Ayahnya, Mas Sastramanggala, setelah naik haji disebut Haji Usman, merupakan Camat perkebunan. Meskipun Haji Usman sendiri waktu kecil bersekolah, tetapi Hasan Mustapa tidak disekolahkannya, melainkan disuruh belajar langsung di berbagai pesantren. Pada umur 7 tahun, ia dibawa ayahnya naik haji ke Mekkah, dan sekembalinya disuruh kembali belajar di beberapa pesantren. Pada usia kira-kira 17 tahun dikirim ke Mekkah untuk memperdalam ilmu agama dan bermukim di sana sekitar 10 tahun. Setelah kembali ia pun masih dituntut belajar lagi kepada beberapa kiai.
Menurut Dr. Christiaan Snouck Hurgronje yang berkenalan dengannya di Mekkah, Hasan Mustapa diikuti oleh beberapa lusin murid setiap kali ia mengajar. Menurut Abubakar Djajadiningrat yang memberikan bahan-bahan sumber kepada Hurgronje, dalam naskah yang bertitimangsa 17 Desember1887, Hasan Mustapa mempunyai murid di Masjidil Haram lebih kurang 30 orang, berilmu luas dan telah menerbitkan buku dalam bahasa Arab.
Pada sekitar 1885 di Garut timbul pertikaian paham antara golongan tua dengan kaum muda pembaharu yang cukup ramai, sehingga Penghulu Besar Haji Muhamad Musa mengirimkan orang untuk menjemput Haji Hasan Mustapa memenuhi panggilan itu, ia berhasil memadamkan pertikaian paham itu, lalu mendirikan pesantren di Sindangbarang, Garut.
Tahun 1889 ia diajak oleh Hurgronje yang ketika itu berada di Jawa (karena tidak diizinkan oleh pemerintah menyelundup ke Aceh), untuk berkeliling di Jawa menemui para kiai terkenal sambil menyelidiki kehidupan agamaIslam dan folklor. Catatan Hurgronje tentang perjalanannya selama kira-kira dua tahun itu, yang tebalnya 1337 halaman, diikhtisarkan oleh Dr. Ph. van Ronkel kemudian dalam Aanteekeningen over Islam en folklore in west-en Midden Java (Bijdragen KITLV No.101, 1942).
Hasan Mustapa dianggap sebagai orang yang benar-benar ahli tentang adat-istiadat Sunda, sehingga kemudian ia diminta menulis buku tentang hal itu yang menghasilkan Bab Adat-adat Urang Priangan jeung Sunda Lianna ti Eta (Bab adat-adat orang proangan dan Sunda selain dari itu), Batavia, 1913. Tahun 1893, ada lowongan jabatan penghulu besar di Aceh, Hurgronje membujuk Hasan Mustapa agar bersedia mengisi lowongan itu. Hasan Mustapa menerimanya dengan berbagai syarat diantaranya agar ia dipindahkan langsung ke Priangan segera setelah ada lowongan. Selama lebih kurang dua setengah tahun menjadi Penghulu Besar Aceh, Hasan Mustapa memberikan laporan-laporan itu, sekarang tersimpan di perpustakaan Universitas Kerajaan di Leiden, Belanda. Belum diselidiki seberapa jauh laporan itu dimanfaatkan oleh Hurgronje dalam penulisan bukunya tentang Aceh (De Atjehers, dua jilid, Jakarta, 1892-1894).
Selain itu Hasan Mustapa menulis naskah dalam bahasa melayu Kasful Sarair Fihakikati Aceh wa Fidir (Buku Rahasia sebetulnya Aceh dan Fidi) yang sampai sekarang naskahnya tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden. Tahun 1895, Hasan Mustapa dipindahkan dan diangkat menjadi Penghulu Besar Bandung sampai pensiun (1918). Selama menjadi penghulu besar di Bandung sampai setelah pensiun ia banyak menulis karangan dalam bahasa Sunda dan juga dalam bahasa Jawa, baik berupa prosa maupun puisi. Tapi kecuali bukunya tentang adat Sunda dan kemudian beberapa buku kecil yang disunting oleh Wangsaatmadja (yang antara 1923-1930 menjadi sekretarisnya), kebanyakan karyanya tidak pernah diterbitkan sebagai buku. Saluran yang dipakainya untuk menyebarkannya adalah saluran naskah Islam tradisional, yaitu dengan melalui saling salin. Sekretarisnya di Kantor Kepenghuluan Wangsadireja membuat salinan karangan-karangannya itu untuk dikirimkan kepada Hurgronje di Leiden dan sampai sekarang disimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
Sekitar tahun 1900 ia menulis lebih dari 10.000 bait Dangding yang mutunya dianggap sangat tinggi oleh para pengeritik sastra Sunda, umumnya membahas masalah Suluk, terutama membahas hubungan antara hamba (kaula) dengan Tuhan (Gusti). Metafora yang sering yang sering digunakannya untuk menggambarkan hubungan itu ialah seperti rebung dengan bambu, seperti pohon aren dengan caruluk (bahan aren), yang menyebabkan sebagian ulama menuduhnya pengikut mazhab Wihdatul Wujud. Terhadap tuduhan itu, ia sempat membuat bantahan Injazu'l-Wa'd,fi ithfa-I- r-Ra'd (membalas kontan sekalian membekap guntur menyambar) dalam bahasa Arab yang salah satu salinan naskahnya masih tersimpan di perpustakaan Universitas Leiden.
