Hangzhou
Hangzhou /hæŋˈdʒoʊ/[4] (Hanzi: 杭州, pengucapan Dialek Hangzhou [ɦɑ̃.tse], pengucapan Bahasa Mandarin baku: [xɑ̌ŋ.tʂóʊ] ⓘ), terkadang diromanisasi menjadi Hangchow, adalah ibu kota dan kota terpadat di Zhejiang, Tiongkok. Terletak di bagian barat laut provinsi, berada di kepala Teluk Hangzhou, yang memisahkan Shanghai dengan Ningbo. Hangzhou menjadi ujung selatan Kanal Besar serta merupakan salah satu kota paling terkenal dan makmur di Tiongkok selama beberapa milenium terakhir. Danau Barat yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO, berada di sebelah barat kota dan menjadi atraksi wisata yang paling terkenal. Sebuah studi yang dilakukan oleh PwC dan Yayasan Penelitian Pengembangan Tiongkok, menempatkan Hangzhou pada peringkat pertama di antara "Kota-Kota yang memiliki banyak Peluang di Tiongkok". Menurut GaWC, Hangzhou adalah Kota Dunia kategori "Beta", bersama dengan Chongqing, Nanjing dan Tianjin di Tiongkok.[5] Hangzhou menjadi salah satu dari 100 pusat keuangan teratas dunia, versi Indeks Pusat Keuangan Global.[6] Hangzhou diklasifikasikan sebagai kota subprovinsi[7] dan membentuk inti dari Wilayah Metropolitan Hangzhou,[2] yang merupakan wilayah metropolitan terbesar keempat di Tiongkok.[8] Hangzhou telah berulang kali dinilai sebagai kota komersial terbaik di Tiongkok Daratan oleh majalah Forbes. Rumah bagi markas besar para pemimpin industri internet dunia seperti Alibaba Group, Hangzhou dikenal karena menarik para profesional dan pengusaha yang bekerja pada bidang teknologi informasi. Sejak 2014, pertumbuhan penduduknya yang cepat telah menyebabkan kenaikan harga perumahan lokal yang stabil. Menurut Daftar Orang Kaya Global Hurun 2020, Hangzhou menempati peringkat ke-11 di dunia dan ke-6 di Tiongkok (setelah Beijing, Shanghai, Hong Kong, Shenzhen dan Guangzhou) dalam hal jumlah penduduk yang termasuk kategori miliarder.[9] Hangzhou juga merupakan salah satu kota top dunia untuk penelitian ilmiah dan menempati peringkat ke-26 secara global versi Nature Index 2020.[10] Hangzhou memiliki beberapa universitas utama, seperti Universitas Zhejiang, yang menjadi salah satu universitas terkemuka di Tiongkok.[11][12][13] Pada September 2015, Hangzhou ditetapkan sebagai tuan rumah Asian Games 2022, sehingga menjadi kota ketiga di Tiongkok yang menjadi tuan rumah Asian Games, setelah Beijing 1990 dan Guangzhou 2010.[14] Hangzhou juga menjadi tuan rumah KTT G20 ke-11 pada tahun 2016.[15] SejarahSejarah awalKebudayaan Hemudu neolitikum Tiongkok yang terkenal itu, diketahui telah mendiami Yuyao, 100 km tenggara Hangzhou, setidaknya sejak tujuh ribu tahun yang lalu.[16] Pada masa inilah padi pertama kali dibudidayakan di Tiongkok tenggara.[17] Hasil penggalian menemukan giok ukiran dari Kebudayaan Liangzhu (di barat laut Hangzhou), yang artinya mereka telah menghuni daerah sekitar kota Hangzhou yang kita kenal saat ini sekitar lima ribu tahun yang lalu.[18] Lingkungan di sekitar Hangzhou yang pertama kali muncul dalam catatan tertulis adalah Yuhang, yang saat itu menggunakan nama lama Baiyue.