Manusia (Homo sapiens) adalah spesiesprimata yang jumlahnya paling banyak dan tersebar luas. Mereka adalah jenis kera besar yang dicirikan oleh gaya berjalan dua kaki dan kemampuan kognitif yang mumpuni berkat otak mereka yang besar dan kompleks. Manusia adalah makhluk yang sangat sosial dan cenderung hidup dalam struktur sosial yang kompleks yang terdiri dari banyak kelompok yang saling bekerja sama dan bersaing, mulai dari keluarga dan jaringan kekerabatan hingga negara politik. Oleh karenanya, interaksi sosial antara manusia telah membentuk berbagai macam nilai, norma sosial, bahasa, dan ritual, yang masing-masing menopang komunitas manusia. Keinginan untuk memahami dan mempengaruhi fenomena telah memotivasi manusia untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat, hukum, mitologi, agama, dan bidang studi lainnya.
Meskipun beberapa ilmuwan memperlakukan istilah manusia sama dengan semua anggota genus Homo, dalam penggunaan umum, istilah hari ini biasanya merujuk pada Homo sapiens, satu-satunya anggota Homo yang masih ada. Manusia modern secara anatomis muncul sekitar 300.000 tahun yang lalu di Afrika, berevolusi dari Homo heidelbergensis atau spesies yang serupa dan bermigrasi keluar dari Afrika, secara bertahap menggantikan atau melakukan kawin silang dengan populasi lokal manusia purba. Manusia merupakan pemburu-pengumpul yang hidup berpindah-pindah selama sebagian besar rentang sejarahnya. Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar 160.000-60.000 tahun yang lalu. Revolusi Neolitikum, yang dimulai di Asia Barat Daya sekitar 13.000 tahun yang lalu (dan secara terpisah di beberapa tempat lain), melahirkan pertanian dan pemukiman manusia yang permanen. Ketika populasi manusia menjadi lebih besar dan lebih padat, bentuk-bentuk pemerintahan berkembang di dalam dan di antara mereka, dan sejumlah peradaban telah bangkit dan runtuh. Manusia terus berkembang, dengan populasi global mencapai lebih dari 8 miliar hingga tahun 2022.
Faktor gen dan lingkungan memengaruhi variasi biologis manusia dalam karakteristik tampilan, fisiologi, kerentanan terhadap penyakit, kemampuan mental, ukuran tubuh, dan rentang hidup. Meskipun manusia bervariasi dalam banyak sifat (seperti pembawaan genetik dan ciri-ciri fisik), setiap dua orang manusia setidaknya 99% mirip secara genetik. Manusia secara seksual bersifat dimorfik: secara umum, laki-laki memiliki tubuh yang lebih kuat dan perempuan memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi. Pada masa pubertas, manusia mengembangkan karakteristik seks sekunder. Wanita dapat hamil, biasanya antara masa pubertas, sekitar 12 tahun, hingga masa menopause, sekitar usia 50 tahun.
Manusia tergolong omnivora, mereka mampu mengonsumsi berbagai macam jenis tumbuhan dan binatang, dan telah menggunakan api dan bentuk panas lainnya untuk menyiapkan dan memasak makanan sejak zaman H. erectus. Manusia dapat bertahan hidup hingga delapan minggu tanpa makanan dan tiga atau empat hari tanpa air. Manusia pada umumnya aktif di siang hari, tidur rata-rata tujuh hingga sembilan jam per hari. Melahirkan bagi mereka adalah proses yang membahayakan, dengan risiko komplikasi dan kematian yang tinggi. Seringkali, baik ibu maupun ayah merawat anak-anak mereka, yang tidak berdaya saat dilahirkan, karena manusia adalah spesies altricial.
Manusia memiliki korteks prefrontal yang berukuran besar dan berkembang, bagian otak ini merupakan yang bertanggung jawab atas kemampuan kognisi yang lebih tinggi. Manusia memiliki kecerdasan yang tinggi, mempunyai ingatan episodik, memiliki ekspresi wajah yang fleksibel, kesadaran diri, dan teori pikiran. Pikiran manusia mampu melakukan introspeksi, pemikiran pribadi, imajinasi, tekad, dan membentuk pandangan tentang eksistensi. Hal ini memungkinkan kemajuan teknologi yang luar biasa dan pengembangan alat yang rumit melalui penalaran yang kompleks dan penerusan pengetahuan kepada generasi berikutnya. Bahasa, seni, dan perdagangan adalah karakteristik mendasar manusia. Rute perdagangan jarak jauh mungkin telah menyebabkan ledakan budaya dan distribusi sumber daya yang memberi manusia keunggulan dibandingkan spesies lain yang serupa.
Manusia adalah kera (superfamili Hominoidea).[2] Garis keturunan kera yang akhirnya memunculkan manusia pertama kali berpisah dari owa (famili Hylobatidae) dan orangutan (genus Pongo), kemudian gorila (genus Gorilla), dan terakhir simpanse dan bonobo (genus Pan). Perpisahan terakhir, antara garis keturunan manusia dan simpanse-bonobo, terjadi sekitar 8-4 juta tahun yang lalu, pada akhir zaman Miosen.[3][4][5] Selama perpisahan ini, kromosom 2 terbentuk dari penggabungan dua kromosom lainnya, sehingga manusia hanya memiliki 23 pasang kromosom, dibandingkan dengan 24 pasang kromosom untuk kera lainnya.[6] Setelah perpisahan dengan simpanse dan bonobo, hominid terdiversifikasi menjadi banyak spesies dan setidaknya dua genera yang berbeda. Semua garis keturunan genus Homo telah punah kecuali Homo sapiens.[7]
Genus Homo berevolusi dari Australopithecus.[8][9] Meskipun fosil-fosil dari masa transisi ini langka, anggota Homo yang paling awal memiliki beberapa ciri-ciri utama yang sama dengan Australopithecus.[10][11] Catatan paling awal dari Homo adalah spesimen berusia 2,8 juta tahun, LD 350-1 dari Ethiopia, dan spesies yang paling awal adalah Homo habilis dan Homo rudolfensis yang berevolusi 2,3 juta tahun yang lalu.[11]H. erectus (varian Afrika kadang-kadang disebut H. ergaster) berevolusi 2 juta tahun yang lalu dan merupakan spesies manusia purba pertama yang meninggalkan Afrika dan menyebar ke seluruh Eurasia.[12]H. erectus juga merupakan yang pertama kali mengembangkan bentuk tubuh yang khas sebagaimana manusia. Homo sapiens muncul di Afrika sekitar 300.000 tahun yang lalu berevolusi dari spesies yang umumnya dikenali sebagai H. heidelbergensis atau H. rhodesiensis, yakni keturunan H. erectus yang masih ada di Afrika.[13]H. sapiens bermigrasi keluar dari benua tersebut, secara bertahap menggantikan atau kawin silang dengan populasi manusia purba setempat.[14][15][16] Manusia mulai menunjukkan perilaku modern sekitar 160.000-70.000 tahun yang lalu,[17] dan mungkin lebih awal.[18]
Migrasi "keluar dari Afrika" terjadi setidaknya dalam dua gelombang, gelombang pertama sekitar 130.000 hingga 100.000 tahun yang lalu, gelombang kedua (Penyebaran Selatan) sekitar 70.000 hingga 50.000 tahun yang lalu.[19][20] H. sapiens kemudian menjajah semua benua dan pulau-pulau besar, tiba di Eurasia 125.000 tahun yang lalu,[21][22] Australia sekitar 65.000 tahun yang lalu,[23] Amerika sekitar 15.000 tahun yang lalu, dan pulau-pulau terpencil seperti Hawaii, Pulau Paskah, Madagaskar, dan Selandia Baru antara tahun 300 hingga 1280 M.[24][25]
Evolusi manusia tidaklah berlangsung secara linier atau bercabang, melainkan melibatkan perkawinan silang antara spesies-spesies terkait.[26][27][28] Penelitian genom telah menunjukkan bahwa hibridisasi antara garis keturunan yang berbeda secara substansial adalah hal yang umum dalam evolusi manusia.[29] Bukti DNA menunjukkan bahwa beberapa gen yang berasal dari Neanderthal ada di antara semua populasi non-Sahara Afrika, dan Neanderthal serta hominin lain, seperti Denisovan, tampaknya telah menyumbangkan hingga 6% dari genom mereka kepada manusia non-Sahara Afrika saat ini.[26][30][31]
