Share to:

Invasi Belgia oleh Jerman (1914)


Invasi Jerman ke Belgia
Bagian dari Front Barat dalam Perang Dunia I

Invasi Jerman ke Belgia
Tanggal4 Agustus – 31 Oktober 1914 (2 bulan, 3 minggu dan 6 hari)
LokasiBelgia dan Luksemburg
Hasil Kemenangan Jerman
Perubahan
wilayah
Pendudukan Jerman di sebagian besar Belgia dan Luksemburg hingga tahun 1918.
Pihak terlibat
 Kekaisaran Jerman
Didukung oleh:
 Austria-Hungaria

 Belgia
 Prancis
 Britania Raya


 Luksemburg
Tokoh dan pemimpin
Kekaisaran Jerman Karl von Bülow
Kekaisaran Jerman Alexander von Kluck
Kekaisaran Jerman Max von Hausen
Belgia Antonin de Selliers de Moranville
Republik Prancis Ketiga Charles Lanrezac
Perserikatan Kerajaan Britania Raya dan Irlandia John French
Kekuatan
750.000 tentara Belgia: 220.000 tentara
Prancis: 299.000 tentara
Britania: 247.400 tentara
Total: 766.400 tentara
Korban
20.000[butuh rujukan] 30.000[butuh rujukan]
6.000 warga sipil tewas dalam Pemerkosaan Belgia

Invasi Jerman ke Belgia adalah kampanye militer yang dimulai pada tanggal 4 Agustus 1914. Pada 24 Juli, pemerintah Belgia telah mengumumkan bahwa jika perang terjadi, mereka akan tetap netral. Pemerintah Belgia memobilisasi angkatan bersenjatanya pada 31 Juli dan status kewaspadaan tinggi (Kriegsgefahr) diumumkan di Jerman. Pada 2 Agustus, pemerintah Jerman mengirim ultimatum kepada Belgia, menuntut izin agar pasukannya bisa melewati negara tersebut ke Prancis, sementara pasukan Jerman menginvasi Luksemburg. Dua hari kemudian, pemerintah Belgia menolak tuntutan Jerman dan pemerintah Britania menjamin dukungan militer kepada Belgia. Pemerintah Jerman menyatakan perang kepada Belgia pada 4 Agustus; pasukan Jerman menyeberangi perbatasan dan memulai Pertempuran Liège.

Operasi militer Jerman di Belgia dimaksudkan untuk membawa AD ke-1, ke-2, dan ke-3 Jerman ke posisi yang berada di Belgia di mana mereka bisa menginvasi Prancis. Setelah jatuhnya Liège pada 7 Agustus, benteng-benteng Belgia di sepanjang sungai Meuse di Namur dapat dikepung dan berakhir dengan menyerahnya benteng yang terakhir (16–17 Agustus). Pemerintah Belgia meninggalkan ibu kota, Brussel, pada 17 Agustus dan setelah pertempuran di sungai Gete, tentara lapangan Belgia mundur ke barat menuju Reduit Nasional di Antwerpen pada 19 Agustus. Brussel diduduki oleh Jerman keesokan harinya dan pengepungan Namur dimulai pada 21 Agustus.

Setelah Pertempuran Mons dan Pertempuran Charleroi, sebagian besar tentara Jerman bergerak ke selatan menuju Prancis, meninggalkan pasukan kecil untuk menjaga Brussel dan jalur kereta api Belgia. Korps Cadangan III Jerman maju ke zona berbenteng di sekitar Antwerpen, dan sebuah divisi dari Korps Cadangan IV Jerman mengambil alih Brussel. Tentara lapangan Belgia melakukan beberapa serangan mendadak dari Antwerpen pada akhir bulan Agustus dan September untuk mengganggu komunikasi Jerman dan membantu Prancis dan Pasukan Ekspedisi Britania (BEF), dengan menahan pasukan Jerman di Belgia. Untuk memukul mundur serangan mendadak Belgia, penarikan pasukan Jerman untuk memperkuat pasukan utama di Prancis terpaksa ditunda dari 9 hingga 13 September, dan sebuah korps Jerman yang sedang transit tetap tinggal di Belgia selama beberapa hari. Resistensi Belgia dan ketakutan Jerman akan franc-tireur, membuat Jerman akhirnya menerapkan kebijakan teror (schrecklichkeit) terhadap warga sipil Belgia segera setelah invasi, yang melibatkan pembantaian, eksekusi, penyanderaan, dan pembakaran kota dan desa. Peristiwa ini kemudian dikenal sebagai Pemerkosaan Belgia.

Setelah Pertempuran Perbatasan berakhir, tentara Prancis dan BEF memulai Penarikan Besar ke Prancis (24 Agustus – 28 September), tentara Belgia dan detasemen kecil pasukan Prancis dan Britania bertempur di Belgia melawan kavaleri Jerman dan Jäger. Pada 27 Agustus, sebuah skuadron Layanan Udara Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya (RNAS) terbang ke Ostende untuk melakukan pengintaian udara di antara kota Brugge, Gent, dan Ypres. Pada 19 – 20 September, Marinir Kerajaan Britania Raya mendarat di Prancis untuk memulai pengintaian terhadap wilayah Belgia yang belum diduduki dengan menggunakan mobil; mobil tersebut adalah Bagian Mobil Berlapis Baja RNAS yang dibuat dengan memasang kendaraan dengan baja anti peluru. Pada 2 Oktober, Brigade Marinir Divisi AL Kerajaan Britania Raya dipindahkan ke Antwerpen, dan diikuti oleh sisa divisi pada 6 Oktober. Dari 6 hingga 7 Oktober, Divisi ke-7 dan Divisi Kavaleri ke-3 Britania mendarat di Zeebrugge dan pasukan angkatan laut yang berkumpul di Dover dibentuk menjadi Patroli Dover; patroli ini beroperasi di Selat Inggris dan di pesisir Prancis–Belgia. Meskipun ada sedikit bala bantuan dari Britania, pengepungan Antwerpen berakhir ketika cincin pertahanan bentengnya dihancurkan oleh artileri super berat Jerman. Kota itu ditinggalkan pada 9 Oktober dan pasukan Sekutu mundur ke Flandria Barat.

