Universitas Katolik Widya Mandala Madiun
Universitas Katolik Widya Mandala Madiun adalah sebuah perguruan tinggi swasta di Kota Madiun, Jawa Timur. Perguruan tinggi ini berdiri pada tahun 1960. Saat ini Universitas Widya Mandala Madiun memiliki 6 fakultas dengan 10 program studi, yang terdiri atas Program Sarjana Strata-1 (S-1) dan Diploma-III. Dan pada tahun 2019, dengan tujuan untuk menjadi semakin baik dalam pelayanan berkelanjutan dengan semangat non scholae sed vitae discimus, berdasarkan SK Kemenristekdikti No. 442/KPT/I/2019 maka sejak tanggal 11 JUNI 2019, Universitas Katolik Widya Mandala Madiun bergabung dengan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya degan nama Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Kota Madiun. Sementara Program Studi yang ada di Madiun berubah menjadi Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) sehingga sekarang menjadi: PendahuluanUniversitas Katolik Widya Mandala Madiun yang mempunyai semboyan Non Scholae Sed Viitae Discimus, merupakan perguruan tinggi swasta yang sudah ada di kota Madiun sejak tahun 1960. Semboyan tersebut mempunyai arti kita belajar bukan demi ilmu pengetahuan belaka, melainkan demi kehidupan yang lebih utuh dan manusiawi. Perkuliahan dilaksanakan di Kampus yang berada di Jl. Manggis No. 15 - 17 Madiun. Kegiatan Universitas Katolik Widya Mandala Madiun dituangkan dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yang mencakup bidang Pendidikan dan Pengajaran,Penelitian, dan Pengabdian pada Masyarakat. Organisasi universitas terdiri atas unsur pimpinan, senat universitas dan senat fakultas, subsistem, dan unsur kelengkapan universitas. Unsur pimpinan Universitas Katolik Widya Mandala Madiun adalah Rektor dan tiga (3) Wakil Rektor, yaitu: Wakil Rektor I (Bidang Akademik), Wakil Rektor II (Bidang Pengelolaan Sumberdaya), dan Wakil Rektor III (Bidang Pengembangan Kemahasiswaan dan Pemberdayaan Alumni). Pengelolaan proses di bidang pendidikan dan pengajaran mencakup berbagai kegiatan meliputi perencanaan program pendidikan, penyiapan mahasiswa masuk dalam program pendidikan, pelaksanaan pendidikan dan pengajaran, pemantauan dan evaluasi proses belajar mengajar, serta pengolahan data. Pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut melibatkan berbagai unit dan unsur dalam sistem organisasi universitas dan seluruh sivitas akademika. Kelancaran penyelengaraan tugas unsur atau unit yang satu berpengaruh terhadap kelancaran penyelenggaraan tugas unit atau unsur yang lain. Oleh karena itu, pembagian tugas, tanggung jawab dan kewenangan, penjadwalan tugas, tata kerja, dan lain-lain yang termasuk dalam sistem pengelolaan pendidikan dan pengajaran perlu dipahami, disepakati, dan dipatuhi bersama. Program AkademikStrata 1
Diploma 3
SejarahSejak berdirinya Unika (Universitas Katolik) ini tidak dapat dilepaskan dari sejarah Unika Widya Mandala (WIMA) Surabaya. Barulah pada tahun 1985 dia di pisah dari WIMA Surabaya. Pada awalnya ada B-1 Ilmu Mendidik yang di kelola Romo Prof. DR. Janssen C.M. di bawah Yayasan Yohanes Gabriel, yang menggunakan ruang-ruang di kompleks Pastoran Jalan Willis Madiun. Dan juga ada PGSLP yang di asuh oleh Suster-suster Ursulin, antara lain Suster Dra. Dionysia Michel O.S.U., dan menempati gedung Susteran di Jalan Willis Madiun. Kemudian pada tanggal 7 juli 1958 Uskup Surabaya Mgr. J. Klooster C.M. mendirikan Yayasan Widya Mandala (Akta Notaris Anwar Mahajudin No.42/1960 tanggal 11 agustus 1960). Tugas utama yayasan baru ini adalah mendirikan sebuah perguruan tinggi di lingkungan Keuskupan Surabaya. Maka pada tanggal 4 januari 1960, didirikanlah WIMA Surabaya (SK No. 001/Sek/Ya/60). Pada 20 september 1960, Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) di Madiun menjadi fakultas pertama WIMA Surabaya, dengan Jurusan Ilmu Mendidik yang merupakan peleburan dari B-1 Ilmu Mendidik dan PGSLP (SK No. 318 A/Sek/Ya/72), dan Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia (SK No. 319 A/Sek/Ya/72). Pada tanggal 7 agustus 1965 Fakultas Ilmu Pendidikan dan Fakultas Keguruan berdasarkan SK Menteri PTIP No. 159/1965 dipisahkan dari WIMA Surabaya menjadi IKIP WIMA dan memperoleh status diakui. Karena mengelola dua lembaga, WIMA Surabaya dan IKIP WIMA yang terpisah itu cukup menyulitkan