Sebuah kawat yang menceritakan pertemuan antara pejabat Amerka Serikat dan Ahmed Wali Karzai pada September 2009 dan Februari 2010 mengandung kalimat peringatan sebagai berikut: "Catatan: Sekalipun kita harus mengakui AWK sebagai kepala Dewan Provinsi, ia dianggap luas sebagai sosok yang korup dan penyelundup narkotika". Mengetahui beberapa pernyataan Karzai dipalsukan, kawat ini menjelaskan bahwa, "Ia tampaknya belum tahu pengetahuan kita tentang aktivitas-aktivitasnya. Kita perlu mengawasi aktivitasnya dari jarak dekat, lalu mengirim pesan transparan berulang-ulang kepadanya."[1]
Militer A.S. mengambil lima belas persen dari €50 juta yang diberikan pemerintah Jerman sebagai dana abadi untuk membangun Angkatan Darat Nasional Afghanistan.[3]
Britania Raya telah membantu melatih Rapid Action Battalion (RAB), satuan elit anti-kriminal dan anti-terorisme Kepolisian Bangladesh yang disebut Human Rights Watch sebagai "pasukan kematian pemerintah". RAB bertanggung jawab atas lebih dari 100 pembunuhan ekstrayudisial. Pelatihan yang difasilitasi Britania Raya meliputi "teknik wawancara investigatif" dan "aturan pertempuran" dan dilakukan oleh anggota polisi Britania yang masih berdinas di bawah pengawasan National Policing Improvement Agency (NPIA). Akan tetapi, A.S. sudah mengetahui sesi pelatihan ini, namun pemerintahnya terhambag oleh "dugaan pelanggaran hak asasi manusia [oleh RAB], sehingga organisasi ini tidak layak mendapatkan pelatihan atau bantuan [dari Amerika Serikat]".[5]
Pemilihan umum Bangladesh 2008
Para pejabat A.S. ingin agar kedua ketua partai politik terbesar di Bangladesh berpartisipasi dalam pemilihan umum Bangladesh 2008. Kawat yang mengacu pada studi kedutaan A.S. ini mengatakan bahwa mayoritas penduduk Bangladesh menginginkan agar pemungutan suara dilakukan secepatnya dan upaya apapun untuk menggagalkan pemilu tidak akan berakhir baik.[6]
Pejabat A.S. ingin terus mengawasi pasukan penjaga perdamaian Bangladesh karena ada dugaan bahwa Bangladesh mencoba menanamkan pengaruhnya di Afrika melalui tugas penjagaan perdamaian PBB. Dugaan tersebut adalah kepentingan Bangladesh dalam menjaga perdamaian di Afrika lebih condong ke penanaman pengaruh di Afrika ketimbang pelaksanaan tugas untuk PBB.[8]
Kekhawatiran A.S.
Pejabat A.S. tampaknya gelisah dengan meningkatnya jumlah Muslim, termasuk warga Bangladesh di Britania Raya dan sedang mengumpulkan data tentang peningkatan ini.[9]
Myanmar kemungkinan sedang membangun situs rudal dan nuklir dengan bantuan Korea Utara. Seorang pejabat Burma mengaku melihat para teknisi Korea Utara membantu pembangunan fasilitas bawah tanah di kaki bukit lebih dari 480 km di barat laut Rangoon.[11][12][13]
Pada tahun 2009, Duta Besar Richard E. Hoagland mengutip sejumlah orang yang skeptis terhadap kampanye anti-korupsi di Kazakhstan.[14] Ia menyebut seorang analis politik yang "melihat tersangka-tersangka yang bermunculan sebagai tanda peperangan intra-elit ketimbang bukti adanya upaya melawan korupsi" dan seorang "aktivis masyarakat sipil" yang "menggambarkan pejabat-pejabat tersangka sebagai 'penghubung yang lemah dalam rantai [korupsi]' dan percaya bahwa 'penerkam sejati'-nya terus beroperasi dengan bebas."[15] Hoagland berkomentar, "Korupsi sangat endemik di kalangan pejabat pemerintahan Kazakhstan dan seluruh CIS. Dengan pendapatan pajak yang besar, gaji pejabat pemerintah Kazakhstan lebih tinggi daripada negara-negara tetangganya. Misal, gaji Perdana menteri Masimov lebih dari $50.000 per tahun. Akan tetapi para pejabat yang lebih senior menjalani gaya hidup yang membutuhkan pendapatan yang lebih besar. Kadang-kadang mereka menerima uang dari bisnis yang terdaftar atas nama suami/istri atau kerabatnya. Selain itu, mereka mencuri langsung dari anggaran publik. Pejabat-pejabat yang ditangkap melalui kampanye anti-korupsi jumlahnya belum seberapa."[15]
Korea
Reunifikasi Korea