Pada akhir Penarikan Besar, dimulailah Perlombaan ke Laut (17 September – 19 Oktober), yaitu suatu periode upaya timbal balik antara pasukan Jerman dan Prancis-Britania untuk saling mengepung satu sama lain, dan memperluas garis depan ke arah utara dari sungai Aisne, kemudian ke wilayah Pikardia, Artois, dan Flandria. Operasi militer Jerman di Belgia juga bergerak ke arah barat Belgia seiring mundurnya tentara Belgia dari Antwerpen ke daerah perbatasan dengan Prancis. Tentara Belgia bertempur dalam Pertempuran Yser yang defensif (16 – 31 Oktober), yang berada di antara kota Nieuwpoort dan Diksmuide, ketika AD ke-4 Jerman menyerang ke arah barat Belgia. Dalam waktu yang sama, pasukan Prancis, Britania, dan beberapa pasukan Belgia juga bertempur dalam Pertempuran Ypres Pertama (19 Oktober – 22 November) melawan AD ke-4 dan ke-6 Jerman. Pada bulan November 1914, sebagian besar Belgia berada di bawah pendudukan Jerman dan blokade angkatan laut Sekutu. Pada tanggal 26 Agustus 1914, pemerintahan militer Jerman didirikan dan memerintah melalui sistem administratif Belgia sebelum perang, yang diawasi oleh sekelompok kecil perwira dan pejabat Jerman. Belgia dibagi menjadi beberapa zona administratif; zona pertama di bawah Pemerintah Umum di Brussel dan wilayah sekitarnya, zona kedua di bawah AD ke-4 Jerman (termasuk Gent dan Antwerpen), dan zona ketiga di bawah Angkatan Laut Jerman di sepanjang garis pantai. Pendudukan Jerman di Belgia berlangsung hingga akhir tahun 1918.

Latar Belakang

Netralitas Belgia

Eropa pada tahun 1914

Netralitas Belgia telah ditetapkan oleh Kekuatan Besar Eropa dalam Konferensi London tahun 1830. Traktat London (1839) mengakui kemerdekaan dan netralitas Belgia dari Kerajaan Bersatu Belanda setelah Revolusi Belgia.[1] Hingga tahun 1911, analisis strategis Belgia mengantisipasi bahwa jika perang terjadi, Jerman akan menyerang Prancis melalui perbatasan Prancis-Jerman dan menjebak pasukan Prancis di perbatasan Belgia, seperti yang mereka lakukan pada tahun 1870. Jaminan Britania dan Prancis terhadap kemerdekaan Belgia telah diberikan sebelum tahun 1914, namun kemungkinan pendaratan Britania di Antwerpen diusulkan oleh atase militer Britania pada tahun 1906 dan 1911, yang membuat Belgia mencurigai bahwa Britania melihat netralitas Belgia sebagai masalah keuntungan diplomatik dan militer Britania, bukan sebagai tujuan itu sendiri. Krisis Agadir (1911) membuat pemerintah Belgia yakin akan risiko perang Eropa dan invasi Jerman ke Belgia.[2]

Pada bulan September 1911, sebuah pertemuan pemerintah menyimpulkan bahwa Belgia harus siap untuk melawan invasi Jerman, guna menghindari tuduhan kolusi dari pemerintah Britania dan Prancis. Britania, Prancis, dan Belanda juga terus dianggap sebagai musuh potensial.[2] Pada tahun 1913 dan 1914, Jerman menghubungi atase militer Belgia di Berlin untuk menanyakan tentang lewatnya pasukan militer Jerman melalui Belgia. Jika diinvasi, Belgia membutuhkan bantuan asing namun tidak akan menganggap negara asing sebagai sekutu atau membentuk tujuan selain mempertahankan kemerdekaan Belgia. Netralitas mendorong pemerintah Belgia untuk mengadopsi strategi kemandirian militer berdasarkan program pembaruan militer yang dimulai pada tahun 1909 dan diharapkan selesai pada tahun 1926. Rencana Belgia adalah memiliki tiga korps tentara; tujuannya adalah untuk mengurangi keunggulan jumlah pasukan Jerman atas Prancis, yang ditujukan untuk mencegah invasi Jerman.[3]

Pada tahun 1909, wajib militer diperkenalkan dengan pengurangan masa dinas menjadi lima belas bulan; Krisis Agadir membuat pemerintah Belgia melanjutkan persiapannya, namun hingga tahun 1913, jumlah tentara belum ditetapkan sebagai proporsi dari jumlah penduduk. Penerimaan wajib militer tahunan sebanyak 13.300 rekrutan ditingkatkan menjadi 33.000 rekrutan dengan tujuan untuk mengakumulasi jumlah personil terlatih untuk sebuah tentara lapangan sebanyak 180.000 orang. Orang-orang yang lebih tua akan terus berdinas sebagai pasukan garnisun dan hingga tahun 1926, sekitar 340.000 orang akan tersedia. Implementasi skema yang baru ini telah mengganggu skema yang lama namun skema baru ini belum efektif pada tahun 1914. Selama krisis atas pembunuhan Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria, resimen-resimen dibagi dan delapan kelas wajib militer diintegrasikan ke dalam tentara untuk menyediakan 117.000 orang untuk tentara lapangan dan 200.000 orang untuk pasukan benteng. Tentara Belgia merencanakan pertahanan berdasarkan garis interior, daripada mengkonsentrasikan tentara di perbatasan untuk menghadapi ancaman tertentu. Pertahanan Belgia akan didasarkan pada Reduit Nasional di Antwerpen, dengan tentara lapangan berkumpul di tengah negara, sekitar 60 km (37 mil) dari perbatasan, untuk siap bermanuver demi menghambat invasi, sementara perbatasannya dilindungi oleh wilayah-wilayah berbenteng seperti Liège dan Namur.[3] Invasi Jerman ke Belgia pada tanggal 4 Agustus 1914, yang melanggar Pasal VII Traktat London, adalah casus belli, yaitu alasan yang diberikan oleh pemerintah Britania untuk menyatakan perang kepada Jerman.[4]

Rencana perang

Rencana defensif Belgia

Albert I, Raja Belgia sejak tahun 1909; Albert memimpin pasukan Belgia dalam Perang Dunia Pertama