Yayasan, maka berdasarkan usul Yayasan, IKIP WIMA diintegrasikan lagi dalam WIMA Surabaya menjadi Fakultasnya, yaitu FIK/Fakultas Ilmu Keguruan (SK Dirjen Perguruan Tinggi No. 164 tanggal 27 agustus 1969) dengan jurusan-jurusan di Madiun: Bahasa dan Sastra Indonesia, Bimbingan dan Penyuluhan, dan Bahasa dan Sastra Inggris. Dan di Surabaya Jurusan Ilmu Alam dan Bahasa Inggris. Pada tahun 1974 FIK berganti nama menjadi FK/Fakultas Keguruan (SK Kopertis Wilayah VI No. 032/I/1974). Dan pada tahun 1983 berubah lagi menjadi FKIP/Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (SK No. 014/0/1983). Enam belas tahun sejak FKIP WIMA bergabung dengan WM Surabaya, karena Dirjen Dikti tidak memperkenankan Perguruan Tinggi Swasta memiliki cabang di luar radius tertentu, dan juga pertimbangan Yayasan mengenai efisiensi pengelolaan, maka Yayasan memandang perlu jurusan-jurusan FKIP yang berada di Madiun dipisahkan dari WM Surabaya, dijadikan STKIP WIMA (Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Katolik "Widya Mandala" di Madiun SK Mendikbud 18 februari 1985 No. 070/Q/1985, dan No. 072/Q/1985). Tetapi sebelum itu dan untuk itu pada 26 mei 1986 atas usulan Yayasan Widya Mandala Surabaya, Uskup Surabaya Mgr.A.Dibyokaryono Pr. dengan Akta Notaris Elly Nangoy S.H. No.2. mendirikan yayasan baru yang bernama Yayasan Widya Mandala Madiun dengan ketua pertamanya adalah Romo DR St. Reksosusilo CM. Lalu Bapa Uskup melimpahkan kepada yayasan baru tersebut pendelegasian hak milik atas semua asset yang ada di Madiun, baik tanah, gedung, perabot, perlengkapan, maupun segala sarana dan pra-sarana, baik yang lama maupun yang baru, dan melimpahkan pendelegasian hak dan wewenang untuk, dengan itu, menyelenggarakan, mengurus dan mengembangkan lebih lanjut STKIP WIMA tersebut. Kemudian sebagaimana di catat dalam Akta Notaris Elly Nangoy S.H. (No. 25, tanggal 26 mei 1986), STLIP WIMA di Madiun secara resmi di pisah dari UWM Surabaya. Dengan demikian STKIP WIMA Madiun mendapat otonomi dan mengelola Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Jenjang D-3 dengan Status Disamakan, dan S-1 dengan Status Terdaftar, dan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni dengan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Jenjang D-3 dengan Status Diakui dan Jenjang S-1 dengan Status Terdaftar. Kemudian pada tahun ajaran 1986/1987 STKIP WIMA Madiun membuka Jurusan baru, yaitu Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), dengan Program Studi Pendidikan Matematika Jenjang S-1. Tahun berikutnya Jurusan baru MIPA Program Studi Pendidikan Biologi Jenjang S-1, namun tiga semester kemudian terpaksa dihentikan berhubung Pemerintah menganggap jenuh Jurusan Kependidikan (Surat DirJen DikTi No. 20/D.4.II/II/1989). Untuk mengantisipasi perkembangan dengan semakin melimpahnya lulusan sarjana kependidikan, maka pada tahun 1990/1991 Yayasan WIMA Madiun membuka dua Sekolah Tinggi baru, yaitu STIBA WIMA (Sekolaah Tinggi Bahasa Asing Widya Mandala) Jurusan Bahasa dan Sastra Inggris (SK MenDikBud No. 0323/0/1990 tanggal 1 mei 1990), dan ST MIPA WIMA (Sekolah Tinggi Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) Jurusan Biologi Program Studi Biologi Lingkungan (SK MenDikBud No. 0324/Q/1990 tanggal 1 mei 1990). Pada tanggal 26 desember 1991 STKIP WIMA Madiun membuka Fakultas Teknik dan Manajemen Industri (SK MenDikBud No. 0661/0/1991). Akhirnya setelah 35 tahun sejak munculnya B-1 Ilmu Mendidik di Madiun, pada tanggal 31 desember 1991 tiga Sekolah Tinggi tersebut dimerger dan didirikanlah WIMA Madiun (Universitas Katolik Widya Mandala Madiun SK MenDikBud R.I. No. 0687/Q/1991). Dengan Rektor pertamanya adalah Romo DR P. Santoso Budoyo CM, dan Rektor kedua adalah Drs. A. Soemarno M.Sc. Nama
Hari JadiHari jadi Universitas ditetapkan tanggal 31 Desember. Lambang1. Lambang Wima berupa gambar:
2. Lambang Universitas tersebut diartikan Universitas sebagai wadah dunia ilmu pengetahuan yang berasaskan Pancasila dan dijiwai oleh semangat kehidupan katolik. SemboyanSemboyan Wima adalah: "Non Scholae Sed Vitae Discimus". Artinya, kita belajar bukan untuk sekolah, melainkan untuk hidup. Maksudnya, kita belajar bukan demi ilmu pengetahuan belaka, melainkan demi kehidupan yang lebih utuh manusiawi. Pranala luar |