Konferensi San Remo
Konferensi San Remo adalah pertemuan Dewan Tertinggi Sekutu pasca-Perang Dunia I di Villa Devachan, Sanremo, Italia, pada tanggal 19 April sampai 26 April 1920. Pertemuan ini dihadiri oleh empat Sekutu Utama Perang Dunia I yang diwakili oleh Perdana Menteri Britania Raya (David Lloyd George), Prancis (Alexandre Millerand) dan Italia (Francesco Nitti) dan Duta Besar Jepang K. Matsui. Resolusi yang disahkan pada konferensi ini menentukan pembagian mandat Liga Bangsa-Bangsa Kelas "A" di bekas wilayah Kesultanan Utsmaniyah di Timur Tengah. Perbatasan semua wilayah ini dibiarkan kabur, "akan ditentukan oleh negara Sekutu Utama", dan diresmikan empat tahun kemudian. Keputusan konferensi ini diperkuat oleh Perjanjian Sèvres (Bab VII, Pasal 94-97). Karena Turki menolak perjanjian ini, keputusan konferensi terkait mandat Palestina disahkan oleh Dewan Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 24 Juli 1922. Latar belakangPada pertemuan "Dewan Empat" tahun 1919, Perdana Menteri Britania Raya Lloyd George menyatakan bahwa Korespondensi McMahon-Hussein merupakan kewajiban perjanjian, dan kesepakatan bersama Hussein merupakan dasar bagi Perjanjian Sykes-Picot yang mengusulkan negara Arab merdeka atau konfederasi negara merdeka.[1] Bulan Juli 1919, parlemen Suriah Raya tidak mau mengakui klaim Prancis atas wilayah Suriah.[2] Tanggal 30 September 1918, pendukung Pemberontakan Arab di Damaskus mendeklarasikan pemerintahan yang tunduk pada syarif Makkah, sosok yang dijuluki "Raja Bangsa Arab" oleh berbagai pemuka agama dan tokoh masyarakat di Makkah.[3] Tanggal 6 Januari 1920, Pangeran Faisal membuat kesepakatan dengan Perdana Menteri Prancis Clemenceau yang mengakui "hak bangsa Suriah membentuk pemerintahan sendiri sebagai bangsa yang merdeka".[4] Kongres Pan-Suriah di Damaskus mendeklarasikan negara merdeka bernama Suriah pada tanggal 8 Maret 1920.[5] Negara baru ini mencakup Suriah, Palestina, Lebanon, dan sebagian Mesopotamia utara yang dicadangkan oleh Perjanjian Sykes-Picot untuk sebuah negara Arab merdeka atau konfederasi negara merdeka. Raja Faisal diangkat sebagai kepala negara. Pada saat yang sama, Pangeran Zeid, saudara Faisal, diangkat sebagai gubernur Mesopotamia. Lihat pulaReferensi
Bacaan lanjutan
Pranala luar |