Share to:

Gurindam Dua Belas

Gurindam Dua Belas pasal pertama dan kedua, ditatahkan pada marmer di dinding makam Engku Puteri Hamidah di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau. Pulau Penyengat diberikan kepadanya sebagai maskawin.

Gurindam Dua Belas (Jawi: ڬوريندام دوا بلس) merupakan salah satu karya agung sastra Indonesia. Karya ini termasuk kedalam jenis gurindam, yaitu salah satu jenis puisi Melayu klasik. Gurindam Dua Belas merupakan hasil karya dari Raja Ali Haji seorang sastrawan, pahlawan nasional dan bangsawan dari Kesultanan Lingga yang kini menjadi wilayah dari Provinsi Kepulauan Riau.[1]

Gurindam Dua Belas ditulis dan diselesaikan di Pulau Penyengat, Kepulauan Riau pada tanggal 23 Rajab 1264 H atau bertepatan dengan 1847 M disaat Raja Ali Haji berusia 38 tahun.[2]

Isi Gurindam Dua Belas

Gurindam Dua Belas, pasal 11 dan 12

Karya sastra ini berbahasa Melayu Klasik dengan ciri khas banyaknya istilah tasawuf, kata-kata kiasan dan metafora. Karya ini terdiri dari dua belas pasal dan dikategorikan sebagai "Syi'r Al-lrsyadi" atau puisi didaktik karena berisikan nasehat atau petunjuk hidup, antara lain tentang ibadah, kewajiban raja, kewajiban anak terhadap orang tua, tugas orang tua kepada anak, budi pekerti dan hidup bermasyarakat.[3]

Selain itu terdapat pula pelajaran dasar Ilmu Tasawuf tentang mengenal "yang empat", yaitu syari'at, tarekat, hakikat, dan makrifat. Diterbitkan pada tahun 1854 dalam Tijdschrft van het Bataviaasch Genootschap No. II, Batavia, dengan huruf Arab dan diterjemahkan dalam Bahasa Belanda oleh Elisa Netscher.[4]

Berikut merupakan isi dari Gurindam Dua Belas:[5]

Gurindam I

Ini gurindam pasal yang pertama :

Barang siapa tiada memegang agama, sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama. Barang siapa mengenal yang empat, maka ia itulah orang yang ma'rifat. Barang siapa mengenal Allah, suruh dan tegahnya tiada ia menyalah. Barang siapa mengenal diri, maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri. Barang siapa mengenal dunia, tahulah ia barang yang teperdaya. Barang siapa mengenal akhirat, tahulah ia dunia mudarat

Gurindam II

Ini gurindam pasal yang kedua:

Barang siapa mengenal yang tersebut, tahulah ia makna takut. Barang siapa meninggalkan sembahyang, seperti rumah tiada bertiang. Barang siapa meninggalkan puasa, tidaklah mendapat 2 termasa. Barang siapa meninggalkan zakat, tiadalah hartanya beroleh berkat. Barang siapa meninggalkan haji, tiadalah ia menyempurnakan janji.

Gurindam III

Ini gurindam pasal yang ketiga:

Apabila terpelihara mata, sedikitlah cita-cita. Apabila terpelihara kuping, khabar yang jahat tiadalah damping. Apabila terpelihara lidah, niscaya dapat daripadanya faedah. Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan, daripada segala berat dan ringan. Apabila perut terlalu penuh, keluarlah fi'il yang tiada senunuh. Anggota tengah hendaklah ingat, di situlah banyak orang yang hilang semangat Hendaklah peliharakan kaki, daripada berjalan yang membawa rugi.

Gurindam IV

Ini gurindam pasal yang keempat :

Hati kerajaan di dalam tubuh, jikalau dzalim segala anggota pun rubuh. Apabila dengki sudah bertanah, datanglah daripadanya beberapa anak panah. Mengumpat dan memuji hendaklah pikir, di situlah banyak orang yang tergelincir. Pekerjaan marah jangan dibela, nanti hilang akal di kepala. Jika sedikitpun berbuat bohong, boleh diumpamakan mulutnya itu pekong. Tanda orang yang amat celaka, aib dirinya tiada ia sangka. Bakhil jangan diberi singgah, itupun perampok yang amat gagah. Barang siapa yang sudah besar, janganlah kelakuannya membuat kasar. Barang siapa perkataan kotor, mulutnya itu umpama ketur2. Di mana tahu salah diri, jika tidak orang lain yang berperi.

Gurindam V

Ini gurindam pasal yang kelima:

Jika hendak mengenal orang berbangsa, lihat kepada budi dan bahasa, Jika hendak mengenal orang yang berbahagia, sangat memeliharakan yang sia-sia. Jika hendak mengenal orang mulia, lihatlah kepada kelakuan dia. Jika hendak mengenal orang yang berilmu, bertanya dan belajar tiadalah jemu. Jika hendak mengenal orang yang berakal, di dalam dunia mengambil bekal. Jika hendak mengenal orang yang baik perangai, lihat pada ketika bercampur dengan orang ramai.