Evolusi manusia ditandai dengan sejumlah perubahan morfologis, perkembangan, fisiologis, dan perilaku yang telah terjadi sejak perpecahan antara nenek moyang terakhir manusia dan simpanse. Yang paling signifikan dari adaptasi ini adalah bipedalisme obligat, peningkatan ukuran otak, dan penurunan dimorfisme seksual (neoteni). Hubungan antara semua perubahan ini masih menjadi bahan diskusi yang terus berlangsung.[32]
Sebuah revolusi perkotaan terjadi pada milenium ke-4 sebelum masehi dengan berkembangnya berbagai negara kota, terutama kota-kota Sumeria yang terletak di Mesopotamia.[46] Di kota-kota inilah bentuk tulisan paling awal yang diketahui, aksara paku, muncul sekitar tahun 3000 SM.[47] Peradaban besar lainnya yang berkembang pada masa ini adalah Mesir Kuno dan Peradaban Lembah Indus.[48] Bangsa-bangsa ini kemudian berdagang satu sama lain dan menciptakan teknologi seperti roda, bajak, dan layar.[49][50][51][52] Astronomi dan matematika juga dikembangkan dan Piramida Agung Giza pun dibangun.[53][54][55] Terdapat bukti adanya kekeringan parah yang berlangsung sekitar seratus tahun yang mungkin menyebabkan kemunduran peradaban-peradaban ini,[56] dan peradaban-peradaban baru muncul setelahnya. Bangsa Babilonia mendominasi Mesopotamia,[57] sementara yang lainnya seperti kebudayaan pra-historis di hilir lembah Mississipi, peradaban Minoa, dan Dinasti Shang, memperoleh kejayaannya di daerah-daerah baru.[58][59][60] Zaman Perunggu tiba-tiba runtuh sekitar tahun 1200 SM, mengakibatkan hilangnya sejumlah peradaban dan dimulainya Zaman Kegelapan Yunani.[61][62] Selama periode ini, besi mulai menggantikan perunggu, yang mengarah ke Zaman Besi.[63]
Pemukiman manusia awal bergantung pada kedekatan jaraknya dengan air dan—tergantung pada gaya hidup—juga sumber daya alam lain yang diperlukan untuk bertahan hidup, seperti populasi hewan buruan dan lahan subur untuk bercocok tanam dan menggembalakan ternak.[108] Namun, manusia modern memiliki kapasitas yang besar untuk mengubah habitat mereka melalui teknologi, irigasi, perencanaan kota, konstruksi, penggundulan hutan dan penggurunan.[109]Pemukiman manusia senantiasa rentan terhadap bencana alam, terutama yang berada di lokasi rawan dan dengan kualitas konstruksi yang rendah.[110] Pengelompokan dan perubahan habitat yang disengaja sering kali dilakukan dengan tujuan untuk memberikan perlindungan, meningkatkan kenyamanan atau kekayaan materi, memperbanyak jumlah makanan yang tersedia, menambah estetika, memperluas ilmu pengetahuan, atau mendorong pertukaran sumber daya.[111]
Meskipun memiliki toleransi yang rendah terhadap banyak kondisi lingkungan yang ekstrem di bumi, manusia adalah salah satu spesies yang paling mudah beradaptasi.[112] Melalui alat-alat canggih, manusia telah mampu meningkatkan toleransi mereka terhadap berbagai macam suhu, kelembapan, dan ketinggian.[112] Sebagai hasilnya, manusia menjadi spesies kosmopolitan yang ditemukan di hampir semua wilayah di dunia, termasuk hutan hujan tropis, gurun gersang, daerah kutub yang sangat dingin, dan kota-kota yang sangat tercemar; sebagai perbandingan, sebagian besar spesies lain terbatas pada beberapa wilayah geografis karena kemampuan beradaptasinya yang terbatas.[113] Namun demikian, populasi manusia tidak terdistribusi secara merata di permukaan bumi, karena kepadatan populasi bervariasi dari satu wilayah ke wilayah lain, dan sebagian besar permukaan bumi hampir sama sekali tidak berpenghuni, seperti Antartika dan lautan yang luas.[112][114] Sebagian besar manusia (61%) tinggal di Asia; sisanya tinggal di Amerika (14%), Afrika (14%), Eropa (11%), dan Oseania (0,5%).[115]
Dalam satu abad terakhir, manusia telah menjelajahi berbagai lingkungan yang menantang seperti Antartika, laut dalam, dan luar angkasa.[116] Tempat tinggal manusia di lingkungan yang tidak bersahabat ini sangat terbatas dan berbiaya mahal, umumnya terbatas dalam jangka waktu tertentu, dan terbatas untuk ekspedisi ilmiah, militer, atau industri.[116] Manusia telah mengunjungi Bulan secara singkat, dan telah menunjukkan kehadirannya di beberapa benda langit lainnya melalui pesawat ruang angkasa robotik buatan mereka.[117][118][119] Sejak awal abad ke-20, telah terdapat kehadiran manusia secara kontinyu di Antartika melalui stasiun penelitian dan, sejak tahun 2000, di luar angkasa melalui habitasi di Stasiun Luar Angkasa Internasional.[120]
Pada saat pertanian muncul sekitar tahun 10.000 SM, jumlah penduduk dunia diperkirakan berkisar antara 1 juta hingga 15 juta jiwa.[122][123] Pada abad ke-4 Masehi, sekitar 50-60 juta orang tinggal di Kekaisaran Romawi Timur dan Barat.[124]Wabah pes, yang pertama kali tercatat pada abad ke-6 Masehi, mengurangi populasi manusia hingga 50%, dengan 75-200 juta orang di Eurasia dan Afrika Utara tewas akibat wabah yang dikenal sebagai Maut Hitam ini.[125] Populasi manusia diyakini mencapai satu miliar pada tahun 1800. Sejak saat itu jumlahnya terus meningkat secara eksponensial, mencapai dua miliar pada tahun 1930 dan tiga miliar pada tahun 1960, empat miliar pada tahun 1975, lima miliar pada tahun 1987, dan enam miliar pada tahun 1999.[126] Jumlahnya mencapai tujuh miliar pada tahun 2011[127] dan delapan miliar pada November 2022.[128] Dibutuhkan lebih dari dua juta tahun prasejarah dan sejarah manusia untuk populasi mereka mencapai satu miliar dan hanya butuh 207 tahun untuk mencapai 7 miliar.[129]Biomassa gabungan dari karbon yang dihasilkan oleh seluruh manusia di Bumi pada tahun 2018 diperkirakan mencapai 60 juta ton, sekitar 10 kali lebih besar daripada yang dihasilkan oleh seluruh mamalia yang tidak didomestikasi.[121]
Sebagian besar aspek fisiologi manusia sangat mirip dengan aspek fisiologi hewan. Tubuh manusia terdiri dari kaki, badan, lengan, leher, dan kepala. Tubuh manusia dewasa terdiri dari sekitar 100 triliun (1014) sel. Sistem tubuh yang paling banyak didefinisikan pada manusia adalah sistem saraf, kardiovaskular, pencernaan, endokrin, kekebalan tubuh, integumen, limfatik, muskuloskeletal, reproduksi, pernafasan, dan sistem kemih.[130][131]Rumus gigi manusia adalah: 2.1.2.32.1.2.3. Manusia memiliki langit-langit mulut yang lebih pendek secara proporsional dan gigi yang jauh lebih kecil daripada primata lainnya. Mereka adalah satu-satunya primata yang memiliki gigi taring yang pendek dan relatif rata. Manusia memiliki karakteristik gigi yang berjejal, dengan celah dari gigi yang tanggal biasanya menutup dengan cepat pada individu yang masih muda. Manusia secara bertahap kehilangan gigi geraham ketiga mereka, dengan beberapa individu tidak memiliki gigi geraham ketiga sejak lahir.[132]
Sama seperti simpanse, manusia memiliki ekor vestigial, usus buntu, sendi bahu yang fleksibel, jari-jari yang menggenggam, dan jempol tangan yang berlawanan.[133] Terlepas dari bipedalisme dan ukuran otak, manusia memiliki perbedaan dengan simpanse dalam hal penciuman, pendengaran, dan pencernaan protein.[134] Meskipun manusia memiliki kepadatan folikel rambut yang sebanding dengan kera lainnya, sebagian besar merupakan rambut halus, yang sebagian besar sangat pendek dan tipis sehingga hampir tidak terlihat.[135][136] Manusia memiliki sekitar 2 juta kelenjar keringat yang tersebar di seluruh tubuhnya, lebih banyak dari simpanse yang kelenjar keringatnya lebih sedikit dan sebagian besar terletak di telapak tangan dan telapak kaki.[137]