Menurut sejumlah pejabat Cina, Korea Utara bertingkah seperti "anak manja". Cina siap menerima reunifikasi Korea di bawah kepemimpinan Korea Selatan. Mereka memperkirakan sanggup menampung 300.000 pengungsi Korea Utara jika terjadi ketidakstabilan di semenanjung Korea.[16]
Menurut duta besar A.S. untuk Seoul, pejabat A.S. dan Korea Utara telah membicarakan reunifikasi kedua Korea jika Korea Utara suatu saat bubar sendiri..[17]
Kyrgyzstan
Korupsi
Korupsi di Kyrgyzstan dibicarakan dalam pertemuan di sebuah hotel di Bishkek antara duta besar AS Tatiana Gfoeller, pebisnis Britania dan Kanada, dan Adipati York dari Britania Raya.[14] Gfoeller menyatakan, "Meski ada klaim bahwa semuanya tidak pernah berpartisipasi dan tidak pernah menyuap, seorang perwakilan perusahaan berukuran sedang mengaku bahwa 'Ini kadang merupakan godaan yang burul/' Dalam pertemuan makan siang yang begitu jujur di sebuah hotel, semua pebisnis tadi mengatakan bahwa tidak ada pekerjaan yang selesai di Kyrgyzstan jika anak Presiden Bakiyev, Maxim, tidak mendapat 'bagiannya.'"[18] Atas nama Maxim Bakiyev, firma pengacara London Carter-Ruck mengatakan kepada The Guardian bahwa, "Tn. Bakiyev sepenuhnya membantah tuduhan ini."[14]
Pangkalan Udara Manas
Pada bulan Februari 2009, Duta Besar Amerika Serikat untuk Kyrgyzstan berbicara dengan duta besar Cina, Zhang Yannian, setelah diberitahu bahwa Cina menawarkan $3 miliar kepada Kyrgyzstan sebagai imbalan atas penutupan Pangkalan Udara Manas, pangkalan militer penting A.S. di Bishkek yang menangani penerbangan ke dan dari Afghanistan. Ia mengatakan bahwa dalam pertemuan tersebut, "Zhang tampak gugup dan kehilangan kemampuan berbahasa Rusianya dan mulai melantur dalam bahasa Cina". Zhang menanggapinya dengan mengirimkan proposal ke A.S. tentang negosiasi pembukaan pangkalan tersebut dengan pemerintah Kyrgyzstan. Ajudannya langsung menimpali: "Atau Anda beri saja mereka $5 miliar dan bawa kami dan pihak Rusia keluar [dari masalah ini]".
Malaysia
Najib Tun Razak
According to revelations from Singapore diplomats about Malaysia's political scene, Najib Tun Razak, Perdana Menteri Malaysia diyakini seadng dalam posisi sulit setelah menghadapi tuduhan keterlibatannya dalam pembunuhan perempuan MongoliaAltantuya Shaaribuu.[19][20]
Pejabat AS telah menyatakan keberatanya terkait kemunculan Najib sebagai suara pembaruan sambil mengutip insiden kepala sapi di Shah Alam, pemakaian kata "Allah" di injil berbahasa Melayu dan hukuman cambuk Kartika.[21]
Mesin jet F-5 yang hilang
Informasi Wikileaks yang baru menunjukkan bahwa Amerika Serikat kecewa karena Malaysia tidak memberitahu mereka tentang mesin-mesin F-5 yang hilang dari inventaris mereka. Muncul kekhawatiran di AS bahwa mesin-mesin jet ini dijual ke Iran dan melanggar embargo senjata. Peristiwa ini terjadi ketika Najib Tun Razak masih menjadi Menteri Pertahanan Malaysia.[22][23]
Penyelundupan manusia
Pejabat pemerintah AS khawatir jika pejabat imigrasi Malaysia di perbatasan Malaysia-Thailand terlibat dalam penyelundupan warga negara Myanmar.[24]
Pidato rasis
Hishammuddin Hussein, Menteri Dalam Negeri Malaysia mengatakan kepada pejabat kedutaan AS pada tahun 2007 bahwa partai komponen Barisan Nasional, Malaysian Chinese Association, disalahkan karena terlalu lamban menangani reaksi warga non-Melayu terhadap pidato rasis di majelis umum UMNO yang lalu.[25]
Pengadilan sodomi Anwar
Diplomat AS memperingatkan par apetinggi UMNO pada tahun 2008 bahwa serangan yang terus dilancarkan terhadap Pakatan Rakyat, terutama seputar tuduhan sodomi kepada Anwar Ibrahim, akan membawa masalah bagi kelangsungan Barisan Nasional dan mengatakan ini bukan konspirasi politik.[26]
Perusahaan Malaysia dan Iran
Pejabat-pejabat AS diberitahu bahwa sejumlah petinggi perusahaan Malaysia pergi ke Iran sambil membawa kopor uang untuk membeli konsesi minyak dan gas dari pemerintah Iran. Perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan minyak nasional Petronas dan SK Ventures yang dipimpin oleh miliarder Malaysia Syed Mokhtar Al-Buhkary.[1]Diarsipkan 2011-08-23 di Wayback Machine.