Perencanaan militer Belgia didasarkan pada asumsi bahwa kekuatan dari negara-negara lain akan mengusir Jerman, namun kemungkinan invasi Jerman tidak membuat Prancis dan Britania dianggap sebagai sekutu atau membuat pemerintah Belgia melakukannya lebih dari itu; mereka hanya ingin sekadar melindungi kemerdekaannya. Entente Cordiale (1904) telah membuat Belgia menyadari bahwa sikap Britania terhadap Belgia telah berubah dan kini Belgia dianggap sebagai negara protektorat. Staf Jenderal Belgia dibentuk pada tahun 1910 namun Chef d'État-Major Général de l'Armée (Kepala Staf Jenderal Angkatan Darat), Letnan Jenderal Harry Jungbluth pensiun pada tanggal 30 Juni 1912 dan tidak ada yang menggantikannya hingga Letnan Jenderal Chevalier Antonin de Selliers de Moranville menduduki posisi tersebut pada bulan Mei 1914. Moranville mulai merencanakan konsentrasi pada pasukan dan bertemu dengan pejabat kereta api pada 29 Juli.[5]

Pasukan Belgia akan ditempatkan di Belgia tengah, tepatnya berada di depan Reduit Nasional di Antwerpen dan siap menghadapi Jerman di perbatasan manapun, sementara posisi berbenteng Liège dan posisi berbenteng Namur akan ditinggalkan demi mengamankan perbatasan. Saat mobilisasi, Raja menjadi Panglima Tertinggi dan memilih di mana pasukan akan dikonsentrasikan. Di tengah gangguan rencana pembaruan militer yang baru, para pewajib militer Belgia yang tidak terorganisir dan kurang terlatih akan bermanfaat dari posisi sentral yang mereka tempati demi menunda kontak mereka dengan Jerman. Pasukan Belgia juga membutuhkan benteng pertahanan, namun benteng-benteng tersebut telah dibangun di perbatasan. Ada pandangan lain yang menginginkan kembalinya penempatan di perbatasan, sejalan dengan teori Prancis tentang sebuah serangan. Rencana Belgia yang muncul tersebut adalah sebuah kompromi di mana tentara lapangan dikonsentrasikan di belakang sungai Gete dengan dua divisi maju ke Liège dan Namur.[5]

Jerman: Rencana Schlieffen–Moltke

Strategi Jerman telah memprioritaskan operasi ofensif melawan Prancis dan sikap defensif melawan Rusia sejak 1891. Perencanaan Jerman ditentukan oleh inferioritas numerik, kecepatan mobilisasi dan konsentrasi, serta efek dari peningkatan besar-besaran kekuatan senjata modern. Serangan frontal diperkirakan akan memakan biaya dan berlarut-larut, yang mengarah pada keberhasilan yang terbatas, terutama setelah Prancis dan Rusia memodernisasi benteng mereka di perbatasan dengan Jerman. Alfred von Schlieffen, Kepala Staf Umum Kekaisaran Jerman (Oberste Heeresleitung, OHL, komando tertinggi tentara Jerman) dari tahun 1891 sampai 1906, menyusun rencana untuk menghindari benteng perbatasan Prancis dengan serangan di sisi utara, yang akan memiliki keunggulan jumlah lokal dan dengan cepat memperoleh kemenangan yang menentukan. Pada tahun 1898–1899, manuver seperti itu dimaksudkan dengan cepat untuk melintasi Antwerpen dan Namur, serta mengancam Paris dari utara.[6]

Helmuth von Moltke yang Muda menggantikan Schlieffen pada tahun 1906 dan kurang yakin bahwa Prancis akan menyesuaikan diri dengan asumsi Jerman. Moltke mengadaptasi rencana penyebaran dan konsentrasi untuk mengakomodasi serangan di tengah atau serangan yang menyelimuti dari kedua sayap sebagai varian, dengan menambahkan divisi ke sayap kiri (selatan) di seberang perbatasan Prancis, dan dari ca  1,700,000 orang diperkirakan akan dimobilisasi di Westheer (Tentara Barat). Pasukan utama Jerman masih akan maju melalui Belgia dan menyerang ke arah selatan ke Prancis, tentara Prancis akan diselimuti di sebelah kiri dan menekan mereka kembali ke Meuse, Aisne, Somme, Oise, Marne, dan Seine, dengan serangan pendek dan cepat, dan membuat mereka tidak mampu mundur ke pusat Prancis. Prancis akan dimusnahkan atau manuver dari utara akan menciptakan kondisi untuk kemenangan di pusat atau di Lorraine, yang berada di perbatasan umum.[7]

Akibat wajar dari penekanan pada Front Barat adalah kurangnya pasukan bagi Front Timur untuk melawan Rusia. Di timur, Jerman merencanakan strategi pertahanan dan mengandalkan Angkatan Darat ke-8 untuk mempertahankan Prusia Timur dan Angkatan Darat Austro-Hungaria (Landstreitkräfte Österreich-Ungarns/Császári és Királyi Hadsereg) untuk mengalihkan Rusia dari Jerman timur dengan serangan di Galisia, sementara Prancis sedang dihancurkan. Divisi dari tentara Jerman di barat (Westheer) akan dipindahkan ke timur untuk berurusan dengan Rusia segera setelah ruang bernapas diperoleh dari melawan Prancis.[8]

Prancis: Rencana XVII

Di bawah Rencana XVII, tentara masa damai Prancis akan membentuk lima tentara lapangan, dengan sekelompok divisi cadangan yang melekat pada setiap tentara dan sekelompok divisi cadangan di setiap sisi, pasukan militer berjumlah ca 2.000.000 orang. Tentara harus berkonsentrasi di seberang perbatasan Jerman di sekitar Épinal, Nancy, dan Verdun-Mezières, dengan tentara cadangan di sekitar Ste. Ménéhould dan Commercy. Sejak 1871, pembangunan jalur rel telah memberikan Staf Umum Prancis enam belas jalur ke perbatasan Jerman, dibandingkan dengan tiga belas jalur yang tersedia untuk tentara Jerman, dan Prancis dapat menunggu sampai niat Jerman jelas. Pengerahan Prancis dimaksudkan untuk bersiap menghadapi serangan Jerman di Lorraine atau melalui Belgia. Diperkirakan bahwa Jerman akan menggunakan pasukan cadangan tetapi juga diharapkan bahwa tentara Jerman yang besar akan dimobilisasi di perbatasan dengan Rusia, meninggalkan tentara barat dengan pasukan yang cukup hanya untuk maju melalui Belgia di selatan sungai Meuse dan Sambre. Intelijen Prancis telah memperoleh latihan peta 1905 dari staf umum Jerman, di mana pasukan Jerman tidak pergi lebih jauh ke utara dari Namur dan berasumsi bahwa rencana untuk mengepung benteng Belgia adalah tindakan defensif terhadap tentara Belgia.[9]