Diperkirakan bahwa tinggi rata-rata manusia dewasa berjenis kelamin laki-laki di seluruh dunia adalah sekitar 171 cm, sedangkan tinggi rata-rata manusia dewasa berjenis kelamin wanita sekitar 159 cm.[138] Penyusutan perawakan dapat dimulai pada usia paruh baya pada beberapa individu, tetapi cenderung terjadi pada mereka yang berusia lanjut.[139] Sepanjang sejarah, populasi manusia secara universal menjadi lebih tinggi, mungkin sebagai imbas dari nutrisi, perawatan kesehatan, dan kondisi kehidupan yang lebih baik.[140] Massa rata-rata manusia dewasa adalah 59 kg untuk wanita dan 77 kg untuk pria.[141][142] Seperti banyak kondisi lainnya, berat badan dan tipe tubuh dipengaruhi oleh kerentanan genetik dan lingkungan, dan sangat bervariasi di antara setiap individu.[143][144]
Manusia memiliki lemparan yang jauh lebih cepat dan lebih akurat daripada hewan lainnya.[145] Manusia juga merupakan pelari jarak jauh terbaik di dunia hewan, tetapi lebih lambat dalam jarak pendek.[134][146] Rambut tubuh manusia yang lebih tipis dan kelenjar keringat yang lebih produktif membantu menghindari kelelahan akibat panas saat berlari jarak jauh.[147]
Seperti kebanyakan binatang, manusia adalah spesies diploid dan eukariotik. Setiap sel somatik manusia memiliki dua set 23 kromosom, masing-masing set diterima dari satu orang tua; gamet mereka hanya memiliki satu set kromosom, yang merupakan campuran dari dua set orang tua. Di antara 23 pasang kromosom tersebut, terdapat 22 pasang autosom dan satu pasang kromosom kelamin. Seperti mamalia lainnya, manusia memiliki sistem penentuan jenis kelamin XY, di mana perempuan memiliki kromosom seks XX dan laki-laki memiliki XY.[148]Gen dan lingkungan mempengaruhi variasi biologis manusia dalam karakteristik yang tampak, fisiologi, kerentanan terhadap penyakit, dan kemampuan mental. Pengaruh gen dan lingkungan yang pasti pada sifat-sifat tertentu masih belum dipahami sepenuhnya.[149][150]
Meskipun tidak ada manusia-bahkan kembar monozigot sekalipun-yang identik secara genetik,[151] dua manusia rata-rata memiliki kesamaan genetik 99,5%-99,9%.[152][153] Hal ini membuat mereka lebih homogen dibandingkan kera besar lainnya, termasuk simpanse.[154][155] Variasi kecil dalam DNA manusia jika dibandingkan dengan banyak spesies lain menunjukkan adanya hambatan populasi selama masa Pleistosen Akhir (sekitar 100.000 tahun yang lalu), ketika populasi manusia berkurang menjadi sejumlah kecil pasangan yang berkembang biak.[156][157] Kekuatan seleksi alam terus bekerja pada populasi manusia, dengan bukti bahwa daerah tertentu pada genom menunjukkan seleksi terarah dalam 15.000 tahun terakhir.[158]
Genom manusia pertama kali diurutkan pada tahun 2001[159] dan pada tahun 2020, ratusan ribu genom telah diurutkan.[160] Pada tahun 2012, Proyek HapMap Internasional telah membandingkan genom 1.184 individu dari 11 populasi dan mengidentifikasi 1,6 juta polimorfisme nukleotida tunggal.[161] Populasi Afrika memiliki jumlah varian genetik pribadi yang paling banyak. Meskipun banyak varian umum yang ditemukan pada populasi di luar Afrika juga ditemukan di benua Afrika, masih ada sejumlah besar varian yang bersifat pribadi di wilayah-wilayah lain tersebut, terutama Oseania dan Amerika.[162] Menurut perkiraan tahun 2010, manusia memiliki sekitar 22.000 gen.[163] Dengan membandingkan DNA mitokondria, yang hanya diwarisi dari ibu, para ahli genetika menyimpulkan bahwa nenek moyang perempuan terakhir yang penanda genetiknya ditemukan pada semua manusia modern, yang disebut Hawa mitokondria, pasti hidup sekitar 90.000 hingga 200.000 tahun yang lalu.[164][165][166][167]
Sebagian besar reproduksi manusia terjadi melalui pembuahan internal melalui hubungan seksual, tetapi juga dapat terjadi melalui prosedur teknologi reproduksi bantuan.[168] Masa kehamilan rata-rata adalah 38 minggu, tetapi kehamilan normal dapat bervariasi hingga 37 hari.[169] Perkembangan embrio pada manusia terjadi selama delapan minggu pertama; pada awal minggu kesembilan, embrio disebut sebagai janin.[170] Manusia dapat mendorong persalinan dini atau melakukan operasi caesar jika anak perlu dilahirkan lebih awal karena alasan medis.[171] Di negara maju, bayi biasanya memiliki berat badan 3–4 kg dan tinggi 47–53 cm saat lahir.[172][173] Namun, berat badan bayi lahir yang rendah lazim terjadi di negara-negara berkembang, dan berkontribusi pada tingginya angka kematian bayi di wilayah tersebut.[174]
Dibandingkan dengan spesies lain, proses persalinan pada manusia lebih riskan, dengan lebih tingginya risiko komplikasi dan kematian.[175] Ukuran kepala janin lebih dekat dengan panggul daripada primata lainnya.[176] Penyebabnya belum sepenuhnya dipahami,[176][177] tetapi hal ini berkontribusi pada persalinan yang menyakitkan yang dapat berlangsung selama 24 jam atau lebih.[178] Selama abad 20 peluang akan suksesnya persalinan meningkat secara signifikan di negara-negara yang lebih makmur dengan munculnya teknologi medis baru. Sebaliknya, kehamilan dan persalinan alami masih menjadi hal yang berisiko tinggi di negara-negara berkembang di dunia, dengan angka kematian ibu sekitar 100 kali lebih besar dibandingkan di negara maju.[179]
Baik ibu maupun ayah manusia sama-sama mengasuh anak mereka, berbeda dengan primata lain yang sebagian besar pengasuhannya dilakukan oleh ibu.[180] Manusia terlahir dalam keadaan tidak berdaya, yang kemudian terus tumbuh selama beberapa tahun, dan mencapai kematangan seksual umumnya pada usia 15 hingga 17 tahun.[181][182][183] Rentang hidup manusia telah dibagi menjadi beberapa tahap mulai dari tiga hingga dua belas tahun. Tahapan yang umum meliputi masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa dan masa tua.[184] Panjangnya tahapan ini bervariasi di berbagai budaya dan periode waktu, tetapi ditandai dengan lonjakan pertumbuhan yang luar biasa cepat selama masa remaja.[185] Perempuan manusia mengalami menopause dan menjadi tidak lagi subur pada sekitar usia 50 tahun.[186] Terdapat hipotesis yang menyatakan bahwa menopause meningkatkan keberhasilan reproduksi wanita secara keseluruhan dengan memungkinkannya menginvestasikan lebih banyak waktu dan sumber daya untuk keturunannya, dan pada gilirannya anak-anak dari keturunannya (hipotesis nenek), dibandingkan dengan terus melahirkan anak hingga usia tua.[187][188]
Rentang hidup manusia bergantung pada dua faktor utama, yaitu genetika dan pilihan gaya hidup.[189] Dikarenakan berbagai alasan, termasuk biologis/genetik, wanita hidup rata-rata sekitar empat tahun lebih lama daripada pria.[190] Hingga tahun 2018, harapan hidup rata-rata perempuan di seluruh dunia saat lahir diperkirakan mencapai 74,9 tahun dibandingkan dengan 70,4 tahun untuk anak laki-laki.[191][192] Terdapat variasi geografis yang signifikan dalam harapan hidup manusia, yang sebagian besar berkorelasi dengan perkembangan ekonomi-misalnya, harapan hidup saat lahir di Hong Kong adalah 87,6 tahun untuk anak perempuan dan 81,8 tahun untuk anak laki-laki, sementara di Republik Afrika Tengah, 55,0 tahun untuk anak perempuan dan 50,6 tahun untuk anak laki-laki.[193][194] Negara maju umumnya mengalami penuaan, dengan usia rata-rata sekitar 40 tahun. Di negara berkembang, usia rata-rata adalah antara 15 dan 20 tahun. Sementara satu dari lima orang Eropa berusia 60 tahun atau lebih, hanya satu dari dua puluh orang Afrika yang berusia 60 tahun atau lebih.[195] Pada tahun 2012, Perserikatan Bangsa-Bangsa memperkirakan ada 316.600 manusia berusia seratus tahun atau lebih yang masih hidup di seluruh dunia.[196]