[19] Sejarah Abad PertengahanHangzhou dijadikan pusat pemerintahan "zhou" (sekarang istilah administrasi ini disebut prefektur) Hang pada tahun 589, sehingga perlu dibangun tembok kota sebagai benteng pertahanan yang dibangun dua tahun kemudian. Kebiasaan untuk menamakan sebuah kota dengan status administratifnya seperti Guangzhou dan Fuzhou, nama Hangzhou juga berasal dari Hang ditambah dengan status administratifnya "zhou". Hangzhou berada di ujung selatan Kanal Besar yang membentang hingga ke Beijing. Kanal ini telah berevolusi selama berabad-abad dan mencapai panjang seperti saat ini pada tahun 609.[20] Pada masa Dinasti Tang, Bai Juyi diangkat menjadi Gubernur Hangzhou.[21] Selain menjadi penyair ulung, prestasinya selama menjabat di Hangzhou telah membuatnya dipuji sebagai gubernur yang hebat. Dia memperhatikan bahwa lahan pertanian di dekatnya bergantung pada air Danau Barat, tetapi karena kelalaian gubernur sebelumnya, tanggul yang lama telah runtuh sehingga membuat danau menjadi sangat kering yang mengakibatkan para petani lokal menderita kekeringan yang parah. Dia memerintahkan pembangunan tanggul yang lebih kuat dan lebih tinggi, dengan bendungan untuk mengendalikan aliran air, sehingga dapat menyediakan air untuk irigasi dan mengurangi masalah kekeringan. Dampaknya, mata pencaharian penduduk lokal Hangzhou meningkat selama tahun-tahun berikutnya. Bai Juyi menggunakan waktu luangnya untuk menikmati Danau Barat, bahkan mengunjunginya hampir setiap hari. Jalan lintas Bai yang ada saat ini, yang menghubungkan Jembatan Rusak dengan Gushan sehingga memungkinkan untuk ditempuh dengan berjalan kaki, alih-alih menggunakan perahu, sering dikira dibangun oleh Bai Juyi (白居易) karena kesamaan nama marganya 白 dengan arti warna "putih" yang kebetulan sama aksara Han-nya. Tanggul buatan Bai Juyi yang asli sudah tidak ada lagi karena mengalami kerusakan dan lenyap tersapu banjir. Hangzhou termasuk salah satu dari Tujuh Ibu Kota Kuno Tiongkok dan menjadi ibu kota pertama dari Kerajaan Wuyue dari tahun 907 hingga 978 selama Periode Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan. Hangzhou yang saat itu dinamakan Xifu (西府 prefektur barat, xi = barat dan fǔ = divisi administratif, seperti prefektur),[22] merupakan salah satu dari tiga benteng budaya terbesar di Tiongkok Selatan selama abad ke-10, bersama dengan Nanjing dan Chengdu.[23] Para pemimpin Kerajaan Wuyue terkenal sebagai pelindung seni, khususnya arsitektur dan karya seni kuil Buddha. Tanggul yang dibangun untuk melindungi kota oleh Raja Qian Liu, membuat nama Sungai Qiantang (钱塘江 harfiah sungai tanggul Raja Qian) sering dikatakan diambil dari namanya terkait pembuatan tanggul tersebut.[24] Hangzhou juga menjadi pusat kosmopolitan, menarik banyak sarjana dari seluruh Tiongkok dan melakukan diplomasi dengan negara-negara tetangga Tiongkok, seperti dengan Jepang, Goryeo, dan Khitan Dinasti Liao. Pada tahun 1089, ketika penyair terkenal lainnya Su Shi (Su Dongpo) diangkat menjadi Gubernur Hangzhou, dia menggunakan 200.000 pekerja untuk membangun jalan lintas sepanjang 2,8 km yang melintasi Danau Barat, sebuah danau terkenal yang pernah menjadi laguna puluhan ribu tahun yang lalu. Lanau menghalangi jalan air menuju laut sehingga Danau Barat terbentuk, asal-usulnya ini diketahui setelah dilakukan penelitian di dasar danau pada tahun 1975 yang menemukan adanya sedimen laut, kemudian dilakukan pelestarian buatan guna mencegah danau berkembang menjadi tanah rawa. Jalan lintas Su dibangun oleh Su Shi, penyair Dinasti Tang yang pernah menjadi Gubernur Hangzhou, jalan lintas tersebut dibangun dari lumpur yang dikeruk dari dasar danau. Danau Barat dikelilingi oleh perbukitan pada sisi utara dan barat. Pagoda Baochu berada di Bukit Baoshi di sebelah utara danau. Para pedagang Arab tinggal di Hangzhou selama Dinasti Song, menjadi bukti bahwa perdagangan melalui jalur laut lebih diutamakan ketimbang perdagangan darat pada masa itu.