Serangan Jerman dari Belgia tenggara sedang menuju Mézières dan kemungkinan serangan dari Lorraine menuju Verdun, Nancy, dan St. Dié sudah diantisipasi; rencana tersebut merupakan evolusi dari Rencana XVI dan membuat lebih banyak ketentuan untuk kemungkinan serangan Jerman dari utara melalui Belgia. Angkatan Darat Pertama, Kedua, dan Ketiga akan berkonsentrasi antara Épinal dan Verdun di seberang Alsace dan Lorraine, Angkatan Darat Kelima akan berkumpul dari Montmédy ke Sedan dan Mézières, dan Angkatan Darat Keempat akan ditahan di barat Verdun, siap bergerak ke timur untuk menyerang sisi selatan invasi Jerman melalui Belgia atau ke selatan untuk melawan sisi utara serangan melalui Lorraine. Tidak ada ketentuan formal yang dibuat untuk operasi gabungan dengan Pasukan Ekspedisi Britania (BEF) tetapi pengaturan bersama telah dibuat, dan pada tahun 1911 selama Krisis Maroko Kedua, Prancis telah diberitahu bahwa enam divisi Britania diharapkan dapat beroperasi di sekitar Maubeuge.[10]

Pecahnya perang

"Jerman Melanggar Netralitas Belgia": Tajuk Utama di Le Soir, 4 Agustus 1914

Pada 28 Juni, Adipati Agung Austria Franz Ferdinand dibunuh dan pada 5 Juli, Kaiser menjanjikan "dukungan penuh dari Jerman" jika Austria-Hungaria mengambil tindakan terhadap Serbia. Pada 23 Juli, Pemerintah Austro-Hungaria mengirim ultimatum ke Serbia dan pada hari berikutnya Menteri Luar Negeri Britania, Sir Edward Gray mengusulkan konferensi untuk mencegah perang, dan Pemerintah Belgia mengeluarkan deklarasi bahwa Belgia akan mempertahankan netralitasnya "apa pun konsekuensinya". Pada 25 Juli, Pemerintah Serbia memerintahkan mobilisasi dan pada 26 Juli, Pemerintah Austro-Hungaria memerintahkan mobilisasi parsial terhadap Serbia. Pemerintah Prancis dan Italia menerima proposal Britania untuk konferensi pada 27 Juli tetapi pada hari berikutnya, Austria-Hungaria menyatakan perang terhadap Serbia dan pemerintah Jerman menolak proposal Britania untuk konferensi dan pada 29 Juli, pemerintah Rusia memerintahkan mobilisasi parsial melawan Austria-Hungaria yang di mana permusuhan antara Austria-Hungaria dan Serbia dimulai. Pemerintah Jerman membuat proposal untuk mengamankan netralitas Britania; Departemen Angkatan Laut mengirim Telegram Peringatan ke Armada dan Kantor Perang serta memerintahkan Periode Kewaspadaan. Pada 30 Juli, pemerintah Britania menolak proposal Jerman untuk netralitas Britania dan pada hari berikutnya, pemerintah Austro-Hungaria dan Rusia memerintahkan mobilisasi penuh.[11]

Pada tengah malam tanggal 31 Juli – 1 Agustus, pemerintah Jerman mengirimkan ultimatum ke Rusia dan mengumumkan keadaan "Kriegsgefahr" pada siang hari; pemerintah Turki memerintahkan mobilisasi dan Bursa Efek London ditutup. Pada 1 Agustus, pemerintah Britania memerintahkan mobilisasi Angkatan Laut, sedangkan pemerintah Jerman memerintahkan mobilisasi umum dan menyatakan perang terhadap Rusia. Permusuhan dimulai di perbatasan Polandia, dan pemerintah Prancis memerintahkan mobilisasi umum dan pada hari berikutnya, pemerintah Jerman mengirim ultimatum ke Belgia untuk menuntut perjalanan melalui wilayah Belgia, ketika pasukan Jerman melintasi perbatasan Luksemburg. Operasi militer dimulai di perbatasan Prancis, Libau dibombardir oleh kapal penjelajah Jerman SMS Augsburg, dan pemerintah Britania menjamin perlindungan angkatan laut untuk pantai Prancis. Pada 3 Agustus, Pemerintah Belgia menolak tuntutan Jerman dan Pemerintah Britania menjamin dukungan militer ke Belgia jika tentara Jerman menyerang. Jerman menyatakan perang terhadap Prancis, sedangkan pemerintah Britania memerintahkan mobilisasi umum dan Italia menyatakan netralitasnya. Pada 4 Agustus, pemerintah Britania mengirimkan ultimatum ke Jerman dan menyatakan perang terhadap Jerman pada tengah malam tanggal 4–5 Agustus waktu Eropa Tengah. Belgia memutuskan hubungan diplomatik dengan Jerman dan Jerman menyatakan perang terhadap Belgia. Pasukan Jerman melintasi perbatasan Belgia dan menyerang Liège.[12]

Pertempuran

Pertempuran Liège, 4–16 Agustus

Posisi berbenteng Liège

Pertempuran Liège adalah pertempuran utama dalam invasi Jerman ke Belgia dan pertempuran pertama dalam Perang Dunia I. Serangan terhadap kota dimulai pada 5 Agustus dan berlangsung hingga 16 Agustus, ketika benteng terakhir menyerah. Invasi Jerman menyebabkan Britania menyatakan perang dan lamanya pengepungan mungkin telah menunda invasi Jerman ke Prancis selama 4–5 hari. Jalur rel yang dibutuhkan oleh tentara Jerman di Belgia timur ditutup selama bagian awal pengepungan dan pada pagi hari tanggal 17 Agustus, Angkatan Darat Jerman ke-1, ke-2, dan ke-3 bebas melanjutkan serangan mereka ke perbatasan Prancis, namun pasukan Jerman hanya muncul dalam kekuatan penuh sebelum Namur pada 20 Agustus.[13] Tentara lapangan Belgia mundur dari Gete menuju Antwerpen dari tanggal 18–20 Agustus dan Brussel direbut tanpa perlawanan pada 20 Agustus. Pengepungan Liège berlangsung selama sebelas hari, bukan dua hari yang telah diperkirakan oleh Jerman.[13]

