Balaradin adalah sebuah desa di kecamatan Lebaksiu, Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Indonesia.
Desa ini terdiri dari enam pedukuhan yaitu Pedukuhan Krajan, Dukuhsuwiyan, Dukuhduren, Makamdawa, Dukuhgowok dan Pedukuhan Pegaduan. Krajan adalah pedukuhan yang paling luas, dan pedukuhan ini merupakan induk dari semua pedukuhan di Balaradin, sedangkan pedukuhan yang paling kecil adalah Dukuhgowok dan Pegaduan. Pedukuhan Pegaduan sendiri merupakan pedukuhan yang terbagi dua, yaitu bagian utara masuk dalam wilayah desa Kambangan, sedangkan bagian selatan masuk dalam wilayah Desa Balaradin. Desa Balaradin terdiri dari 7 RW dan 35 RT. Dalam bidang pendidikan ada empat Sekolah Dasar Negeri ( SD Negeri Balaradin 01, 02, 03 dan 04 ) dan dua Madrasah Diniyah Takmiliyyah, serta beberapa TPQ serta satu TK. Kantor Kepala Desa Balaradin beralamat di Jalan H. Sama'un No 34 B Desa Balaradin Kecamatan Lebaksiu.
Dengan jumlah penduduk sekitar 6.200 jiwa, masyarakat Balaradin sebagian besar adalah petani. Ragam profesi yang lain adalah buruh, wiraswasta dan Pegawai Negeri Sipil. Mayoritas buruh bekerja di luar desa, bahkan hingga ke ibu kota Jakarta.
Desa Balaradin merupakan desa Agamis sehingga kehidupan sehari-harinya kental dengan nuansa agama dan selayaknya, banyak tempat-tempat ibadah berupa Masjid dan Musholla . Balaradin memiliki dua masjid besar (masjid Jami') yang digunakan untuk shalat jum'at, yaitu Masjid Baitussalam dan Masjid Darunnajah. Sedangkan untuk musholla, tersebar hampir di setiap RW. bahkan ada beberapa di lingkup RT. dengan total terdapat 13 Musholla di Balaradin.
Wilayah Desa Balaradin terdiri dari daratan dan sawah, dan beberapa jalan utama di Balaradin adalah sebagai berikut:
- Jalan KH. Hasan Bisri yang membujur dari arah utara masuk dari arah Desa Kambangan menuju ke selatan sampai gerbang Desa Manunggal perbatasan antara Desa Balaradin dan Desa Kesuben. Jalan ini merupakan jalan Kabupaten dan merupakan jalan alternatif atau lebih dikenal jalan dua jurusan Slawi Durensawit
- Jalan H. Mukhtar mulai dari sebelah barat Balai Desa Balaradin ke selatan kemudian belok ke timur sampai ke pertigaan Desa Balaradin sebelah selatan bertemu dengan jalan KH. Hasan Bisri .
- Jalan H. Sama'un mulai dari depan SD Negeri Balaradin 04 sampai perempatan Balai Desa Balaradin terus ke timur sampai perempatan juga bertemu dengan jalan KH. Hasan Bisri .( Jalan ini dari arah Balai Desa Balaradin ke timur sampai perempatan merupakan jalan Kabupaten )
- Jalan Wiryo Sumarto dari Pedukuhan Dukunduren ke timur sampai perempatan Balai Desa Balaradin.
Untuk nama jalan kecil atau gang-gang yang ada di Desa Balaradin untuk wilayah sebelah Selatan dari Balai Desa Balaradin ke selatan menggunakan Nama Buah-buahan, sedangkan untuk nama Jalan dan gang-gang yang ada di sebelah utara menggunakan nama bunga. Dengan demikian diharapkan masyarakat mampu membedakan wilayah-wilayah di Desa Balaradin.