Mustapa, H. H. (1960). Dangding Djilid Anu Kaopat, stensilan diusahakeun ku Ajip Rosidi. Bandung, Oktober.
Bacaan
Rohmana, J. A. (2012). Sundanese Sufi Literature and Local Islamic Identity: A Contribution of Haji Hasan Mustapa’s Dangding. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 50(2), 303-327.
Rohmana, J. A. (2014). Tasawuf Sunda dan Warisan Islam Nusantara: Martabat Tujuh dalam Dangding Haji Hasan Mustapa (1852-1930). Al-Turats, 20(2).
Rohmana, J. A. (2014). Memahami al-Qur’an dengan Kearifan Lokal: Nuansa Budaya Sunda dalam Tafsir al-Qur’an berbahasa Sunda. JOURNAL OF QUR'AN AND HADITH STUDIES, 3(1), 79-99.
Rohmana, J. A. (2013). Tasawuf Sunda dalam Naskah Asmarandana Ngagurit Kaburu Burit (OR. 7876). ULUMUNA, 17(2), 231-258.
Rohmana, J. A. (2014). Pembacaan Dangding Haji Hasan Mustapa terhadap Sastra Sufistik Sunda di Era Budaya Popular. ISLAMICA: Jurnal Studi Keislaman, 8(1), 121-141.
Sajaroh, W. S. (2013). Martabat Tujuh Hasan Mustopa.
Hidayat, A. M. (2014). اخلرب توكيد أسلوب بالغة. AL-TURATS, 20(2).
Fahmi, R., & Aswirna, P. (2014). The Paradox of Islam And Culture (Tradition And Belief Abot Gender Perspective In West Sumatra). AL-TURATS, 20(2).
Kathirithamby-Wells, J. Indonesia Circle Number 41, November 1986 ISSN 0306 2848.
Steenbrink, K. A. (1990). The Study of Comparative Religion by Indonesian Muslims: A Survey. Numen, 141-167.
Moriyama, M. (2000). Moehamad Moesa, print literacy, and the new formation of knowledge in nineteenth-century West Java. Indonesia and the Malay World, 28(80), 5-21.
Steenbrink, K. A. (1990). The Study of Comparative Religion by Indonesian Muslims: A Survey. Numen, 141-167.
Abas, L. (1977). Prolegomena to Haji Hasan Mustapa's mystical cantos. Jabatan Pengajian Melayu, Universiti Malaya.
Affendi, Y. (2000). Seni Kriya Batik Dalam Tradisi Baru Menghadapi Arus Budaya Global. Jurnal Seni dan Desain “Wacana Seni Rupa” STISI, 1.
Watson, C. W. (2014). THE WONDER OF IT ALL: Yus R. Ismail's Sundanese story,‘Imah kontrakan’(The rented house). Indonesia and the Malay World, 42(124), 358-379.
Safei, A. A., & Semesta, K. S. K. (2010, November). Menatap Wajah Islam dari Jendela Sunda. In makalah Annual Conference on Islamic Studies (ACIS ke 10) di Banjarmasin (pp. 1–4).
GOZALI-NIM, I. M. A. M. (2011). HAJI HASAN MUSTAPA GARUT DAN PEMIKIRANNYA (Doctoral dissertation, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta).
Nursyamsiah, N. A. (2012). AJÉN AGAMA GUGURITAN HAJI HASAN MUSTAPAULIKAN STRUKTURAL JEUNG HERMENEUTIK KANA GUGURITAN KINANTI KULU-KULU (Doctoral dissertation, Universitas Pendidikan Indonesia).
Mustansyir, R., & Hum, M. (2005). Bahasa Tasawuf Haji Hasan Mustafa dalam tinjauan pemikiran John Langshaw Austin (Doctoral dissertation, Universitas Gadjah Mada).
Burhanudin, J. (2015). The Dutch Colonial Policy on Islam: Reading the Intellectual Journey of Snouck Hurgronje. Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies, 52(1), 25-58.
Niampe, L. (2012). La Ode Muhammad Idrus Qaimuddin Sastrawan Sufi Ternama di Buton Abad XIX. Jurnal Humaniora, 22(3).
Masruri, S., & Fauroni, R. L. (2013). PERAN MODAL SOSIAL FILSAFAT TRI TANGTU SILIH DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA ALAMENDAH RANCABALI BANDUNG. INFERENSI, 7(2), 275-296.
Noupal, M., & Ag, M. (2013). KONTROVERSI TENTANG SAYYID UTSMAN BIN YAHYA (1822-1914) SEBAGAI PENASEHAT SNOUCK HURGRONJE.
Suharjo, R. A. R. (2014). “Pernyataan Kalam” dalam Naskah Sastra Melayu Klasik. AL-TURATS, 20(2).
Baso, A. (2012). KEMBALI KE PESANTREN, KEMBALI KE KARAKTER IDEOLOGI BANGSA. KARSA, 20(1), 1-20.
Iskandar, R. Y. (2012). Citra Perempuan Sunda di dalam Karya Sastra dan Film. Jurnal Sosioteknologi, 11(26), 97-104.