Operasi militer Belgia di timur negara tersebut telah menunda rencana Jerman, yang menurut beberapa penulis telah menguntungkan pasukan Prancis-Britania di utara Prancis dan di Belgia.[13] Wolfgang Förster menulis bahwa jadwal pengerahan Jerman mengharuskan pasukannya mencapai garis di Thionville ke Sedan dan Mons pada hari ke-22 mobilisasi (23 Agustus), yang dicapai lebih cepat dari jadwal. Dalam Bulletin Belge des Sciences Militaires, diklaim ada penundaan selama empat hari.[13] John Buchan menulis bahwa "Kemenangan itu bermoral – sebuah iklan kepada dunia bahwa kepercayaan kuno tentang negara dan kewajiban masih bisa menggerakkan lengan untuk berperang, dan bahwa idola Jerman, dengan segala kemegahannya, memiliki kaki dari tanah liat."[14] Pada tahun 2007, Foley menyebut netralisasi pertahanan Belgia di Liège cukup memungkinkan sayap kanan Jerman untuk menerobos, sebuah rintangan kecil di jalan bagi Jerman, yang telah dimobilisasi dalam dua minggu dan bersiap untuk menyerang Prancis pada 20 Agustus.[15]

Pertempuran Halen, 12 Agustus 1914

Penggambaran kontemporer Belgia tentang Pertempuran Halen

Pertempuran Halen (Haelen) dilakukan oleh kavaleri berkuda dan tidak berkuda serta pasukan lainnya pada tanggal 12 Agustus 1914 antara pasukan Jerman, yang dipimpin oleh Georg von der Marwitz dan pasukan Belgia, yang dipimpin oleh Letnan Jenderal Léon de Witte. Untuk memblokir kemajuan Jerman menuju Hasselt dan Diest, Divisi Kavaleri yang dikomandani oleh de Witte, dikirim untuk menjaga jembatan di atas sungai Gete di Halen. Selama pertemuan malam, staf umum Belgia mengarahkan de Witte untuk melawan aksi tidak berkuda dalam upaya untuk memusnahkan keunggulan numerik Jerman.[16] Dari penyadapan komunikasi, Markas Besar Belgia menemukan bahwa Jerman sedang menuju de Witte dan mengirim Brigade Infanteri ke-4 untuk memperkuat Divisi Kavaleri. Pertempuran dimulai sekitar pukul 8:00 pagi ketika kelompok pengintai Jerman, yang bergerak maju dari Herk-de-Stad, terlibat tembakan senjata ringan dengan pasukan Belgia. Sekitar 200 prajurit Belgia berusaha untuk membangun posisi berbenteng di tempat pembuatan bir tua di Halen tetapi diusir dari bangunan ketika Jerman membawa artileri lapangan.[16]

Insinyur Belgia telah meledakkan jembatan di atas Gete tetapi strukturnya hanya runtuh sebagian, yang memberi kesempatan bagi Jerman untuk mengirim sekitar 1.000 pasukan ke pusat Halen.[16] Garis pertahanan utama Belgia berada di sebelah barat Halen, berada di medan yang sebagian telah diabaikan oleh Jerman. Perebutan Halen yang relatif mudah membuat Jerman merasa percaya diri dan menyebabkan beberapa upaya yang keliru untuk merebut posisi Belgia dengan serangan sabel dan ganjur. Menjelang penghujung hari, Jerman terpaksa mundur ke kolom utama mereka di timur Halen.[17] Pertempuran tersebut merupakan kemenangan bagi tentara Belgia tetapi secara strategis tidak menentukan. Jerman melanjutkan untuk mengepung kota-kota berbenteng seperti Namur, Liège, dan Antwerpen, yang telah membentuk dasar dari sistem pertahanan Belgia, dan dimaksudkan untuk menunda gerak laju penyerbu sampai pasukan asing dapat campur tangan, yang didasarkan pada Perjanjian London. Korban yang diderita Jerman adalah 150 tewas, 600 terluka, 200–300 tahanan, dan ca 400 kuda. Korban yang diderita Belgia adalah 160 tewas, dan 320 terluka.[18]

Pengepungan Namur, 20–24 Agustus

Benteng pertahanan Namur, 1914

Namur dipertahankan oleh cincin benteng pertahanan modern, yang dikenal sebagai posisi berbenteng Namur (position fortifiée de Namur) dan dijaga oleh Divisi ke-4 Belgia. Ketika pengepungan dimulai pada 20 Agustus, Jerman membalikkan taktik yang digunakan di Liège, dengan menunggu hingga kereta pengepungan tiba dari Liège dan membombardir benteng sebelum menyerang dengan infanteri. Pasukan Prancis yang dikirim untuk membebaskan kota akhirnya dikalahkan pada Pertempuran Charleroi dan hanya beberapa yang berhasil berpartisipasi dalam pertempuran untuk Namur. Benteng-benteng tersebut akhirnya dihancurkan dalam pengeboman, sebagian besar Divisi ke-4 Belgia mundur ke selatan, dan pasukan benteng pertahanan Belgia dipaksa menyerah pada 24 Agustus. Belgia telah menahan kemajuan serangan Jerman selama beberapa hari dan lebih lama dari yang diperkirakan Jerman, yang memungkinkan Belgia dan Prancis memiliki lebih banyak waktu untuk memobilisasi.[19] Tentara Belgia memiliki sekitar 15.000 korban, di antaranya sekitar 10.000 berasal dari Divisi ke-4, di mana mereka dipindahkan ke Le Havre dan kemudian menuju Ostend melalui laut pada 27 Agustus, dan dari sana mereka bergabung kembali dengan tentara lapangan di Antwerpen.[20] Der Weltkrieg, sejarah resmi Jerman mencatat penangkapan 6.700 tahanan Belgia dan Prancis dan dua belas senjata lapangan, serta 900 korban Jerman, di antaranya sekitar 300 tewas.[21]

Pertempuran Charleroi dan Mons, 21–23 Agustus

Penggambaran Prancis tentang pasukan kolonial yang beraksi di Pertempuran Charleroi