[25] Terdapat juga peninggalan prasasti Arab dari abad ke-13 hingga abad ke-14. Selama periode akhir Dinasti Yuan, kaum Muslim teraniaya karena adanya larangan untuk melakukan tradisi mereka dan mereka juga berpartisipasi dalam pemberontakan melawan bangsa Mongol.[26] Masjid Fenghuang dibangun oleh seorang pedagang Mesir yang pindah ke Hangzhou.[27] Menurut Odorico da Pordenone, Hangzhou adalah kota terbesar di dunia. Dalam buku perjalanannya, dia mencatat bahwa Hangzhou merupakan kota padat penduduk, memiliki 12 ribu jembatan, dan dipenuhi oleh rumah-rumah yang dihuni oleh keluarga besar. Namun demikian, roti, daging babi, nasi, dan anggur tetap berlimpah meskipun populasinya besar.[28] Ibnu Batutah diketahui telah mengunjungi Hangzhou pada tahun 1345, dia mencatat pesona Kota Hangzhou dan menggambarkan kota itu memiliki danau yang menawan dan dikelilingi oleh perbukitan hijau yang lembut.[29] Selama tinggal di Hangzhou, dia sangat terkesan dengan banyaknya kapal kayu Tiongkok yang diukir dan dicat dengan bagus sekali, dilengkapi dengan layar berwarna-warni dan kerai sutra yang ada di kanal. Dia menghadiri perjamuan yang diadakan oleh Qurtai, orang Mongol Dinasti Yuan yang menjadi administrator kota dan menurut Ibnu Batutah, Qurtai sangat menyukai kemampuan pemanggil roh lokal.[30] Hangzhou menjadi ibu kota baru Dinasti Song Selatan pada tahun 1132,[31] ketika sebagian besar Tiongkok Utara telah ditaklukkan oleh Jurchen dalam Perang Jin-Song.[32] Keluarga kekaisaran yang masih hidup melarikan diri ke selatan setelah ibu kota aslinya Kaifeng, dikuasai oleh Jurchen pada Insiden Jingkang tahun 1127.[33][34] Kaisar Gaozong pindah ke Nanjing, lalu ke Shangqiu, kemudian ke Yangzhou pada tahun 1128 dan akhirnya ke Hangzhou pada tahun 1129.[33] Pemerintah Dinasti Song bermaksud untuk menjadikan Hangzhou sebagai ibu kota sementara, namun selama beberapa dekade, Hangzhou tumbuh menjadi pusat komersial dan budaya utama Dinasti Song, meningkat dari kota menengah yang tidak terlalu penting menjadi salah satu kota terbesar dan paling makmur di dunia.[35] Setelah peluang untuk merebut kembali Tiongkok Utara menipis, gedung-gedung pemerintah di Hangzhou diperbesar dan direnovasi agar lebih sesuai dengan statusnya sebagai ibu kota kekaisaran permanen. Istana kekaisaran di Hangzhou yang tadinya berukuran sedang, diperluas pada tahun 1133 dengan lorong-lorong beratap baru dan pada tahun 1148, tembok istana juga diperluas.[36] Dari tahun 1138 hingga invasi Mongol pada tahun 1276, Hangzhou tetap menjadi ibu kota Dinasti Song Selatan yang disebut Lin'an (臨安 ). Hangzhou berfungsi sebagai pusat pemerintahan kekaisaran, pusat perdagangan, hiburan, dan penghubung cabang-cabang utama kantor pamong praja. Selama waktu itu, kota ini merupakan pusat gravitasi peradaban Tiongkok, sebuah wilayah yang dulu dianggap sebagai "pusat Tiongkok" di utara yang dikuasai oleh Dinasti Jin, sebuah dinasti etnis minoritas yang diperintah oleh orang-orang Jurchen. Banyak filsuf, politisi, dan sastrawan, termasuk beberapa penyair paling terkenal dalam sejarah Tiongkok seperti Su Shi, Lu You, dan Xin Qiji datang ke Hangzhou baik untuk hidup maupun untuk menghabiskan sisa hidup mereka. Hangzhou juga merupakan tempat kelahiran dan tempat peristirahatan terakhir ilmuwan Shen Kuo (1031-1095 M), makamnya berada di Distrik Yuhang.