Halaman ini berisi artikel tentang biologi. Untuk kegunaan lainnya, lihat Kawin (disambiguasi).
Dalam biologi, kawin (untuk proses kejadiannya disebut perkawinan) adalah proses pemaduan dan penggabungan sifat-sifat genetika untuk mewariskan ciri-ciri suatu spesies agar tetap lestari (disebut reproduksi). Proses ini sering kali menghasilkan dimorfisme seksual dalam suatu spesies sehingga dikenal adanya jenis kelaminjantan dan betina. Karena dalam perkembangan terbentuk pula sel-sel yang terspesialisasi berdasarkan tipe seksual, dikenalkan istilah sel kelamin (gametosit). Pada jantan biasanya disebut sel sperma (spermatozoid), dan pada betina disebut sebagai sel telur (ovum).
Perkawinan pada hewan-hewan primitif atau berada pada posisi filogenetik dasar biasanya tidak melibatkan kopulasi. Sepasang individu yang kawin meletakkan telur-telur di suatu tempat dan kemudian dibuahi dengan spermatozoa. Perkembangan lebih lanjut ada spesies yang mengembangkan kantung untuk melindungi telur-telur yang dikeluarkan.
Pada serangga primitif, pejantan meletakkan spermatozoa pada suatu substrat, kadang-kadang dilindungi oleh struktur tertentu, dan kemudian mencumbu si betina untuk mengambil spermatozoa tersebut dan dimasukkan ke dalam bukaan organ kelaminnya. Capung dan laba-laba memasukkan langsung spermatozoa ke dalam struktur kopulasi sekunder, yang kemudian digunakan untuk membuahi betina. Serangga yang lebih maju memiliki organ khusus untuk memasukkan spermatozoa langsung ke saluran reproduksi betina.
Pada awal kehidupan di bumi, selama miliaran tahun segenap kehidupan bereproduksi secara aseksual dengan hanya membelah diri dan menghasilkan keturunan yang persis sama (kecuali mutan). Hal ini menyulitkan saat lingkungan berubah dan menciptakan makhluk pemangsa baru dari organisme aseksual ini. Karena seluruh organisme sama, maka mereka memiliki kemungkinan dimangsa (terbunuh) yang sama. Bila saja organisme-organisme ini berbeda dan memiliki individu yang lebih tangkas, lebih kuat, atau lebih cekatan dalam menghindari pemangsanya, maka mereka akan mampu untuk melarikan diri dan berkembang biak.
Walaupun keberadaan seks pada awal kehidupan tidak jelas, tetapi pada awal terjadinya seks di muka bumi tidak ditujukan untuk reproduksi (satu sel membelah menjadi dua) melainkan sebaliknya. Seks primitif ada saat dua sel bergabung sejenak dan saling bertukar gen. Pada percobaannya oleh para peneliti, dua galur gonococcus (penyebab gonore) digabungkan di dalam satu cawan yang sama. Galur pertama kebal terhadap penisilin, sedangkan yang kedua tidak. Setelah beberapa lama semua gonococcus menjadi kebal terhadap penisilin. Bakteri-bakteri ini saling berpasangan dan bakteri yang kebal, memodifikasi gen yang tidak kebal. Percobaan ini membuktikan bahwa seks menjadi salah satu strategi bertahan hidup yang paling sederhana dengan adanya kerjasama.
Pada perkembangannya, kemudian seks menjadi reproduksi seksual, di saat seks digunakan secara rutin dalam proses reproduksi.
Tumbuhan dan fungi
Pada eukariota selain hewan, seperti tumbuhan dan fungi, perkawinan juga berarti konjugasi seksual. Namun, tumbuhan tidak melakukan kontak fisik bagi berlangsungnya pertukaran sel-sel gamet, melainkan bantuan media lain. Perkawinan pada tumbuhan berbunga mencakup peristiwa penyerbukan yang dilanjutkan dengan pembuahan. Pada tumbuhan tidak berbunga tidak ada penyerbukan tetapi spermatozoa bertemu dengan sel telur melalui media tertentu untuk mendekatkan keduanya. Karena kesulitan dalam pergerakan, banyak tumbuhan mengembangkan penyerbukan sendiri untuk reproduksi seksualnya. Tumbuhan paku mengembangkan spora sebagai sarana untuk menumbuhkan individu penghasil gamet (gametofit) sehingga memiliki pergiliran keturunan.
Sejumlah fungi (jamur) tidak memiliki perbedaan jenis kelamin yang dapat diamati (isogami) namun juga melakukan perkawinan. Dua isolat fungi yang berbeda dapat melakukan perkawinan.