Share to:

 

SM Nasimuddin SM Amin

Tan Sri S.M. Nasimudin Amin (25 Januari 1955 – 1 Mei 2008) adalah seorang pengusaha asal Malaysia.[1] Dia merupakan pendiri sekaligus pemilik konglomerasi NAZA Group, yang meliputi bisnis otomotif, keuangan, properti, dan perkebunan.

Kehidupan

Nasimudin Amin adalah seorang Minangkabau yang memiliki minat besar terhadap industri otomotif. Ia sempat mengenyam bangku pendidikan di Sekolah Menengah Tuanku Muhammad, Kuala Pilah, Negeri Sembilan. Pada tahun 1974, ketika berusia 21 tahun, dia memiliki simpanan sebesar RM 80.000 dari hasil bekerja membantu ayahnya yang berprofesi sebagai kontraktor. Dari uang itu ia memulai bisnis otomotif dengan mengimpor mobil-mobil buatan Jepang. Dalam masa setahun berbisnis, ia berhasil memperoleh RM 1.000.000.

Ia memulai usahanya dengan membuka ruang pamer di Taman Maluri, Kuala Lumpur dan berhasil menjual 10 hingga 15 unit mobil sebulan. Pada tahun 1979, usahanya makin berkembang. Kemudian ia membuka cabang di Kampung Baru, Kuala Lumpur dan pada masa ini ia mampu menjual 40 hingga 60 buah mobil sebulan.

Sukses di industri otomotif, ia kemudian mengembangkan sayap ke berbagai sektor usaha, seperti distributor rokok, kredit dan leasing, rekayasa industri, hotel, asuransi, suku cadang, manufaktur, properti, layanan transportasi, dan perkebunan. Selain itu ia juga merupakan pemegang lisensi penjualan mobil Kia, Peugeot, dan Mazda di Malaysia, disamping sebagai importir terbesar untuk mobil-mobil mewah seperti Mercedes Benz.

Nasimudin merupakan pemegang 40% saham mobil nasional Proton. Dia sempat berniat akan mengembangkan Proton jika pemerintah Malaysia memberikan kontrol kepemilikan kepadanya.[2] Untuk itu maka ia siap menggelontorkan modal sebesar RM 1,2 miliar untuk pembangunan pabrik di Bertam, Penang.

Nasimudin juga merupakan pemilik TTDI Development, salah satu perusahaan real estat terkemuka di Kuala Lumpur. Pada bulan April 2008, dia mengembangkan bisnis makanan dengan mendirikan Bubba Gump Shrimp Co.

Pada tahun 2005, ia dituduh telah memonopoli izin impor mobil asing. Kontroversi ini sampai dibahas di dalam parlemen dan Perhimpunan Agung UMNO. Namun begitu, Mahathir Mohamad menyebutkan bahwa Nasimuddin merupakan satu contoh kesuksesan Dasar Ekonomi Baru (DEB) yang diterapkan pemerintahannya. Mahathir berkata bahwa Nasimuddin mempunyai pendekatan yang luar biasa bagi pengembangan usahanya. Bermula dengan menjual mobil impor dari Jepang, kemudian bekerjasama dengan perusahaan asing untuk menghasilkan dan menjual mobil buatan dalam negeri dengan merek sendiri.

Penghargaan

Atas jasa dan sumbangannya terhadap industri otomotif Malaysia, Nasimuddin dianugerahi gelar Panglima Setia Mahkota oleh Yang di-Pertuan Agong Malaysia, dan berhak menyandang titel Tan Sri di depan namanya. Pada tahun 2002, Nasimuddin terpilih sebagai Motoring Man of The Year oleh surat kabar News Straits Times. Selain itu ia juga memperoleh medali kehormatan atas jasa-jasanya mengembangkan industri otomotif dari duta besar Korea Selatan untuk Malaysia, Son Sang-Ha. Dia merupakan orang Malaysia pertama yang memperoleh penghargaan tersebut.[3]

Referensi

  1. ^ Malaysia's who's who - Volume 1, Kasuya Management Sdn. Bhd, 2007
  2. ^ A plan for Proton, The Star, 20 January 2007
  3. ^ "Naza boss honoured". The Star. 7 January 2007. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-05. Diakses tanggal 4 May 2008. 

Sumber

Kembali kehalaman sebelumnya