[37] Selama Dinasti Song Selatan, ekspansi komersial, masuknya pengungsi dari utara karena telah ditaklukkan, pertumbuhan instansi resmi dan militer, menyebabkan peningkatan populasi yang pesat dan kota berkembang dengan baik hingga ke luar dari benteng kota yang dibangun pada abad ke-9. Menurut Encyclopædia Britannica, Hangzhou memiliki populasi lebih dari 2 juta pada waktu itu, sedangkan sejarawan Jacques Gernet memperkirakan bahwa populasi Hangzhou berjumlah lebih dari satu juta pada tahun 1276. (Sensus resmi Tiongkok pada tahun 1270 tercatat sekitar 186.330 keluarga yang tinggal di Hangzhou, kemungkinan tidak termasuk non-penduduk dan tentara). Hangzhou diyakini sebagai kota terbesar di dunia dari tahun 1180 hingga 1315 dan dari tahun 1348 hingga 1358.[38][39] Karena memiliki populasi yang besar dan bangunan kayu yang padat (sering kali bertingkat), Hangzhou sangat rentan terhadap kebakaran. Kebakaran besar beberapa kali menghancurkan sebagian besar kota pada tahun 1132, 1137, 1208, 1229, 1237, dan 1275, ditambah dengan kebakaran kecil yang terjadi hampir setiap tahun. Pada kebakaran tahun 1237 saja, tercatat telah menghanguskan 30.000 rumah. Untuk mengatasi ancaman ini, pemerintah membentuk sistem yang cukup rumit untuk memadamkan api, antara lain dengan mendirikan menara pengawas, merancang sistem lentera dan sinyal bendera untuk mengidentifikasi sumber api dan mengendalikan situasi, serta menugaskan lebih dari 3.000 tentara yang bertugas sebagai pemadam kebakaran. Hangzhou dikepung dan dikuasai oleh pasukan Mongol Kubilai Khan pada tahun 1276, tiga tahun sebelum keruntuhan terakhir Song Selatan.[40] Ibu kota baru Dinasti Yuan didirikan di kota Dadu (Beijing), tetapi Hangzhou tetap menjadi pusat komersial dan administrasi penting untuk wilayah selatan mereka. Gambaran dari orang asingYuan Tiongkok sangat terbuka untuk pengunjung asing, dan beberapa orang Barat, sesuai dengan pelafalan lidah mereka menyebut Hangzhou dengan nama Khinzai,[41] Quinsai,[42][note 1] Campsay,[44] &c.[note 2] sebagai salah satu kota terkemuka di dunia. Pedagang Venesia Marco Polo konon mengunjungi Hangzhou pada akhir abad ke-13. Dalam bukunya "Perjalanan Marco Polo", dia mencatat bahwa kota ini "lebih besar dari kota mana pun di dunia"[35] dan "jumlah serta kekayaan para pedagang, jumlah barang yang melewati tangan mereka, sangat besar sehingga tidak ada orang yang dapat memperkirakannya dengan tepat." Manuskrip catatan Marco Polo biasanya sangat melebih-lebihkan ukuran kota, beberapa pendapat mengatakan bahwa tulisannya mengenai panjang tembok "seratus mil" akan menjadi masuk akal jika dalam satuan mil Tiongkok dibandingkan dengan ukuran mil Italia[46] dan kalimat "12.000 jembatan batu", kemungkinan merupakan kesalahan penyalinan dari kalimat 12 gerbang kota.