Kapas hantu (Abroma augusta (L.) L.f.) adalah sejenis pohon kecil dari sukuMalvaceae (sebelumnya Sterculiaceae). Perdu ini menyebar mulai dari India, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, melalui Nusantara hingga ke Pasifik. Nama-nama lokalnya, di antaranya, kapas hantu (Mly.);[7]ki kecangkir,[5]ki cacangkir, kaworo (Sd.); kapasan, lawé (Jw.); barèh-barèh (Mink.); rĕbong pĕngayoh (Lamp.); amè-amè (Ternate); jaba oto (Halmahera); runa (Buru).[8] Juga ki tèspong (Sd.); sentolo, waron (Jw.).[9] Dalam bahasa Inggris, sebutan tumbuhan ini adalah Devil’s cotton, perennial Indian hemp, atau cotton abroma.[10]
Pengenalan
Semak yang tegak atau pohon kecil, tingginya hingga 10 m;[10] akan tetapi umumnya 2–3 m.[9]Batang dan ranting dengan pepagan yang berselimut rambut bintang, yang tajam, rapuh, dan menggatalkan kulit; kadang-kadang pula dengan rambut kelenjar.[10]Daun-daun tunggal, berseling, bertangkai panjang, pangkalnya berbentuk jantung dan ujungnya meruncing; dengan bentuk dasar yang sangat berubah-ubah: dekat pangkal ranting bentuk bundar (-bundar telur hingga bentuk jantung) berlekuk 3-5, lk. 20–37 cm garis tengahnya, dan yang dekat ujung ranting bundar telur memanjang dengan tepi bergigi halus.[9]
Bunga-bunga berkumpul dalam malai payung tambahan (cyme) di ujung ranting atau berhadapan dengan daun, berisi 1-4 kuntum, tangkai payung lk. 1–3 cm, daun pelindung (braktea) 6–8 mm. Bunga terletak menggantung, berdiameter 3–5 cm, berkelamin ganda, berbilangan-5, tangkainya sepanjang 1–3,5 cm. Kelopak bunga bertaju-5 berbagi dalam, menyegitiga, 15–20 mm × 6 mm, kehijauan. Daun mahkota 5 helai, bentuk sendok, 2–3,5 cm × 1 cm; ungu tua, merah atau kuning dengan pangkal cekung dan putih; lemas menggantung.[10] Tabung benang sari bentuk periuk, kepala sari 15, tiap kali berseling antara 3 kepala sari dan 1 staminodium.[9]
Buah kotak bentuk lonceng atau kerucut terbalik, bersayap 5, berparuh atau tidak, di ujungnya membuka pecah menurut ruang, di sisinya membelah menurut sekat,[9] ukuran lk. 4–5 cm × 3–4 cm.[10]Biji silindris atau bulat telur sungsang, 3–4 mm × 2 mm, tanpa sayap atau aril, hitam.[10]
Perdu ini umum didapati di sepanjang tepi air, di dalam rimba semak, atau di wilayah terbuka; pada ketinggian 5-1.100 m dpl.[9] Juga umum ditemukan di hutan-hutan sekunder, lahan-lahan yang telantar, pinggir kampung, serta tepi-tepi jalan dan jalan kereta api. Wilayah sebaran alami kapas hantu memiliki suhu harian lk. 27–30 °C pada bulan-bulan yang terpanas, rata-rata curah hujan sekurangnya 1500 mm pertahun, dan lengas relatif yang tinggi.[10]
Manfaat
Dari pepagan bagian dalam dihasilkan serat, yang cukup halus untuk dipintal menjadi tali (benang) pancing, jaring ikan, jaring tidur (hammock), tambang, dan bahkan pakaian.[10] Serat ini bahkan dikatakan sekualitas dengan yute.[12] Di Lampung, serat-serat yang sangat halus dicat dan disusun sebagai cemara (rambut palsu).[8] Untuk mendapatkan serat-serat ini, menurut Rumphius orang-orang Bali memotong batang dan ranting-ranting yang tebal, dan lalu merendamnya dalam lumpur selama 2 atau 3 hari hingga membusuk. Setelah pepagan luarnya yang kasar dikerok, bagian dalamnya yang putih dan halus dicerai-beraikan untuk memperoleh serat yang baik untuk dijadikan benang atau tali. Rumphius menamai tumbuhan ini sebagai "capas antu" (Lat.: Gossypium daemonis, atau Bld.: Duivels cattoen).[7]
Dari akar, batang, daun dan lain-lain bagian tumbuhan dihasilkan bahan obat. Kapas hantu digunakan secara tradisional di India dan Bangladesh untuk mengatasi gangguan pada haid, sebagai obat kuat (afrodisiak) dan anti-kesuburan, menyembuhkan sakit kencing nanah (gonore) dan kencing manis (diabetes), serta menyembuhkan penyakit kulit.[10][13][14] Di zaman Rumphius, akarnya dipergunakan sebagai obat kudis.[7]
Kapas hantu adakalanya ditanam sebagai perdu hias.[11]
Catatan kaki
^Linné, Carl von. 1767. Caroli Linnaei...Systema naturae per regna tria naturae :secundum classes, ordines, genera, species, cum characteribus, differentiis, synonymis, locis. Editio decima tertia, ad editionem duodecimam reformatam Holmiensem. t.3: 233. Vindobonae :Typis Ioannis Thomae, 1767-1770.
^Linné, Carl von. 1782. Supplementum plantarum Systematis vegetabilium editionis decimae tertiae, Generum plantarum editionis sextae, et Specierum plantarum editionis secunda.p.341. Brunsvigae [Braunschweig] :Impensis Orphanotrophei, 1781.
^Aiton, WT. 1812. Hortus Kewensis [...] The second edition [...] Vol. IV: 409. London : Longman, Hurst, Rees, Orme, and Brown, Paternoster Row (printed by Richard Taylor and Co. Shoe-Lane, London) 1812
^ abHeyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia3: 1347. Jakarta: Badan Litbang Kehutanan, Departemen Kehutanan. (versi berbahasa Belanda-1917- III: 232-3, sebagai Abroma augusta L., A. fastuosa R.Br. dan A. mollis DC.).
^ abcdefSteenis, CGGJ van. 1981.Flora, untuk sekolah di Indonesia: 301. Jakarta: PT Pradnya Paramita.