Pertempuran Charleroi terjadi pada tanggal 21 Agustus 1914, antara pasukan Prancis dan Jerman, dan merupakan bagian dari Pertempuran Perbatasan. Prancis sedang merencanakan serangan di seberang sungai Sambre, ketika Jerman menyerang dan Angkatan Darat Kelima Prancis dipaksa mundur, yang mencegah tentara Jerman mengepung dan menghancurkan Prancis. Setelah tindakan defensif lain dalam Pertempuran St. Quentin, Prancis didorong hingga beberapa mil dari Paris. Britania berusaha untuk mempertahankan garis Terusan Mons–Condé di sayap kiri Angkatan Darat Kelima Prancis yang melawan Angkatan Darat ke-1 Jerman dan menimbulkan korban yang tidak proporsional, sebelum mundur ketika beberapa unit diserbu, dan Angkatan Darat Kelima Prancis di sayap kanan mundur setelah pertempuran lebih jauh ke timur di Charleroi. Kedua belah pihak memiliki keberhasilan taktis di Mons, Britania telah bertahan dari Angkatan Darat Pertama Jerman selama 48 jam, untuk mencegah Angkatan Darat Kelima Prancis agar tidak terkepung dan kemudian mundur dalam keadaan baik. Bagi Jerman, pertempuran tersebut merupakan kekalahan taktis dan keberhasilan strategis. Angkatan Darat Pertama telah tertunda dan menderita banyak korban tetapi telah dipaksa untuk menyeberangi Terusan Mons–Condé dan mulai bergerak maju ke Prancis.[22]

Pengepungan Antwerpen, 28 September – 10 Oktober

Pertahanan Antwerpen, 1914

Di kota berbenteng Antwerpen, pasukan Jerman mengepung garnisun pasukan benteng Belgia, tentara lapangan Belgia, dan Divisi Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya. Kota ini dikelilingi oleh benteng, yang dikenal sebagai Benteng Nasional dan diinvestasikan ke selatan dan timur oleh pasukan Jerman, yang memulai pemboman benteng pertahanan Belgia dengan artileri berat dan super berat pada 28 September. Garnisun Belgia tidak memiliki harapan untuk menang tanpa bantuan dan meskipun kedatangan Divisi Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya dimulai pada 3 Oktober, Jerman telah menembus lingkar luar benteng. Kemajuan Jerman mulai memampatkan koridor dari barat kota di sepanjang perbatasan Belanda ke pantai. Orang-orang Belgia di Antwerpen telah menggunakan jalur tersebut untuk mempertahankan kontak dengan sisa Belgia yang tidak diduduki, dan tentara lapangan Belgia memulai penarikan ke arah barat menuju pantai.[23]

Pada 9 Oktober, garnisun yang tersisa menyerah, Jerman menduduki kota, dan beberapa pasukan Britania dan Belgia melarikan diri ke utara ke Belanda, di mana mereka diinternir selama perang. Sejumlah besar amunisi dan banyak dari 2.500 senjata di Antwerpen telah ditangkap utuh oleh Jerman.[23] Sekitar 80.000 tentara lapangan Belgia yang masih bertahan melarikan diri ke arah barat, dengan sebagian besar dari Divisi Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya.[24] Korban Britania adalah 57 tewas, 138 terluka, 1.479 diinternir, dan 936 ditawan. Operasi untuk menyelamatkan Antwerpen gagal, tetapi telah menahan pasukan Jerman ketika mereka dibutuhkan untuk operasi perlawanan di Ypres dan pantai. Ostend dan Zeebrugge direbut oleh Jerman tanpa perlawanan. Pasukan dari Antwerpen maju ke posisi di sepanjang sungai Yser dan bertempur dalam Pertempuran Yser, yang telah menggagalkan upaya terakhir Jerman untuk membelokkan sayap utara Sekutu.[25]

Pengoperasian periferal, Agustus–Oktober

Zona benteng Maubeuge, 1914

Perlawanan Belgia dan ketakutan Jerman terhadap Franc-tireurs, membuat Jerman menerapkan kebijakan schrecklichkeit (ketakutan) terhadap warga sipil Belgia selama invasi. Pembantaian, eksekusi, penyanderaan, dan pembakaran kota dan desa telah terjadi, dan peristiwa ini dikenal sebagai Pemerkosaan Belgia.[26] Setelah Pertempuran Sambre, Angkatan Darat Kelima Prancis dan BEF mundur dan pada 25 Agustus, Jenderal Fournier diperintahkan untuk mempertahankan benteng, yang pada 27 Agustus, telah dikepung oleh Korps Cadangan VII, yang memiliki dua divisi dan akhirnya menerima sebagian dari artileri super-berat Jerman, yang dibawa dari pengepungan di Belgia. Maubeuge dipertahankan oleh empat belas benteng, dengan garnisun 30.000 Teritorial Prancis, dan sekitar 10.000 tentara Prancis, Britania, dan Belgia yang tersesat, dan memblokir jalur rel utama Cologne–Paris. Hanya jalur dari Trier ke Liège, Brussel, Valenciennes, dan Cambrai yang dibuka dan harus membawa perbekalan ke arah selatan ke tentara di Aisne dan mengangkut pasukan Angkatan Darat ke-6 ke arah utara.[27]

Pada 29 Agustus, Jerman mulai membombardir benteng-benteng di sekitar Maubeuge. Pada 5 September, empat benteng diserbu oleh infanteri Jerman, menciptakan celah di pertahanan. Pada 7 September, garnisun menyerah. Jerman menangkap 40.000 tahanan dan merebut 377 senjata.[28] Setelah Maubeuge direbut, jalur dari Cologne–Paris dibatasi penggunaannya antara Diedenhofen dan Luksemburg, hingga jembatan di Namur diperbaiki.[27] Pertempuran Marne dimulai saat benteng-benteng Maubeuge diserbu; selama Pertempuran Aisne, salah satu divisi Korps Cadangan VII tiba pada waktunya untuk bergabung dengan Angkatan Darat ke-7 Jerman, yang menutup celah berbahaya di garis Jerman.[28] Sementara BEF dan tentara Prancis melakukan Penarikan Besar ke Prancis (24 Agustus – 28 September), detasemen kecil tentara Belgia, Prancis, dan Britania melakukan operasi melawan kavaleri Jerman dan Jäger.[29]

