, Krishna meninggalkan medan perang tanpa pertempuran.[6] Dikarenakan hal ini, Krishna disebut "ranachorh" (orang yang telah meninggalkan medan perang).[7] Mahabharata menceritakan pertandingan gulat antara Bima (salah satu dari Pandawa bersaudara) dan Jarasanda, raja Magadha saat itu. Jarasanda tak terkalahkan karena tubuhnya bisa bergabung kembali setiap ada anggota tubuhnya yang dipotong-potong. Menurut legenda tersebut, Bima membelah Jarasanda menjadi dua dan melemparkan dua bagian itu menghadap berlawanan satu sama lain sehingga mereka tidak bisa bergabung. Referensi
Pranala luar |