[47] Pada abad ke-14, pengelana asal Maroko Ibnu Batutah tiba di Hangzhou dan dia juga setuju serta menulis bahwa al-Khansā adalah "kota terbesar yang pernah saya lihat di muka bumi."[48][49][50] Sejarah modernKota ini tetap menjadi pelabuhan penting sampai pertengahan zaman Dinasti Ming, hingga pelabuhannya perlahan-lahan mulai ditutupi lanau. Pada masa Dinasti Qing, Hangzhou menjadi situs garnisun pasukan kekaisaran.[51] Pada tahun 1856 hingga 1860, Kerajaan Surgawi Taiping menduduki Hangzhou. Kota ini rusak berat selama penaklukan, pendudukan, dan akhirnya penaklukan kembali oleh tentara Qing. Hangzhou di bawah pemerintahan Republik Tiongkok Kuomintang dari tahun 1927 hingga 1937. Selama Perang Sino-Jepang Kedua (1937-1945), kota ini diduduki oleh Jepang. Kuomintang kembali mengambil alih pada tahun 1945 dan memerintah hingga tahun 1949.[52][53] Pada 3 Mei 1949, Tentara Pembebasan Rakyat memasuki Hangzhou dan sejak itu kota ini berada di bawah kendali Komunis. Setelah kebijakan reformis Deng Xiaoping dimulai pada akhir tahun 1978, Hangzhou memanfaatkan posisinya yang berada di Delta Sungai Yangtze untuk mendukung perkembangan kotanya dan saat ini menjadi salah satu kota besar paling makmur di Tiongkok. Selama Revolusi Budaya, Hangzhou menjadi ajang serangkaian kerusuhan buruh dan pertempuran faksi yang dikenal sebagai Insiden Hangzhou (1975). Pada September 2015, Hangzhou terpilih sebagai tuan rumah Asian Games 2022 dan menjadi kota ketiga di Tiongkok yang menjadi tuan rumah Asian Games setelah Beijing 1990 dan Guangzhou 2010.[54] Hangzhou juga menjadi tuan rumah KTT G20 ke-11 pada tahun 2016.[55] Pada Februari 2020, kota ini memberlakukan jam malam karena wabah virus corona yang berawal dari Wuhan mulai menyebar ke seluruh Tiongkok.[56][57] GeografiHangzhou terletak di barat laut Provinsi Zhejiang, di ujung selatan Kanal Besar, mengarah ke Beijing, di bagian selatan-tengah dari Delta Sungai Yangtze. Wilayah administratifnya (kota subprovinsi) membentang dari barat hingga ke wilayah pegunungan Provinsi Anhui, dan dari timur ke dataran pantai dekat Teluk Hangzhou. Pusat kota dibangun di sekitar sisi timur dan utara Danau Barat, tepat di utara Sungai Qiantang. IklimHangzhou beriklim subtropis lembap (Köppen, Cfa) dengan empat musim yang khas, ditandai dengan musim panas yang panjang, sangat panas, dan lembap serta musim dingin yang berawan, kering dan dingin (sesekali turun salju). Suhu rata-rata tahunan adalah 170 °C (338,0 °F), dengan rata-rata bulanan mulai dari 46 °C (114,8 °F) pada bulan Januari hingga 289 °C (552 °F) pada bulan Juli. Curah hujan tahunan rata-rata 1.438 mm (56,6 in) dan dipengaruhi oleh musim hujan muson Asia pada bulan Juni. Pada akhir musim panas (Agustus-September), Hangzhou sering diterpa topan badai, tetapi jarang yang menyerang langsung. Umumnya terjadi di sepanjang pantai selatan Zhejiang, dilanda angin kencang dan hujan badai.[58] Suhu ekstrem sejak tahun 1951 berkisar dari −96 °C (−141 °F) pada 6 Februari 1969 hingga 416 °C (781 °F) pada 9 Agustus 2013,[59] pengukuran tidak resmi mencapai −105 °C (−157 °F) pada 29 Desember 1912 dan 24 Januari 1916, hingga 421 °C (790 °F) pada 10 Agustus 1930.[60] Dengan persentase kemungkinan mendapat sinar matahari bulanan berkisar dari 30% pada bulan Maret hingga 51% pada bulan Agustus, Hangzhou disinari matahari selama 1.709,4 jam per tahun.