Litoral Prancis-Belgia, 1914

Pada 27 Agustus, sebuah skuadron Pasukan Udara Angkatan Laut Kerajaan Britania Raya (RNAS) telah terbang ke Ostend, untuk pengintaian serangan udara antara Bruges, Ghent, dan Ypres.[30] Marinir Britania mendarat di Dunkirk pada malam 19/20 September dan pada 28 September, sebuah batalion menduduki Lille. Brigade lainnya menduduki Cassel pada 30 September dan mengintai negara tersebut dengan mobil; Bagian Mobil Lapis Baja RNAS yang dibuat dengan memasang kendaraan dengan baja anti peluru.[31][32] Pada 2 Oktober, Brigade Marinir dipindahkan ke Antwerpen. Sisa dari Divisi Angkatan Laut mendarat di Dunkirk pada malam 4/5 Oktober, dan mengikuti Marinir ke Antwerpen pada 6 Oktober. Dari 6–7 Oktober, Divisi ke-7 dan Divisi Kavaleri ke-3 mendarat di Zeebrugge.[33] Pasukan Angkatan Laut yang dikumpulkan di Dover dibentuk menjadi unit terpisah, diantaranya menjadi Patroli Dover, untuk beroperasi di Selat dan di lepas pantai Prancis-Belgia.[34]

Perlombaan menuju Laut, 17 September – 19 Oktober

Gerakan mengapit Prancis-Jerman, 15 September – 8 Oktober

Perlombaan menuju Laut berlangsung dari sekitar tanggal 17 September – 19 Oktober 1914, setelah Pertempuran Perbatasan (7 Agustus–13 September) dan kemajuan Jerman ke Prancis, yang dihentikan pada Pertempuran Marne Pertama (5–12 September) dan diikuti oleh Pertempuran Aisne Pertama (13 September–28 September), sebuah serangan balasan Prancis-Britania.[a] Istilah tersebut menggambarkan upaya timbal balik oleh tentara Prancis-Britania dan Jerman, untuk menyelimuti sisi utara tentara lawan melalui Picardie, Artois, dan Flandria, daripada upaya untuk maju ke arah utara menuju laut. Pasukan dipindahkan dari perbatasan Prancis-Jerman oleh kedua belah pihak, dan menuju sisi barat untuk mencegah gerakan mengepung lawan dan kemudian untuk mencegah balasan mengepung lawan. Pada pertempuran Picardie dan Albert pada akhir September, angkatan darat Prancis Kedua dan ke-6 Jerman bertempur dalam pertempuran dari utara Oise ke Somme tetapi tidak ada yang mampu menyelimuti sisi utara lawan.[43]

Tentara Prancis dan Jerman dipindahkan dari timur untuk upaya pengepungan lebih lanjut ke utara, dan BEF melakukan gerakan kamuflase dari front Aisne pada malam 1/2 Oktober, dengan tanpa pergerakan di siang hari, yang di mana pesawat mereka mendarat di cuaca hujan, dan menipu tentara Jerman. Pada 8–9 Oktober, BEF mulai berkumpul di sekitar Abbeville, bersiap untuk memulai serangan di sekitar sisi utara Jerman, dan menuju pasukan Belgia dan Sekutu di Flandria. Upaya Prancis dan Jerman untuk saling mengepung gagal, selama Pertempuran Arras pada awal Oktober dan pertempuran La Bassée, Armentières, dan Messines. "Perlombaan" berakhir di pantai Laut Utara Belgia sekitar 19 Oktober, ketika daerah terbuka terakhir dari Diksmuide ke Laut Utara diduduki oleh pasukan Belgia, yang di mana telah ditarik dari pengepungan Antwerpen (28 September – 10 Oktober). Britania memegang garis dari La Bassée ke Passchendaele, Prancis dari Passchendaele ke Diksmuide, dan tentara Belgia dari Diksmuide ke Nieuwpoort. Upaya pengepungan telah menghasilkan sejumlah pertempuran pertemuan tetapi tidak ada pihak yang bisa mendapatkan kemenangan yang menentukan.[43]

Pertempuran Yser, 16 Oktober – 2 November

Front Yser, 1914

Pertempuran Yser terjadi pada bulan Oktober 1914 di sepanjang 35 km (22 mil) sungai Yser, dan kanal Yperlee di Belgia.[44] Pada 15 Oktober, sekitar 50.000 pasukan Belgia mengakhiri penarikan mereka dari Antwerpen, dan menempatkan pos antara Nieuwpoort, dan Fusiliers Marins Prancis di Diksmuide, yang menandai berakhirnya "Perlombaan menuju Laut". Kedua belah pihak melakukan serangan, dan ketika serangan oleh Angkatan Darat Kesepuluh dan BEF ke Lille dikalahkan pada awal Oktober, lebih banyak pasukan Prancis dikirim ke utara, dan membentuk Détachement d'Armée de Belgique ("Detasemen Angkatan Darat Belgia") di bawah komando Jenderal Victor d'Urbal.[45] Falkenhayn mengumpulkan Angkatan Darat ke-4 yang baru dari Korps Cadangan III, yang tersedia sejak jatuhnya Antwerpen, dan empat korps cadangan baru, yang telah dibentuk di Jerman pada bulan Agustus, dan kekurangan dalam pelatihan, senjata, peralatan, dan kepemimpinan. Serangan Angkatan Darat ke-4 di sepanjang pantai ke St. Omer, dimulai dengan operasi melawan Belgia, untuk mengusir mereka kembali dari Yser.[46]

Pada 16 Oktober, Raja Albert memerintahkan agar prajurit yang mundur ditembak, dan perwira yang lalai akan diadili di pengadilan militer. Tentara Belgia kelelahan, air begitu dekat dengan permukaan tanah sehingga parit hanya bisa digali sedalam 1–2 kaki (0,30–0,61 m), dan artileri lapangan kekurangan amunisi, dan senjata mereka sudah aus. Serangan Jerman dimulai pada 18 Oktober, dan pada 22 Oktober, mereka telah memperoleh pijakan di seberang Yser di Tervaete. Pada akhir 23 Oktober, pasukan Belgia telah diusir kembali dari tepi sungai, dan pada hari berikutnya, pasukan Jerman memiliki jembatan selebar 5 km (3,1 mil). Divisi ke-42 Prancis digunakan untuk memperkuat pasukan Belgia yang mundur kembali ke tanggul rel kereta api dari Diksmuide ke Nieuwpoort yang tingginya 3,3–6,6 kaki (1–2 m) di atas permukaan laut. Pada 26 Oktober, posisi tentara Belgia telah memburuk ke titik, dan penarikan lain telah direncanakan. Raja Albert menolak penarikan tersebut, dan pada hari berikutnya, gerbang pintu air di Nieuwpoort dibuka untuk memulai banjir di dataran pantai. Jerman memulai serangan pada 30 Oktober dengan melintasi tanggul di Rampscappelle tetapi dipaksa mundur selama serangan balasan pada akhir 31 Oktober, dan pada 2 November, Diksmuide direbut.[47]