SEJARAH DESA BALARADIN
Menurut cerita tutur dari tetua masyarakat, sejarah Desa Balaradin telah berlangsung setidaknya sejak zaman perang kemerdekaan (1857-1900). Sebelum masa kemeredekaan Indonesia, wilayah desa Balaradin termasuk dalam wilayah rawa-rawa yang belum mempunyai nama. Rawa-rawa tersebut merupkan daerah tanah pertanian yang subur, di atas tanah yang datar dan ditumbuhi pepohonan dan semak yang masih lebat. Tak heran wilayah Desa Balaradin menjadi tempat persembunyian dan markas pejuang-pejuang kemerdekaan. Dapat dimaklumi bahwa sejak dulu kala warga Balaradin banyak membantu pejuang kemerdekaan Indonesia.
Sebelum perang kemerdekaan berakhir. Wilayah Balaradin pernah dijadikan sebagai markas gerilya para pejuang kemerdekaan hingga pernah terjadi peperangan sengit antara para pejuang dan tentara kolonial Belanda yang mengakibatkan seluruh pejuang kemerdekaan gugur. Dari dasar itulah muncul istilah dalam basa jawa kala itu "Bala Radin". dimana kalau didefinisikan dalam bahasa Indonesia, kata Bala mempunyai arti teman/pasukan dan Radin mempunyai arti selesai/habis/mati. Sehingga dapat disimpulkan lebih tepat adalah pasukannya mati semua. Dari Kejadian tersebut di atas akhirnya menjadi ikon/simbol tersendiri untuk sebutan wilayah pedukuhan tersebut yang pada akhirnya atas inisiatif pendahulu dijadikan sebagai nama wilayah yaitu dusun Balaradin.
Dalam perkembangan wilayah dusun Balaradin kemudian ditetapkan oleh pemerintahan kolonial Belanda pada sekitar tahun 1857 menjadi sebuah desa dan di beri nama Desa Balaradin. Sebagai Lurah pertama diangkat seorang warga Balaradin yang dianggap cakap yaitu bapak Rangin alias H. Abdulloh. Beliau menjabat sebagai lurah dalam waktu cukup lama yaitu sejak tahun 1857 s.d 1900 yang kemudian pada tahun tersebut posisi lurah Rangin kemudian digantikan oleh anaknya yang bernama Wirya Diwangsa. Seperti Bapaknya, Wira Diwangsa juga menjabat lurah dalam waktu yang cukup relatif lama yaitu sejak tahun 1900 hingga tahun 1939. Kemudian pada tahun 1939 karena Wira Diwangsa sudah cukup sepuh kemudian diadakan pemilihan lurah pertama saat itu dan didapatkan saat itu Lurah terpilih pertama yang lebih dikenal sebagai lurah Conor. Sedangkan nama aslinya adalag Adimerta. Conor sendiri adalah bukan nama orang yang sebenarnya . nama tersebut adalah hanya sebutan julukan karena dimarahi oleh Wedono kala itu (semacam camat sekarang). Adapun kemarahan Wedono waktu itu bukan tanpa alasan, kemarahan tersebut dilatarbelakangi karena yang bersangkutan sudah diberhentikan dari jabatan lurah karena dianggap tidak cakap dalam menjalankan tugas tetapi masih melaksanakan kegiatan piket di kecamatan lengkap dengan menggunakan pakaian dinas lurah. Dalam marahnya Wedono waktu itu mengeluarkan kata-kata Conor berarti sepak terjang yang sembarangan yang diakibatkan karena bodoh. Entah siapa yang menyaksikan kejadian tersebut tatapi berita kemarahan Wedono waktu itu menjadi sebutan nama yang bersangkutan yang pada akhirnya lbih dikenal lurah conor ketimbang namanya sendiri.
Tidak lama kemudian pada tahun 1940 diadakan pemilihan lurah kembali dan jadilah seorang warga Desa Balaradin yang bernama Solikhan alias H. Sama'un sebagai Lurah menggantikan lurah conor. Bapak H Sama'un inilah lurah yang mengalami tiga masa pemerintahan yang berbeda yaitu pemerintahan Kolonial Belanda, Jepang dan Pemeintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Demikian sekelumit tentang sejarah desa Balaradin dari masa perjuangan kemerdekaan sampai dengan masa kemerdekaan.