Manusia adalah omnivora, yang mampu mengkonsumsi berbagai macam tumbuhan dan hewan.[197][198] Kelompok-kelompok manusia telah mengadopsi berbagai pola makan dari yang sepenuhnya vegetarian, hingga karnivora secara primer. Dalam beberapa kasus, pembatasan pola makan dapat menyebabkan penyakit defisiensi pada manusia; namun, kelompok manusia stabil telah beradaptasi dengan banyak pola makan melalui spesialisasi genetik dan konvensi budaya untuk menggunakan sumber makanan yang bergizi seimbang.[199] Pola makan manusia tercermin secara mencolok dalam budaya manusia dan telah mengarah pada pengembangan ilmu pangan.[200]
Hingga perkembangan pertanian sekitar 10.000 tahun yang lalu, Homo sapiens menggunakan metode beburu-mengumpulkan sebagai satu-satunya cara mereka mengumpulkan makanan.[200] Cara ini melibatkan kombinasi sumber makanan yang tidak bergerak (seperti buah-buahan, biji-bijian, umbi-umbian, jamur, larva serangga, dan moluska air) dengan hewan liar, yang harus diburu dan ditangkap untuk disantap.[201] Diperkirakan bahwa manusia telah menggunakan api untuk menyiapkan dan memasak makanan sejak zaman Homo erectus.[202] Sekitar sepuluh ribu tahun yang lalu, manusia mengembangkan pertanian,[203][204][205] yang secara substansial mengubah pola makan mereka. Perubahan pola makan ini bisa jadi juga telah mengubah biologi manusia; dengan menyebarnya peternakan sapi perah yang menyediakan sumber makanan baru dan berlimpah, yang mengarah pada evolusi kemampuan mencerna laktosa pada sebagian orang dewasa.[206][207] Jenis makanan yang dikonsumsi, dan bagaimana makanan tersebut disiapkan, sangat bervariasi menurut waktu, lokasi, dan budaya.[208][209]
Secara umum, manusia, dapat bertahan hidup hingga delapan minggu tanpa makanan, tergantung pada lemak tubuh yang tersimpan.[210] Sedangkan tanpa air, manusia biasanya hanya dapat bertahan hidup maksimum selama satu minggu.[211] Pada tahun 2020 diperkirakan 9 juta manusia meninggal setiap tahun disebabkan oleh kelaparan, baik secara langsung maupun tidak langsung.[212][213] Malnutrisi pada anak juga banyak terjadi dan berkontribusi terhadap beban penyakit global.[214] Akan tetapi, distribusi makanan tidaklah merata secara global, dan beberapa populasi manusia ada yang mengalami obesitas dan hal ini telah meningkat dengan cepat. Obesitas disebabkan oleh konsumsi kalori yang lebih banyak daripada yang dibakar dan dikeluarkan.[215] Hal ini menyebabkan komplikasi kesehatan dan peningkatan angka kematian di sejumlah negara maju dan sebagian kecil negara berkembang. Di seluruh dunia, lebih dari satu miliar orang mengalami obesitas,[215] sementara di Amerika Serikat sendiri, 35% orang mengalami obesitas, yang menyebabkan peristiwa ini dinamai di sana sebagai “pandemi obesitas”.[216]
Berdasarkan bukti yang ada, terdapat populasi-populasi yang telah beradaptasi secara genetik terhadap berbagai faktor eksternal. Gen yang memungkinkan manusia dewasa mencerna laktosa berada dalam frekuensi tinggi pada populasi yang memiliki sejarah panjang domestikasi sapi dan memiliki ketergantungan pada susu sapi yang lebih tinggi.[220]Anemia sel sabit, yang dapat meningkatkan resistensi terhadap malaria, sering dijumpai pada populasi di tempat malaria menjadi endemik.[221][222] Populasi yang telah lama mendiami iklim tertentu cenderung mengembangkan fenotipe spesifik yang bermanfaat untuk keberlangsungan hidup di lingkungan tersebut, seperti perawakan pendek dan kekar di populasi daerah dingin, tinggi dan kurus di populasi daerah panas, serta kapasitas paru-paru yang besar atau adaptasi lainnya di populasi dataran tinggi.[223] Beberapa populasi lainnya telah mengembangkan adaptasi yang sangat unik terhadap kondisi lingkungan yang sangat spesifik, seperti adaptasi yang menguntungkan bagi masyarakat yang gaya hidupnya menghabiskan banyak waktunya di laut dan kerap melakukan selam bebas, seperti pada populasi di Bajau.[224]
Warna rambut manusia berkisar dari merah ke pirang hingga cokelat ke hitam, yang mana adalah yang paling banyak.[225] Warna rambut tergantung pada jumlah melanin, yang konsentrasinya akan menurun seiring bertambahnya usia. Penurunan konsentrasi melanin ini pada akhirnya menyebabkan rambut beruban atau menjadi putih sepenuhnya. Warna kulit dapat berkisar dari cokelat paling gelap hingga warna persik paling terang, atau bahkan hampir putih atau tidak berwarna dalam kasus albinisme.[226] Warna kulit cenderung bervariasi secara klinis dan umumnya berkorelasi dengan tingkat radiasi ultraviolet di wilayah geografis tertentu, dengan kulit yang lebih gelap sebagian besar berada di sekitar khatulistiwa.[227] Evolusi penggelapan kulit mungkin terjadi sebagai bentuk perlindungan terhadap sengatan sinar matahari.[228] Sedangkan pigmentasi kulit cerah bertujuan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat kekurangan vitamin D.[229] Kulit manusia juga memiliki kemampuan untuk menggelap sebagai respons terhadap paparan radiasi ultraviolet.[230][231]
Penelitian genetik telah menunjukkan bahwa populasi manusia yang berasal dari benua Afrika adalah yang paling beragam secara genetik[232] dan keragaman genetik menurun seiring dengan jarak migrasi dari Afrika, kemungkinan disebabkan oleh hambatan selama migrasi manusia.[233][234] Populasi non-Afrika ini memperoleh masukan genetik baru dari percampuran dengan populasi purba setempat dan memiliki tingkat keragaman genetik Neanderthal dan Denisova yang jauh lebih tinggi daripada yang ditemukan di Afrika.[235] Selain itu, penelitian terbaru menemukan bahwa masyarakat di sub-Sahara Afrika, khususnya Afrika Barat, memiliki keragaman genetik leluhur yang tidak ditemukan pada sebagian besar masyarakat non-Afrika. Sebagian dari leluhur ini diperkirakan berasal dari percampuran dengan hominin purba yang tidak diketahui yang berbeda sebelum perpecahan Neanderthal dan manusia modern.[236][237]
Manusia adalah spesies gonokorik, yang berarti mereka terbagi menjadi jenis kelamin laki-laki dan perempuan.[238][239][240] Tingkat variasi genetik terbesar manusia ada di antara laki-laki dan perempuan. Meskipun variasi genetik nukleotida individu dengan jenis kelamin yang sama di seluruh populasi global tidak lebih besar dari 0,1%-0,5%, perbedaan genetik antara pria dan wanita adalah antara 1% dan 2%. Laki-laki rata-rata 15% lebih berat dan 15 cm lebih tinggi dari perempuan.[241][242] Rata-rata, bila dibandingkan dengan perempuan dengan berat badan yang sama, laki-laki memiliki kekuatan tubuh bagian atas sekitar 40-50% lebih besar dan kekuatan tubuh bagian bawah 20-30% lebih besar, hal ini dikarenakan jumlah otot laki-laki yang lebih banyak dan serat otot yang lebih besar.[243] Wanita umumnya memiliki persentase lemak tubuh yang lebih tinggi daripada pria.[244] Wanita memiliki kulit yang lebih terang daripada pria pada populasi yang sama; hal ini disebabkan oleh kebutuhan vitamin D yang lebih tinggi pada wanita selama kehamilan dan menyusui.[245] Karena ada perbedaan kromosom antara wanita dan pria, beberapa kondisi dan kelainan yang berhubungan dengan kromosom X dan Y hanya mempengaruhi pria atau wanita.[246] Dengan mempertimbangkan berat badan dan volume, suara pria biasanya satu oktaf lebih dalam daripada suara wanita.[247] Wanita memiliki rentang hidup yang lebih panjang di hampir setiap populasi di seluruh dunia.[248]
Otak manusia, yang merupakan titik fokus dari sistem saraf pusat pada manusia, berfungsi untuk mengendalikan sistem saraf tepi. Disamping mengendalikan aktivitas yang "lebih rendah", tidak disengaja, atau utamanya aktivitas otonom seperti pernapasan dan pencernaan, otak juga merupakan pusat dari fungsi yang "lebih tinggi" seperti pemikiran, penalaran, dan abstraksi.[249] Proses-proses kognitif ini membentuk akal pikiran, dan, bersama dengan konsekuensi perilakunya, dipelajari dalam bidang psikologi.