Nepal
Cina dan pengungsi Tibet
Cina membayar Kepolisian Nepal untuk menangkap warga Tibet yang mengungsi ke India.[27]
Menurut kawat diplomatik, kepentingan A.S. di Tajikistan meliputi: "kestabilan perbatasan utara Afghanistan, bantuan untuk operasi militer di Afghanistan, dan Tajikistan menjadi kekuatan penyeimbang dan kontributor bagi pengembangan ekonomi di kawasan ini." Selain itu, "Tajikistan memberikan hak terbang tak terbatas dan segera menyepakati jalur transit darat NDN (Northern Distribution Network)" dan "mereka tertarik agar A.S. mendirikan pangkalan udara di Tajikistan. Mereka memandang keterlibatan A.S. di kawasan ini sebagai benteng terhadap ketidakstabilan Afghanistan dan sumber dana yang bisa mereka harapkan."[28]
Pembangunan masa depan
Menurut kawat diplomatik, "Tajikistan harus menyelesaikan masalah politik dan ekonomi yang menghambat pembangunannya sendiri: kemiskinan, hubungan buruk dengan Uzbekistan, korupsi yang meluas, struktur dan perencanaan ekonomi era Soviet, sistem politik yang tidak demokratis, keamanan pangan kronis, dan ketergantungan buruh migran di Rusia.".[28]
Thailand
Viktor Bout
Di Thailand, beberapa kolega tertuduh pedagang senjata Viktor Bout dari Rusia mencoba memblokir ekstradisinya dari Thailand ke Amerika Serikat dengan menyuap seorang saksi kunci dalam kasus ini. Diplomat A.S. diperingatkan melalui kawat diplomatik rahasia.[29]Abhisit Vejjajiva, Perdana Menteri Thailand, menegaskan bahwa pemerintahannya tidak akan mematuhi permintaan Washington untuk mengekstradisi Bout.[29]
Sebuah kawat tertanggal Desember 2007 menyatakan: "Korupsi dan nepotisme masih menjadi masalah di Turkmenistan, dan firma-firma Turki dan Bouygues sudah berhasil di industri konstruksi yang bernilai tinggi ini karena mereka menguasai lingkungan bisnis di sana."[31]
Menurut kawat tahun 2008, rumor hadiah dari perusahaan Rusia Itera untuk Presiden Gurbanguly Berdimuhamedow berupa kapal pesiar senilai €60 juta 'merupakan tanda bahwa niat perusahaan untuk memenangkan bisnis ini tidak boleh diremehkan'.[32]
Uzbekistan
Korupsi, HAM, dan kejahatan terorganisasi
Uzbekistan digambarkan sebagai dunia yang penuh "korupsi akut", kejahatan terorganisasi, kerja paksa di ladang kapas, dan penyiksaan.[33]
Setelah Hillary Clinton memberikan penghargaan Women of Courage kepada aktivis HAM Uzbek yang baru dibebaskan dari penjara, Mutabar Tadjibayeva, di Washington, D.C., Presiden UzbekistanIslam Karimov kecewa. Ia "mengancam secara implisit akan menghentikan transit kargo bagi pasukan A.S. di Afghanistan melalui Northern Distribution Network". Richard Norland, Duta Besar Amerika Serikat untuk Uzbekistan, mengaku telah menenangkan Karimov, tetapi memperingatkan Washington bahwa, "menekan Karimov (khususnya secara terbuka) akan membuat kita kehilangan jalur transit tersebut."[33]
Gulnara Karimova, putri pertama presiden Uzbekistan, kabarnya memiliki beragam bisnis di Uzbekistan yang dihasilkan dari akuisisi curang dan diyakini sebagai "sosok yang paling dibenci di negara ini".[34][35]Lola Karimova-Tillyaeva, putri termuda presiden Uzbekistan, kabarnya sering mengunjungi klub malam Barkhan menjelang dini hari, dan kawat diplomatik yang bocor ini menyebutkan: "Kepemilikan Barkhan begitu rapi dan klub ini merupakan satu-satunya tempat yang menjual alkohol keras buatan luar negeri, suatu tindakan yang melanggar hukum Uzbekistan."[36]
Sebuah kawat diplomatik menyatakan, "[t]ender dan jabatan pemerintahan mudah didapatkan dengan membayar sejumlah uang kepada orang yang tepat"[37]
^Connolly, Kevin; Fisher, Jonah; Kennedy, Duncan; Donnison, Jon; Head, Jonathan; Wood, Paul; Evans, Stephen (29 November 2010). "Wikileaks: US Allies Unruffled by Embassy Cable Leaks". BBC News. Diakses tanggal 3 December 2010.Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link)