Widjati yang memiliki nama asli Tjioe Wie Tjiat (lahir di Tegal, 1928 – meninggal di Tegal, 2006, pada umur 76 tahun) adalah sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karya-karyanya berupa puisi yang dimuat di berbagai media massa. Widjati merupakan penyair angkatan kosong-kosong.[1][2][3]
Latar belakang
Widjati lahir dan dibesarkan di kecamatan Kemantran, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, pada bulan Februari 1928. Dilahirkan dengan nama Tjioe Wie Tjiat. Sejak muda dia sudah mengakrabi dunia kesenian, utamanya puisi. Gaya penulisan puisinya yang nyentrik dengan diksi mengejutkan, menjadikan dirinya menerima penghargaan sebagai Penyair Angkatan Kosong-kosong oleh W.S. Rendra. Bersama Piek Ardijanto Soeprijadi, Widjati merupakan penggerak kesenian di kota Tegal sejak tahun 1970-an. Dia memiliki cara unik untuk memotivasi para penyair muda. Setiap hari Minggu, dia berada di pojok Alun-alun Kota Tegal untuk memeriksa setiap koran yang menerbitkan karya sastra melalui seorang pedagang koran di tempat itu. Jika ada penulis muda yang hari itu karya puisi atau cerpennya dimuat, dia akan langsung memberikan penghargaan berupa uang. Sehingga penulis tersebut menerima honor, dari redaksi dan dari Widjati. Nama Widjati juga tercatat sebagai perintis Komunitas Negeri Poci yang berdiri pada tahun 1993, dengan antologi pertamanya Dari Negeri Poci, bersama penyair lainnya, antara lain Kurniawan Junaedhie, Piek Ardijanto, Eka Budianta, Handrawan Nadesul, Rahadi Zakaria, dan lain-lain. Kisah hidup Widjati yang ditulis oleh Nurhidayat Poso berjudul In Memoriam Wijati 1928-2006 memenangi anugerah kebudayaan dari Menteri Pariwisata Kebudayaan Republik Indonesia, pada tahun 2007.[4][5][6]
Karya
- Di Antara Bayang-Bayang
- Tembang Semusim di Padang Lalang
- Imaji
- Potretku
- Mantra
- Yang
- Nostalgia
- Gelombang I
- Sajak
- Kucing dan Puisi
- Senja
Lihat pula
Referensi
|
---|
DNP (1993) | | |
---|
DNP 2 (1994) | |
---|
DNP 3 (1996) | |
---|
DNP 4 (2013) | |
---|
DNP 5 (2014) | |
---|