Manusia memiliki korteks prefrontal yang lebih besar dan lebih berkembang daripada primata lainnya. Wilayah otak ini berkaitan dengan kognisi yang lebih tinggi.[250] Hal ini membuat manusia menyatakan diri mereka sebagai makhluk yang lebih cerdas daripada spesies lain yang diketahui.[251] Mendefinisikan kecerdasan secara objektif adalah hal yang sulit, karena binatang-binatang lain memiliki adaptasi indera dan keunggulan di bidang-bidang yang tidak dikuasai oleh manusia.[252]
Terdapat beberapa sifat yang, meskipun tidak sepenuhnya unik, namun membedakan manusia dengan hewan lainnya.[253] Manusia mungkin satu-satunya hewan yang memiliki ingatan episodik dan dapat melakukan "perjalanan waktu pikiran".[254] Bahkan dibandingkan dengan hewan sosial lainnya, manusia memiliki tingkat fleksibilitas wajah yang luar biasa tinggi.[255] Manusia adalah satu-satunya hewan yang diketahui dapat menangis secara emosional.[256] Manusia adalah salah satu dari sedikit hewan yang mampu mengenali diri sendiri dalam tes cermin,[257] dan terdapat pula perdebatan mengenai sejauh mana manusia adalah satu-satunya hewan yang memiliki teori pikiran.[258]
Manusia pada umumnya adalah makhluk diurnal. Kebutuhan tidur mereka rata-rata adalah antara tujuh hingga sembilan jam per hari untuk usia dewasa, dan sembilan hingga sepuluh jam per hari untuk anak-anak; orang lanjut usia biasanya tidur selama enam hingga tujuh jam. Namun, waktu tidur yang kurang dari angka tersebut merupakan hal yang cukup umum terjadi di antara manusia, meskipun kurangnya tidur dapat berdampak negatif pada kesehatan. Orang dewasa yang membatasi waktu tidurnya hingga empat jam per hari telah menunjukkan korelasi dengan perubahan fisiologi dan kondisi mental, termasuk berkurangnya daya ingat, kelelahan, agresi, dan ketidaknyamanan tubuh.[259]
Selama tidur manusia bermimpi, di mana mereka merasakan pengalaman sensorik berupa gambar dan suara. Mimpi dirangsang oleh otak kecil dan sebagian besar terjadi selama fase tidur REM.[260] Lamanya mimpi dapat bervariasi, dari beberapa detik hingga 30 menit.[261] Manusia mengalami tiga hingga lima mimpi per malam, dan beberapa orang mungkin mengalami hingga tujuh mimpi;[262] namun sebagian besar mimpi dengan cepat terlupakan. Manusia lebih cenderung mengingat mimpi jika terbangun selama fase REM. Kejadian dalam mimpi umumnya berada di luar kendali si pemimpi, dengan pengecualian pada mimpi jernih, di mana si pemimpi sadar akan dirinya sendiri.[263] Mimpi terkadang dapat membuat sebuah pemikiran kreatif muncul atau memberikan inspirasi.[264]
Kesadaran dan pikiran
Kewaspadaan, atau kepekaan akan keberadaan internal atau eksternal, adalah definisi paling sederhana dari kesadaran manusia.[265] Kesadaran dianggap sebagai "aspek yang paling dikenal sekaligus paling misterius dalam hidup kita".[266] Meskipun telah berabad-abad dilakukan analisis, definisi, penjelasan, dan perdebatan oleh para filsuf dan ilmuwan, kesadaran tetaplah sesuatu yang membingungkan dan kontroversial.[267] Satu-satunya pandangan yang disepakati secara luas tentang topik ini adalah keyakinan bahwa kesadaran itu ada.[268] Terdapat perbedaan pendapat mengenai apa sebenarnya yang perlu dipelajari dan dijelaskan sebagai kesadaran. Beberapa filsuf membagi kesadaran menjadi kesadaran fenomenal dan kesadaran akses. Kesadaran fenomenal adalah pengalaman inderawi itu sendiri, sedangkan kesadaran akses adalah kesadaran yang dapat digunakan untuk bernalar atau mengendalikan tindakan secara langsung.[269] Kesadaran terkadang identik dengan 'pikiran', dan di waktu lain, sebuah aspek darinya. Secara historis, hal ini dikaitkan dengan introspeksi, pemikiran pribadi, imajinasi, dan kemauan.[270] Saat ini, hal ini sering kali mencakup beberapa jenis pengalaman, kognisi, perasaan, atau persepsi. Istilah yang digunakan dapat pula bervariasi, dari 'kesadaran', 'kesadaran akan kesadaran', atau kesadaran diri.[271] Kemungkinan terdapat berbagai tingkat atau urutan kesadaran,[272] atau berbagai jenis kesadaran, atau hanya satu jenis kesadaran dengan fitur yang berbeda.[273]
Proses memperoleh pengetahuan dan pemahaman melalui pemikiran, pengalaman, dan indera disebut sebagai kognisi.[274] Otak manusia memahami dunia luar melalui indera, dan masing-masing orang sangat dipengaruhi oleh pengalamannya, yang mengarah pada pandangan subjektif tentang keberadaan dan berlalunya waktu.[275] Sifat dasar dari pemikiran adalah hal yang sentral dalam bidang psikologi dan yang terkait dengannya. Psikologi kognitif mempelajari kognisi, yakni proses mental yang melandasi perilaku.[276] Dengan fokus utama pada perkembangan pikiran manusia sepanjang rentang kehidupan, psikologi developmental berusaha untuk memahami bagaimana manusia memandang, memahami, dan bertindak di dunia dan bagaimana proses-proses ini berubah seiring bertambahnya usia.[277][278] Hal ini dapat berfokus pada perkembangan intelektual, kognitif, saraf, sosial, atau moral. Para psikolog telah mengembangkan tes kecerdasan dan konsep angka kecerdasan (IQ) untuk menilai kecerdasan relatif manusia dan mempelajari sebarannya di dalam masyarakat.[279]
Motivasi dan emosi
Motivasi manusia hingga saat ini belum sepenuhnya dipahami. Dari perspektif psikologis, hierarki kebutuhan Maslow adalah sebuah teori terkemuka yang dapat didefinisikan sebagai proses pemuasan kebutuhan tertentu dengan urutan kompleksitas yang menanjak.[280] Dari perspektif filosofis yang lebih umum, motivasi manusia dapat didefinisikan sebagai komitmen terhadap, atau penarikan diri dari, berbagai tujuan yang membutuhkan penggunaan kecakapan manusia. Insentif dan preferensi juga merupakan faktor, begitu pula keterkaitan antara keduanya. Kemauan juga dapat terlibat, dalam hal ini kemauan juga merupakan faktor. Idealnya, baik motivasi maupun kemauan memastikan pemilihan, perjuangan, dan realisasi tujuan dengan cara yang optimal, yang mana fungsi ini dimulai sejak masa kanak-kanak dan terus berlanjut sepanjang hidup dalam sebuah proses yang dikenal sebagai sosialisasi.[281]
Emosi adalah keadaan biologis yang terkait dengan sistem saraf[282][283] yang disebabkan oleh perubahan neurofisiologis yang terkait dengan pikiran, perasaan, respons perilaku, dan tingkat kesenangan atau ketidaksenangan.[284][285] Emosi sering kali berkaitan dengan suasana hati, temperamen, kepribadian, watak, kreativitas,[286] dan motivasi. Emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku manusia dan kemampuan mereka untuk belajar.[287] Bertindak berdasarkan emosi yang ekstrem atau tidak terkendali dapat menyebabkan gangguan sosial dan kejahatan,[288] dengan penelitian yang menunjukkan bahwa kriminal kemungkinan memiliki kecerdasan emosional yang lebih rendah dari biasanya.[289]