Desa Balaradin lama kelamaan menjadi desa yang berkembang ramai apalagi dengan adanya pendatang yang ingin menetap dan tinggal di desa itu. Desa Balaradin pantas menjadi desa berkembang karena memiliki potensi alam yang baik dan dialiiri air dari anak sungai kali Gung yang membuat desa Balaradin menjadi subur. Kesejahteraan rakyat meningkat, dapat dilihat dari seluruh rumah-rumah warga yang telah dibangun dari beton dan telah memenuhi standar kesehatan dan keindahan.
Dalam perkembangannya, Desa Balaradin tak selalu menjadi desa yang makmur dan adakalanya ujian menghapiri masyaraktnya, sehingga menimbulkan musibah baik harta benda maupun korban jiwa. Dari cerita tutur tertua masyarakat, tahun 1964 - 1967 terjadi gagal panen yang mengakibatkan masyarakat desa mengalami paceklik panjang dan terjadi wabah muntaber. Tidak kurang puluhan orang meninggal dunia karena penyakit muntaber pada masa itu. Puluhan orang lainnya terkena penyakit akibat kelaparan.[1]
DAFTAR NAMA KEPALA DESA BALARADIN
(1857 - Sekarang)
NO
|
PERIODE
|
NAMA KEPALA DESA
|
KETERANGAN
|
1
|
1857 -1900
|
Rangin /H. Abdullah
|
Lurah Pertama
|
2
|
1900 - 1939
|
Wirya Diwangsa
|
Lurah Kedua
|
3
|
1939 - 1940
|
Adimerta / Conor
|
Lurah Ketiga /diberhentikan oleh Wedono
|
4.
|
1940 - 1973
|
Solihkan / H. Sama'un
|
Tiga Masa Pemerintahan
|
5
|
1975 - 1988
|
Supa'at
|
Periode Pertama
|
6
|
1988 - 1993
|
Komarudin
|
Diberhentikan sebelum berakhir masa jabatannya
|
7
|
1993 - 1996
|
Suripno
|
Pjs. Dari Pemda
|
8
|
1996 - 1999
|
Suminto Atmojo
|
Pjs. Dari Pemda
|
9
|
1999 - 2007
|
Supa'at
|
Periode Kedua
|
10
|
2007 - 2013
|
Endang Suprapti
|
Kepala Desa Perempuan
|
11
|
2013 - 2019
|
Umar Utsman
|
Sampai Sekarang
|
KONDISI GEOGRAFIS
NO
|
URAIAN
|
KETERANGAN
|
1
|
Luas Wilayah: 325.24 H
|
|
2
|
Jumlah Pedukuhan: 6 (enam)
- Dukuh Krajan
- Dukuh Suwiyan
- Dukuh Duren/Sabrang kulon
- Dukuh Makamdawa
- Dukuh Gowok
- Dukuh Pegaduan
|
|
3
|
Batas Wilayah:
a. Utara: Desa Kambangan
b. Selatan: Desa Kesuben
c. Barat: Desa Balapulang (Kec. Balapulang)
d. Timur: Desa Kesuben
|
|
4
|
Topografi:
a. Luas kemiringan lahan (rata-rata)
Datar: 325.24 H
B. Ketinggian di atas permukaan laut (rata-rata): 134 m dpl
|
|
5
|
Hidrologi:
Irigasi berpengairan tehnis
|
|
6
|
Klimatologi:
a. Suhu: 270 - 30O C
B. Curah Hujan: 2000/3100 mm
c. Kelembaban Udara: 65 - 75 %
d. Kecepatan angin: <10 m/s
|
|
7
|
Luas lahan pertanian:
a. Sawah teririgasi: 260 Ha
b. Sawah Tadah Hujan: - Ha
|
|
8
|
Luas Lahan pemukiman: 65,24 Ha2
|
|
9
|
Kawasan Rawan Bencana:
a. Banjir: - Ha
|
|
Referensi