Divisi administratifHangzhou diklasifikasikan sebagai kota subprovinsi[63] dan membentuk inti dari wilayah metropolitan Hangzhou,[2] terbesar keempat di Tiongkok.[64] Hangzhou adalah ibu kota dan kota terpadat di Provinsi Zhejiang, Tiongkok Timur.[65] Hangzhou terdiri dari 10 distrik, 1 kota setingkat county dan 2 county. Sepuluh distrik kota menempati area seluas 8.292,31 km² dengan populasi 8.241.000 jiwa, enam distrik di antaranya merupakan pusat kota yang menempati kawasan seluas 706,27 km² dan memiliki populasi sebanyak 3.780.000 jiwa, sedangkan empat distrik lainnya berada di pinggiran kota, menempati wilayah seluas 7.586,04 km² dan berpenduduk 4.461.000 jiwa. Pada awal 90-an, distrik perkotaan Hangzhou hanya terdiri dari Shangcheng, Xiacheng, Gongshu, Jianggan. Pada 11 Desember 1996, Distrik Binjiang didirikan. Pada 12 Maret 2001, Xiaoshan dan Yuhang, sebelumnya berstatus kota setingkat county yang dikelola oleh kota setingkat prefektur Hangzhou, diorganisir kembali menjadi distrik. Pada 13 Desember 2014 dan Juli 2017, Fuyang serta Lin'an, juga sama dari kota setingkat county diubah statusnya menjadi distrik. Pada 9 April 2021, Distrik Linping dan Distrik Qiantang didirikan.[66][67]
Catatan:
DemografiKota Hangzhou memiliki populasi 5.162.039 jiwa (termasuk Xiaoshan dan Yuhang) pada sensus 2010, meningkat 4,8% per tahun sejak sensus 2000.[68] Perkiraan terbaru dari populasi daerah perkotaan kota adalah antara 6.658.000 dan 6.820.000 orang.[69][70] Selama sensus 2010, wilayah metropolitan Hangzhou seluas 34.585 km² dihuni oleh 21,1 juta orang.[2] Pada tahun 2015, Hangzhou memiliki memiliki populasi "Hukou" sebanyak 9.018.000 jiwa.[71] Seluruh wilayah perkotaan yang telah diaglomerasi (termasuk Shaoxing), yang melingkupi Kota Hangzhou diperkirakan memiliki populasi total sebanyak 8.450.000 jiwa.[72] OECD memperkirakan populasi seluruh wilayah metropolitan yang melingkupinya berjumlah 13,4 juta orang pada tahun 2010,[73] meskipun sumber lain menyebutkan angkanya lebih dari 21 juta orang. Wilayah metropolitan Hangzhou mencakup kota-kota besar: Shaoxing, Jiaxing dan Huzhou.[2][74] EkonomiEkonomi Hangzhou telah berkembang pesat sejak pembukaannya pada tahun 1992. Sebuah kota industri dengan banyak sektor yang beragam seperti industri ringan, pertanian, dan tekstil. Hal ini dianggap sebagai basis manufaktur penting dan logistik hub untuk Cina pesisir.[75] PDB Hangzhou pada tahun 2001 adalah RMB ¥ 156,8 miliar, menempati peringkat kedua di antara semua ibukota provinsi setelah Guangzhou. Sejak itu PDB kota meningkat lebih dari tiga kali lipat dari RMB ¥ 156,8 miliar pada tahun 2001 menjadi RMB ¥ 1,2556 triliun pada tahun 2017 dan PDB per kapita meningkat dari US$ 3.025 menjadi US$ 19.936.[75][76] Kota ini telah mengembangkan banyak industri baru, termasuk obat-obatan, teknologi informasi, alat berat, komponen otomotif, peralatan listrik rumah tangga, elektronik, telekomunikasi, bahan kimia, serat kimia dan pengolahan makanan.[77] Kawasan Pengembangan Ekonomi dan TeknologiKawasan Pengembangan Ekonomi dan Teknologi Hangzhou didirikan dan disepakati sebagai kawasan pembangunan nasional oleh Dewan Negara pada tahun 1993. Kawasan ini mencakup area seluas 104,7 km2 (40,4 mil persegi). Industri yang dikembangkan meliputi informasi elektronik, kedokteran biologi, manufaktur mesin dan peralatan rumah tangga, dan pengolahan makanan.