Pengalaman emosional yang dianggap menyenangkan, seperti kegembiraan, ketertarikan, atau kepuasan, bertentangan dengan pengalaman emosional yang dianggap tidak menyenangkan, seperti kecemasan, kesedihan, kemarahan, dan keputusasaan.[290] Kebahagiaan, atau keadaan bahagia, adalah kondisi emosional manusia. Definisi kebahagiaan masuk ke dalam topik filosofis yang umum. Beberapa orang mendefinisikannya sebagai pengalaman perasaan emosi positif, sambil menghindari emosi negatif.[291][292] Yang lain melihatnya sebagai penilaian kepuasan hidup atau kualitas hidup.[293] Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menjadi bahagia mungkin melibatkan pengalaman beberapa emosi negatif ketika manusia merasa bahwa mereka layak mendapatkan sesuatu hal.[294]
Seksualitas dan rasa sayang
Seksualitas pada manusia melibatkan perasaan dan perilaku biologis, erotis, fisik, emosional, sosial, atau spiritual.[295][296] Dikarenakan ini adalah istilah yang luas, yang telah mengalami variasi dengan konteks historis dari waktu ke waktu, maka definisi yang akurat tidaklah ada.[296] Aspek biologis dan fisik dari seksualitas sebagian besar menyangkut fungsi reproduksi manusia, termasuk siklus respons seksual manusia.[295][296] Seksualitas juga memengaruhi dan dipengaruhi oleh aspek budaya, politik, hukum, filosofis, moral, etika, dan agama dalam kehidupan.[295][296] Hasrat seksual, atau libido, adalah kondisi mental dasar yang hadir pada awal perilaku seksual. Studi menunjukkan bahwa pria lebih menginginkan seks daripada wanita dan lebih sering melakukan masturbasi.[297]
Manusia dapat tergolong di mana saja dalam skala orientasi seksual yang berkelanjutan,[298] kendati sebagian besar manusia adalah heteroseksual.[299][300] Meskipun perilaku homoseksual juga terjadi pada beberapa hewan lain, sejauh ini hanya manusia dan domba domestik lah yang sejumlah individunya diketahui menunjukkan preferensi eksklusif untuk hubungan sesama jenis.[299] Sebagian besar bukti menunjukkan bahwa orientasi seksual disebabkan oleh faktor nonsosial dan biologis.[300][301] Hal ini sejalan dengan penemuan bahwa tidak adanya kecenderungan yang tinggi prilaku homoseksualitas pada populasi yang toleran kepada homoseksualitas, begitupula sebaliknya.[300][301] Penelitian di bidang neurosains dan genetika menunjukkan bahwa faktor biologis juga mempengaruhi aspek-aspek lain pada seksualitas manusia.[302]
Cinta umumnya mengacu pada perasaan ketertarikan yang kuat atau keterikatan emosional. Cinta dapat bersifat impersonal (cinta terhadap suatu objek, cita-cita, atau hubungan politik atau spiritual yang kuat) atau interpersonal (cinta antar manusia).[303] Saat jatuh cinta, dopamin, norepinefrin, serotonin, dan zat kimia lainnya merangsang pusat kesenangan otak, yang menyebabkan efek samping seperti peningkatan detak jantung, kehilangan nafsu makan dan tidur, dan perasaan bahagia yang intens.[304]
Kemampuan intelektual manusia yang sangat tinggi merupakan faktor kunci dalam kemajuan teknologi dan dominasi spesies ini terhadap biosfer.[308] Terlepas dari spesies hominid lain yang telah punah, manusia adalah satu-satunya hewan yang diketahui dapat mengajarkan informasi yang dapat digeneralisasikan,[309] dengan menggunakan penyematan rekursif untuk menghasilkan dan mengomunikasikan beragam konsep yang rumit,[310] menggunakan fisika sederhana yang diperlukan untuk merancang alat yang kompeten,[311][312] atau memasak makanan di alam liar.[313] Proses belajar mengajar berperan dalam melestarikan identitas budaya dan etnografi dalam komunitas manusia.[314] Karakteristik dan perilaku lain yang umumnya unik pada manusia antara lain menyalakan api,[315] menyusun fonem,[316] dan pembelajaran vokal.[317]
Meskipun komunikasi dilakukan oleh banyak spesies, bahasa merupakan hal yang khusus ada pada manusia, sebuah ciri khas kemanusiaan, dan kultur yang universal.[318] Tidak seperti sistem terbatas pada hewan lain, bahasa manusia bersifat terbuka, jumlah makna yang tak terhingga dapat dihasilkan dengan menggabungkan sejumlah simbol yang terbatas.[319][320] Bahasa manusia juga memiliki kapasitas perpindahan, menggunakan kata-kata untuk mewakili hal-hal dan kejadian yang tidak terjadi secara lokal atau saat ini, tetapi berada dalam imajinasi bersama dengan lawan bicaranya.[321]
Bahasa berbeda dengan bentuk komunikasi lainnya karena bahasa tidak bergantung pada medium; dengan makna yang serupa dapat disampaikan melalui media yang berbeda, baik secara audio dalam bentuk ucapan, visual dengan bahasa isyarat atau tulisan, dan melalui media taktil seperti braille.[322] Bahasa adalah pusat komunikasi antar manusia, dan rasa identitas yang menyatukan bangsa, budaya, dan kelompok etnis.[323] Ada sekitar enam ribu bahasa yang saat ini digunakan, termasuk bahasa isyarat, di samping ribuan bahasa lainnya yang sudah punah.[324]
Seni manusia dapat mengambil berbagai bentuk meliputi seni visual, sastra, dan pertunjukan. Seni visual dapat berupa lukisan, patung, film, desain interaksi, dan arsitektur.[325] Seni sastra dapat mencakup prosa, puisi, dan drama; sedangkan seni pertunjukan umumnya melibatkan teater, musik, dan tari.[326][327] Manusia sering kali menggabungkan bentuk-bentuk seni yang berbeda (misalnya, video musik).[328] Hal-hal lain yang juga disebut memiliki kualitas artistik seperti persiapan makanan, video game, dan obat-obatan.[329][330][331] Selain memberikan hiburan dan mentransfer pengetahuan, seni juga digunakan untuk tujuan politik.[332]
Seni adalah karakteristik dasar manusia dan terdapat bukti adanya hubungan antara kreativitas dan bahasa.[333] Bukti paling awal dari seni adalah ukiran kerang yang dibuat oleh Homo erectus 300.000 tahun sebelum manusia modern berevolusi.[334] Seni yang dikaitkan dengan H. sapiens sudah ada setidaknya 75.000 tahun yang lalu, dengan perhiasan dan gambar yang ditemukan di gua-gua di Afrika Selatan.[335][336] Ada berbagai hipotesis mengapa manusia beradaptasi dengan seni. Antara lain, memungkinkan mereka untuk memecahkan masalah dengan lebih baik, menyediakan sarana untuk mengendalikan atau mempengaruhi manusia lain, mendorong kerja sama dan kontribusi dalam masyarakat, atau meningkatkan peluang untuk menarik calon pasangan.[337] Penggunaan imajinasi yang dikembangkan melalui seni, dikombinasikan dengan logika mungkin telah memberi manusia purba keuntungan evolusioner.[333]
Bukti menunjukkan bahwa manusia telah terlibat dalam aktivitas musik sebelum masa lukisan gua dan sejauh ini musik telah dipraktikkan oleh hampir semua budaya manusia yang diketahui.[338] Ada berbagai macam genre musik dan musik etnis; dengan kemampuan musik manusia yang berhubungan dengan kemampuan lainnya, termasuk perilaku sosial manusia yang kompleks.[338] Telah terbukti bahwa otak manusia merespons musik dengan cara menyelaraskan diri dengan irama dan ketukan, sebuah proses yang disebut dengan entrainment.[339] Tarian juga merupakan bentuk ekspresi manusia yang ditemukan di semua budaya[340] dan mungkin telah berevolusi sebagai cara untuk membantu manusia purba berkomunikasi.[341] Mendengarkan musik dan mengamati tarian menstimulasi korteks orbitofrontal dan area penginderaan kesenangan lainnya di otak.[342]