Pertempuran Ypres Pertama, 19 Oktober – 22 November

Posisi pasukan lawan di Ypres, Oktober 1914

Pertempuran Ypres Pertama (bagian dari Pertempuran Flandria Pertama) dimulai pada 19 Oktober dengan serangan yang dilakukan oleh pasukan ke-6 dan ke-4 Jerman, dan pada saat yang sama dengan serangan BEF terhadap Menin dan Roulers. Pada 21 Oktober, serangan yang dilakukan oleh korps cadangan Angkatan Darat ke-4 dipukul mundur dalam pertempuran yang memakan biaya tersebut, dan pada 23–24 Oktober, serangan Jerman dilakukan di utara, di Yser oleh Angkatan Darat ke-4, dan ke selatan oleh Angkatan Darat ke-6. Serangan Prancis oleh Angkatan Darat Kedelapan yang baru telah dilakukan dengan serangan terhadap Roulers dan Thourout, yang mengalihkan pasukan Jerman dari posisi Britania, dan Belgia. Serangan Jerman yang baru telah direncanakan, di mana pasukan ke-4 dan ke-6 akan menyematkan pasukan Sekutu, sementara formasi yang baru, Armeegruppe von Fabeck dengan enam divisi baru, dan lebih dari 250 senjata berat mengambil alih perbatasan dua pasukan Jerman, untuk menyerang ke arah barat laut antara Messines dan Gheluvelt.


Catatan

  1. ^ Penulis dan sejarawan telah mengkritik istilah Race to the Sea (Perlombaan menuju Laut), dan menggunakan beberapa rentang tanggal, untuk periode upaya bersama untuk mengepung tentara lawan di sisi utara mereka. Pada tahun 1925, Edmonds, Sejarawan Resmi Britania, menggunakan tanggal 15 September – 15 Oktober dan pada tahun 1926, menggunakan tanggal 17 September – 19 Oktober.[35][36] Pada tahun 1929, volume kelima Der Weltkrieg, Sejarah Resmi Jerman, menggambarkan kemajuan upaya pengepungan Jerman, tanpa memberi label kepada mereka.[37] Pada tahun 2001, Strachan menggunakan tanggal 15 September – 17 Oktober.[38] Pada tahun 2003, Clayton memberikan tanggal dari 17 September – 7 Oktober.[39] Pada tahun 2005, Doughty menggunakan periode dari 17 September – 17 Oktober, dan Foley dari 17 September untuk periode antara 10–21 Oktober.[40][41] Pada tahun 2010, Sheldon menempatkan awal perlombaan dengan "salah nama" dari akhir Pertempuran Marne hingga awal Pertempuran Yser.[42]

Catatan Kaki

  1. ^ Albertini 2005, hlm. 414.
  2. ^ a b Strachan 2003, hlm. 208.
  3. ^ a b Strachan 2003, hlm. 209–210.
  4. ^ Albertini 2005, hlm. 504.
  5. ^ a b Strachan 2003, hlm. 209–211.
  6. ^ Humphries & Maker 2013, hlm. 66, 69.
  7. ^ Strachan 2003, hlm. 190, 172–173, 178.
  8. ^ Strachan 2010, hlm. 35.
  9. ^ Strachan 2003, hlm. 194.
  10. ^ Strachan 2003, hlm. 195–198.
  11. ^ Skinner & Stacke 1922, hlm. 1–5.
  12. ^ Skinner & Stacke 1922, hlm. 6.
  13. ^ a b c d Edmonds 1926, hlm. 33.
  14. ^ Buchan 1921, hlm. 134.
  15. ^ Foley 2007, hlm. 83.
  16. ^ a b c General Staff 1915, hlm. 19.
  17. ^ General Staff 1915, hlm. 20–21.
  18. ^ General Staff 1915, hlm. 19–21.
  19. ^ Donnell 2007, hlm. 53–54.
  20. ^ Tyng 2007, hlm. 100.
  21. ^ Mertz von Quirnheim 1925, hlm. 416.
  22. ^ Baldwin 1963, hlm. 25.
  23. ^ a b Strachan 2003, hlm. 1,032.
  24. ^ Sheldon 2010, hlm. 58.
  25. ^ Edmonds 1925, hlm. 63–64.
  26. ^ Terraine 1992, hlm. 25.
  27. ^ a b Strachan 2003, hlm. 241, 266.
  28. ^ a b Rickard 2007.
  29. ^ Edmonds 1925, hlm. 39–65.
  30. ^ Raleigh 1969, hlm. 371–374.
  31. ^ Raleigh 1969, hlm. 375–390.
  32. ^ Corbett 2009, hlm. 168–170.
  33. ^ Edmonds 1925, hlm. 405.
  34. ^ Corbett 2009, hlm. 170–202.
  35. ^ Edmonds 1925, hlm. 27–100.
  36. ^ Edmonds 1926, hlm. 400–408.
  37. ^ Mertz von Quirnheim 1929, hlm. 14.
  38. ^ Strachan 2003, hlm. 266–273.
  39. ^ Clayton 2003, hlm. 59.
  40. ^ Doughty 2005, hlm. 98.
  41. ^ Foley 2007, hlm. 101–102.
  42. ^ Sheldon 2010, hlm. x.
  43. ^ a b Strachan 2003, hlm. 264–274.
  44. ^ Barton, Doyle & Vandewalle 2005, hlm. 17.
  45. ^ Doughty 2005, hlm. 103.
  46. ^ Strachan 2003, hlm. 273, 274–275.
  47. ^ Strachan 2003, hlm. 275–276.
Baca informasi lainnya:
Kembali kehalaman sebelumnya