[78] Kawasan Pemrosesan Ekspor Hangzhou didirikan pada 27 April 2000 atas persetujuan dari Dewan Negara. Kawasan ini merupakan salah satu kawasan pertama dan satu-satunya di Provinsi Zhejiang yang disetujui oleh pemerintah. Luas total yang direncanakan adalah 2,92 km2 (1,13 mil persegi). Kawasan ini berlokasi dekat dengan Bandara Internasional Xiaoshan Hangzhou dan Pelabuhan Hangzhou.[79] Kawasan Pengembangan Industri Hi-Tech Hangzhou didirikan dengan persetujuan dari Dewan Negara sebagai Kawasan Pengembangan Industri Hi-tech Nasional pada bulan Maret 1991. Kawasan ini terdiri dari tiga bagian; daerah utama menjadi Zhijiang Sci-Tech Industrial Park dan Xiasha Sci-Tech Industrial Park. Kawasan ini telah menjadi salah satu pusat inovasi hi-tech dan industri hi-tech paling berpengaruh di Provinsi Zhejiang. Pada 2013, kawasan ini menampung lebih dari 1.100 pengembang perangkat lunak dan BPO (business process outsourcing). Perusahaan besar seperti Motorola, Nokia dan Siemens telah mendirikan pusat R & D di kawasan tersebut. Pada tahun 2011, PDB kawasan naik 13,1 persen, sebesar RMB 41,63 miliar. Kawasan ini menyumbang 5,9 persen dari total PDB Hangzhou. Kawasan ini memosisikan diri sebagai "Silicon Valley" dari Cina. Alibaba Group, portal B2B online terbesar dunia dan situs web terbesar Cina dalam hal nilai pasar, bermarkas di kawasan ini.[80][81] PariwisataHangzhou dikenal karena peninggalan historis dan keindahan alamnya. Kota ini dikenal sebagai salah satu kota paling indah di Tiongkok. Meskipun Hangzhou telah mengalami banyak perkembangan akhir-akhir ini, Hangzhou masih mempertahankan warisan sejarah dan budaya. Saat ini, pariwisata masih merupakan faktor penting bagi ekonomi Hangzhou. Salah satu tempat wisata paling populer adalah Danau Barat yang menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO. Lanskap Budaya Danau Barat menempati luas 3.323 hektare dan melingkupi beberapa tempat bersejarah dan indah yang paling terkenal di Hangzhou. Pada wilayah yang berdekatan dengan danau terdapat pagoda historis, situs budaya, serta keindahan alami danau dan bukit, termasuk Gunung Fenghuang. Terdapat dua tanggul yang menjadi jalan lintas di Danau Barat.[82][83] Tempat-tempat wisata yang menarik
Pada Maret 2013, Hangzhou Tourism Commission memulai online campaign melalui Facebook dengan sebutan "Modern Marco Polo Campaign". Pada tahun berikutnya sekitar 26.000 partisipan dari seluruh dunia mendaftar untuk menjadi duta pariwisata asing pertama di Hangzhou.[85] Dalam konferensi pers di Hangzhou pada tanggal 20 Mei 2014, Liam Bates terpilih sebagai pemenang dan mendapat kontrak senilai USD 55.000, menjadi duta asing pertama yang ditunjuk oleh pemerintah Tiongkok secara resmi.[86] AgamaKuil yang ada di dekat Danau Barat
Bangunan keagamaan lainnya
IslamPada tahun 1848, selama Dinasti Qing, Hangzhou digambarkan sebagai "benteng" Islam di Tiongkok, yang terdapat beberapa masjid dengan ukiran Arab.[87] Seorang warga Hui dari Ningbo juga mengabarkan kepada orang Inggris bahwa Hangzhou merupakan "benteng" Islam di Provinsi Zhejiang, berisi beberapa masjid, dibandingkan dengan jemaah kecil yang berjumlah 30 keluarga di Ningbo.[88] Di kota Hangzhou terdapat dua masjid terkenal: Masjid Hangzhou dan Masjid Fenghuang. KekristenanDua dari Tiga Pilar Katolik Tiongkok berasal dari Hangzhou. Di Hangzhou, terjadi persekusi umat Kristen pada awal abad ke-21.[89] Tokoh terkenal asal Hangzhou
Kota kembarBerikut ini adalah kota atau provinsi yang Kembar dengan kota Hangzhou:
Catatan
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Hangzhou.
|