Tidak seperti halnya berbicara, membaca dan menulis tidak datang secara alami pada manusia dan harus diajarkan.[343] Meski demikian, sastra telah ada sebelum diciptakannya kata-kata dan bahasa, ditandai dengan lukisan berusia 30.000 tahun di dinding-dinding gua yang menggambarkan serangkaian adegan dramatis.[344] Salah satu karya sastra tertua yang masih ada adalah Epos Gilgamesh, yang pertama kali diukir di tablet Babilonia kuno sekitar 4.000 tahun yang lalu.[345] Lebih dari sekadar mewariskan pengetahuan, penggunaan dan berbagi fiksi imajinatif melalui cerita mungkin telah membantu mengembangkan kemampuan manusia untuk berkomunikasi dan meningkatkan kemungkinan mendapatkan pasangan.[346] Bercerita juga dapat digunakan sebagai cara untuk memberikan pelajaran moral dan mendorong kerja sama.[344]
Alat-alat terbuat dari batu telah digunakan oleh proto-manusia setidaknya 2,5 juta tahun yang lalu.[348] Penggunaan dan pembuatan perkakas telah dikemukakan sebagai kemampuan yang mendefinisikan manusia lebih dari apa pun[349] dan secara historis dipandang sebagai langkah evolusi yang penting.[350] Teknologi menjadi jauh lebih mutakhir sekitar 1,8 juta tahun yang lalu,[349] dengan penggunaan api yang terkendali dimulai sekitar 1 juta tahun yang lalu.[351][352] Roda dan kendaraan beroda muncul secara bersamaan di beberapa wilayah pada milenium keempat sebelum masehi.[353] Perkembangan alat dan teknologi yang lebih kompleks memungkinkan tanah untuk diolah dan hewan untuk dijinakkan, yang kemudian terbukti penting dalam perkembangan pertanian, yang dikenal sebagai Revolusi Neolitikum.[354]
Catatan
^Statistik populasi dan kepadatan populasi dunia diperbarui secara otomatis dari templat yang menggunakan CIA World Factbook dan United Nations World Population Prospects.[105][106]
^Kota-kota yang tahun 2018 berpenghuni lebih dari 10 juta.[107]
^McNulty, Kieran P. (2016). "Hominin Taxonomy and Phylogeny: What's In A Name?". Nature Education Knowledge (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 10 January 2016. Diakses tanggal 11 June 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Dunsworth HM (September 2010). "Origin of the Genus Homo". Evolution: Education and Outreach (dalam bahasa Inggris). 3 (3): 353–366. doi:10.1007/s12052-010-0247-8. ISSN1936-6434. Diarsipkan dari versi asli tanggal 23 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Brooks AS, Yellen JE, Potts R, Behrensmeyer AK, Deino AL, Leslie DE, Ambrose SH, Ferguson JR, d'Errico F, Zipkin AM, Whittaker S, Post J, Veatch EG, Foecke K, Clark JB (2018). "Long-distance stone transport and pigment use in the earliest Middle Stone Age". Science. 360 (6384): 90–94. Bibcode:2018Sci...360...90B. doi:10.1126/science.aao2646. PMID29545508.
^Posth C, Renaud G, Mittnik A, Drucker DG, Rougier H, Cupillard C, et al. (March 2016). "Pleistocene Mitochondrial Genomes Suggest a Single Major Dispersal of Non-Africans and a Late Glacial Population Turnover in Europe". Current Biology. 26 (6): 827–33. doi:10.1016/j.cub.2016.01.037. hdl:2440/114930. PMID26853362.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Little, Michael A.; Blumler, Mark A. (2015). "Hunter-Gatherers". Dalam Muehlenbein, Michael P. Basics in Human Evolution (dalam bahasa Inggris). Boston: Academic Press. hlm. 323–335. ISBN978-0-12-802652-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 July 2022. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Scarre, Chris (2018). "The world transformed: from foragers and farmers to states and empires". Dalam Scarre, Chris. The Human Past: World Prehistory and the Development of Human Societies (edisi ke-4th). London: Thames & Hudson. hlm. 174–197. ISBN978-0-500-29335-5.
^Scanes CG (January 2018). "The Neolithic Revolution, Animal Domestication, and Early Forms of Animal Agriculture". Dalam Scanes CG, Toukhsati SR. Animals and Human Society. hlm. 103–131. doi:10.1016/B978-0-12-805247-1.00006-X. ISBN978-0-12-805247-1.
^Denham TP, Haberle SG, Lentfer C, Fullagar R, Field J, Therin M, et al. (July 2003). "Origins of agriculture at Kuk Swamp in the highlands of New Guinea". Science. 301 (5630): 189–93. doi:10.1126/science.1085255. PMID12817084.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Manning K (February 2011). "4500-Year old domesticated pearl millet (Pennisetum glaucum) from the Tilemsi Valley, Mali: new insights into an alternative cereal domestication pathway". Journal of Archaeological Science. 38 (2): 312–322. doi:10.1016/j.jas.2010.09.007.
^Woods C (28 February 2020). "The Emergence of Cuneiform Writing". Dalam Hasselbach-Andee R. A Companion to Ancient Near Eastern Languages (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-1st). Wiley. hlm. 27–46. doi:10.1002/9781119193814.ch2. ISBN978-1-119-19329-6.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sassaman KE (1 December 2005). "Poverty Point as Structure, Event, Process". Journal of Archaeological Method and Theory (dalam bahasa Inggris). 12 (4): 335–364. doi:10.1007/s10816-005-8460-4. ISSN1573-7764.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Keightley DN (1999). "The Shang: China's first historical dynasty". Dalam Loewe M, Shaughnessy EL. The Cambridge History of Ancient China: From the Origins of Civilization to 221 BC. Cambridge University Press. hlm. 232–291. ISBN978-0-521-47030-8.
^Kaniewski D, Guiot J, van Campo E (2015). "Drought and societal collapse 3200 years ago in the Eastern Mediterranean: a review". WIREs Climate Change. 6 (4): 369–382. doi:10.1002/wcc.345.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Drake BL (1 June 2012). "The influence of climatic change on the Late Bronze Age Collapse and the Greek Dark Ages". Journal of Archaeological Science. 39 (6): 1862–1870. doi:10.1016/j.jas.2012.01.029.
^Hughes-Warrington M (2018). "Sense and non-sense in Ancient Greek histories". History as Wonder: Beginning with Historiography. United Kingdom: Taylor & Francis. ISBN978-0-429-76315-1.
^Beard M (2 October 2015). "Why ancient Rome matters to the modern world". The Guardian (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2021. Diakses tanggal 17 April 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Inomata T, Triadan D, Vázquez López VA, Fernandez-Diaz JC, Omori T, Méndez Bauer MB, et al. (June 2020). "Monumental architecture at Aguada Fénix and the rise of Maya civilization". Nature. 582 (7813): 530–533. Bibcode:2020Natur.582..530I. doi:10.1038/s41586-020-2343-4. PMID32494009.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Farazmand A (1 January 1998). "Administration of the Persian achaemenid world-state empire: implications for modern public administration". International Journal of Public Administration. 21 (1): 25–86. doi:10.1080/01900699808525297. ISSN0190-0692.
^Marx W, Haunschild R, Bornmann L (2018). "Climate and the Decline and Fall of the Western Roman Empire: A Bibliometric View on an Interdisciplinary Approach to Answer a Most Classic Historical Question". Climate (dalam bahasa Inggris). 6 (4): 90. Bibcode:2018Clim....6...90M. doi:10.3390/cli6040090.