Gurindam VI

Ini gurindam pasal yang keenam:

Cahari olehmu akan sahabat, yang boleh dijadikan obat. Cahari olehmu akan guru, yang boleh tahukan tiap seteru. Cahari olehmu akan isteri, yang boleh dimenyerahkan diri. Cahari olehmu akan kawan, pilih segala orang yang setiawan. Cahari olehmu akan abdi, yang ada baik sedikit budi,

Gurindam VII

Ini Gurindam pasal yang ketujuh:

Apabila banyak berkata-kata, di situlah jalan masuk dusta. Apabila banyak berlebih-lebihan suka, itulah tanda hampirkan duka. Apabila kita kurang siasat, itulah tanda pekerjaan hendak sesat. Apabila anak tidak dilatih, jika besar bapanya letih. Apabila banyak mencela orang, itulah tanda dirinya kurang. Apabila orang yang banyak tidur, sia-sia sahajalah umur. Apabila mendengar akan khabar, menerimanya itu hendaklah sabar. Apabila mendengar akan aduan, membicarakannya itu hendaklah cemburuan. Apabila perkataan yang lemah-lembut, lekaslah segala orang mengikut. Apabila perkataan yang amat kasar, lekaslah orang sekalian gusar. Apabila pekerjaan yang amat benar, tidak boleh orang berbuat onar.

Gurindam VIII

Ini gurindam pasal yang kedelapan:

Barang siapa khianat akan dirinya, apalagi kepada lainnya. Kepada dirinya ia aniaya, orang itu jangan engkau percaya. Lidah yang suka membenarkan dirinya, daripada yang lain dapat kesalahannya. Daripada memuji diri hendaklah sabar, biar pada orang datangnya khabar. Orang yang suka menampakkan jasa, setengah daripada syirik mengaku kuasa. Kejahatan diri sembunyikan, kebalikan diri diamkan. Keaiban orang jangan dibuka, keaiban diri hendaklah sangka.

Gurindam IX

Ini gurindam pasal yang kesembilan:

Tahu pekerjaan tak baik tetapi dikerjakan, bukannya manusia yaituiah syaitan. Kejahatan seorang perempuan tua, itulah iblis punya penggawa. Kepada segaia hamba-hamba raja, di situlah syaitan tempatnya manja. Kebanyakan orang yang muda-muda, di situlah syaitan tempat berkuda. Perkumpulan laki-laki dengan perempuan, di situlah syaitan punya jamuan. Adapun orang tua yang hemat, syaitan tak suka membuat sahabat Jika orang muda kuat berguru, dengan syaitan jadi berseteru.

Gurindam X

Ini gurindam pasal yang kesepuluh:

Dengan bapa jangan durhaka, supaya Allah tidak murka. Dengan ibu hendaklah hormat, supaya badan dapat selamat. Dengan anak janganlah lalai, supaya boleh naik ke tengah balai. Dengan isteri dan gundik janganlah alpa, supaya kemaluan jangan menerpa. Dengan kawan hendaklah adil supaya tangannya jadi kafill.

Gurindam XI

Ini gurindam pasal yang kesebelas:

Hendaklah berjasa, kepada yang sebangsa. Hendaklah jadi kepala, buang perangai yang cela. Hendaklah memegang amanat, buanglah khianat. Hendak marah, dahulukan hujjah. Hendak dimulai, jangan melalui. Hendak ramai, murahkan perangai.

Gurindam XII

Raja muafakat dengan menteri, seperti kebun berpagarkan duri. Betul hati kepada raja, tanda jadi sebarang kerja. Hukum adil atas rakyat, tanda raja beroleh inayat. Kasihkan orang yang berilmu, tanda rahmat atas dirimu. Hormat akan orang yang pandai, tanda mengenal kasa dan cindai. Ingatkan dirinya mati, itulah asal berbuat bakti. Akhirat itu terlalu nyata, kepada hati yang tidak buta.

Nilai-nilai Gurindam Dua Belas

Gurindam 12 karya Raja Ali Haji memiliki nilai-nilai yang sangat tinggi, yaitu merangkum nilai berbagai kehidupan dan sosial budaya masyarakat berupa nilai keagamaan, nilai pergaulan dan sosial, nilai moral, dan nilai pendidikan karakter. Gurindam 12 memiliki ajaran dan tuntunan moral yang berlandaskan agama Islam yang dijadikan wadah oleh Raja Ali Haji melakukan syiar Islam. Gurindam 12 Raja Ali Haji memiliki nilai-nilai seperti (1) nilai religius Islami; (2) tuntunan perilaku dan pengendalian diri; dan (3) pengelolaan pikiran dan perasaan manusia.[6]

Referensi

  1. ^ ditwdb (2019-04-30). "Gurindam Dua Belas Kepulauan Riau, Tradis dan ekpresi lisan". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. Diakses tanggal 2023-08-25. 
  2. ^ "GURINDAM DUA BELAS". Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. 2015-12-17. Diakses tanggal 2023-08-25. 
  3. ^ "Warisan Budaya Takbenda | Beranda". warisanbudaya.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2023-08-25. 
  4. ^ Yayasan Tuanku Chalil. Gurindam Dua Belas: Gubahan Raja Ali Haji.
  5. ^ Pauzi, dkk (2019). NILAI-NILAI KEARIFAN LOKAL (GURINDAM DUA BELAS), PADA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SERTA KEPERCAYAANMASYARAKAT TERHADAP HUKUM DALAM CEGAH TANGKAL RADIKALISME DI TANJUNGPINANG KEPULAUAN RIAU. Bintan: STAIN SULTAN ABDURRAHAMAN PRESS. ISBN 978-623-90-371-6-1. 
  6. ^ Rakhmawati, Ani, dkk. "KUPAS TUNTAS GURINDAM 12: APRESIASI SASTRA KLASIK SEBAGAI UPAYA MENJAYAKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA" (PDF). https://repositori.kemdikbud.go.id/. Diakses tanggal 25 Agustus 2023.  line feed character di |title= pada posisi 26 (bantuan); Hapus pranala luar di parameter |website= (bantuan)
Baca informasi lainnya:
Kembali kehalaman sebelumnya