^Renima A, Tiliouine H, Estes RJ (2016). "The Islamic Golden Age: A Story of the Triumph of the Islamic Civilization". Dalam Tiliouine H, Estes RJ. The State of Social Progress of Islamic Societies: Social, Economic, Political, and Ideological Challenges. International Handbooks of Quality-of-Life (dalam bahasa Inggris). Cham: Springer International Publishing. hlm. 25–52. doi:10.1007/978-3-319-24774-8_2. ISBN978-3-319-24774-8.
^Vidal-Nanquet P (1987). The Harper Atlas of World History. Harper & Row Publishers. hlm. 76.
^Asbridge T (2012). "Introduction: The world of the crusades". The Crusades: The War for the Holy Land. Simon and Schuster. ISBN978-1-84983-770-5.
^Adam King (2002). "Mississippian Period: Overview". New Georgia Encyclopedia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 August 2009. Diakses tanggal 15 November 2009.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Brady T, Oberman T, Tracy JD, ed. (1 January 1994). "Ottomans and Europe". Handbook of European History 1400–1600: Late Middle Ages, Renaissance and Reformation. Brill. hlm. 589–635. doi:10.1163/9789004391659_019. ISBN978-90-04-39165-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2022. Diakses tanggal 17 April 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Mosca MW (2010). "CHINA'S LAST EMPIRE: The Great Qing". Pacific Affairs. 83. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 March 2022. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Delisle RG (September 2014). "Can a revolution hide another one? Charles Darwin and the Scientific Revolution". Endeavour. 38 (3–4): 157–8. doi:10.1016/j.endeavour.2014.10.001. PMID25457642.
^"World". The World Factbook. CIA. 17 May 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 January 2021. Diakses tanggal 2 October 2016.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"World Population Prospects: The 2017 Revision"(PDF). United Nations, Department of Economic and Social Affairs, Population Division. 2017. hlm. 2&17. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 26 June 2019. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"NEAR-Shoemaker". NASA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 August 2015. Diakses tanggal 26 August 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Human Anatomy". Inner Body. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Marks JM (2001). Human Biodiversity: Genes, Race, and History (dalam bahasa Inggris). Transaction Publishers. hlm. 16. ISBN978-0-202-36656-2.
^ abO'Neil D. "Humans". Primates. Palomar College. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Sandel AA (September 2013). "Brief communication: Hair density and body mass in mammals and the evolution of human hairlessness". American Journal of Physical Anthropology. 152 (1): 145–50. doi:10.1002/ajpa.22333. hdl:2027.42/99654. PMID23900811.
^Kirchweger G (2 February 2001). "The Biology of Skin Color: Black and White". Evolution: Library. PBS. Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 February 2013. Diakses tanggal 6 January 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Roser M, Appel C, Ritchie H (8 October 2013). "Human Height". Our World in Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bogin B, Rios L (September 2003). "Rapid morphological change in living humans: implications for modern human origins". Comparative Biochemistry and Physiology. Part A, Molecular & Integrative Physiology. 136 (1): 71–84. doi:10.1016/S1095-6433(02)00294-5. PMID14527631.
^"Human weight". Articleworld.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 December 2011. Diakses tanggal 10 December 2011.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Schlessingerman A (2003). "Mass Of An Adult". The Physics Factbook: An Encyclopedia of Scientific Essays. Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 January 2018. Diakses tanggal 31 December 2017.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Lombardo MP, Deaner RO (March 2018). "Born to Throw: The Ecological Causes that Shaped the Evolution of Throwing In Humans". The Quarterly Review of Biology (dalam bahasa Inggris). 93 (1): 1–16. doi:10.1086/696721. ISSN0033-5770.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Jonsson H, Magnusdottir E, Eggertsson HP, Stefansson OA, Arnadottir GA, Eiriksson O, et al. (January 2021). "Differences between germline genomes of monozygotic twins". Nature Genetics. 53 (1): 27–34. doi:10.1038/s41588-020-00755-1. PMID33414551Periksa nilai |pmid= (bantuan).Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"Genetic – Understanding Human Genetic Variation". Human Genetic Variation. National Institute of Health (NIH). Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2013. Diakses tanggal 13 December 2013. Between any two humans, the amount of genetic variation—biochemical individuality—is about 0.1%.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Klossner NJ (2005). Introductory Maternity Nursing. hlm. 103. ISBN978-0-7817-6237-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. The fetal stage is from the beginning of the 9th week after fertilization and continues until birthParameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^World Health Organization (November 2014). "Preterm birth Fact sheet N°363". who.int. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 March 2015. Diakses tanggal 6 March 2015.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Kiserud T, Benachi A, Hecher K, Perez RG, Carvalho J, Piaggio G, Platt LD (February 2018). "The World Health Organization fetal growth charts: concept, findings, interpretation, and application". American Journal of Obstetrics and Gynecology. 218 (2S): S619–S629. doi:10.1016/j.ajog.2017.12.010. PMID29422204.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Khor GL (December 2003). "Update on the prevalence of malnutrition among children in Asia". Nepal Medical College Journal. 5 (2): 113–22. PMID15024783.
^Rosenberg KR (1992). "The evolution of modern human childbirth". American Journal of Physical Anthropology (dalam bahasa Inggris). 35 (S15): 89–124. doi:10.1002/ajpa.1330350605. ISSN1096-8644.
^Rush D (July 2000). "Nutrition and maternal mortality in the developing world". The American Journal of Clinical Nutrition. 72 (1 Suppl): 212S–240S. doi:10.1093/ajcn/72.1.212S. PMID10871588.
^Schuiling KD, Likis FE (2016). Women's Gynecologic Health. Jones & Bartlett Learning. hlm. 22. ISBN978-1-284-12501-6. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. The changes that occur during puberty usually happen in an ordered sequence, beginning with thelarche (breast development) at around age 10 or 11, followed by adrenarche (growth of pubic hair due to androgen stimulation), peak height velocity, and finally menarche (the onset of menses), which usually occurs around age 12 or 13.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Phillips DC (2014). Encyclopedia of Educational Theory and Philosophy. SAGE Publications. hlm. 18–19. ISBN978-1-4833-6475-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022. On average, the onset of puberty is about 18 months earlier for girls (usually starting around the age of 10 or 11 and lasting until they are 15 to 17) than for boys (who usually begin puberty at about the age of 11 to 12 and complete it by the age of 16 to 17, on average).Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Mintz S (1993). "Life stages". Encyclopedia of American Social History. 3: 7–33.
^Diamond J (1997). Why is Sex Fun? The Evolution of Human Sexuality. New York City: Basic Books. hlm. 167–70. ISBN978-0-465-03127-6.
^Peccei JS (2001). "Menopause: Adaptation or epiphenomenon?". Evolutionary Anthropology. 10 (2): 43–57. doi:10.1002/evan.1013.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Marziali C (7 December 2010). "Reaching Toward the Fountain of Youth". USC Trojan Family Magazine. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 December 2010. Diakses tanggal 7 December 2010.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Conceição P, et al. (2019). Human Development Report(PDF). United Nations Development Programme. ISBN978-92-1-126439-5. Diarsipkan dari versi asli(PDF) tanggal 20 March 2021. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Haenel H (1989). "Phylogenesis and nutrition". Die Nahrung. 33 (9): 867–87. PMID2697806.
^Cordain L (2007). "Implications of Plio-pleistocene diets for modern humans". Dalam Ungar PS. Evolution of the human diet: the known, the unknown and the unknowable. hlm. 264–65. Since the evolutionary split between hominins and pongids approximately 7 million years ago, the available evidence shows that all species of hominins ate an omnivorous diet composed of minimally processed, wild-plant, and animal foods.
^American Dietetic Association (June 2003). "Position of the American Dietetic Association and Dietitians of Canada: Vegetarian diets". Journal of the American Dietetic Association. 103 (6): 748–65. doi:10.1053/jada.2003.50142. PMID12778049.
^ abCrittenden AN, Schnorr SL (2017). "Current views on hunter-gatherer nutrition and the evolution of the human diet". American Journal of Physical Anthropology. 162 (S63): 84–109. doi:10.1002/ajpa.23148. PMID28105723.
^Krebs JR (September 2009). "The gourmet ape: evolution and human food preferences". The American Journal of Clinical Nutrition. 90 (3): 707S–711S. doi:10.3945/ajcn.2009.27462B. PMID19656837.
^Gibbons A. "The Evolution of Diet". National Geographic. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 August 2014. Diakses tanggal 18 April 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ritchie H, Roser M (20 August 2017). "Diet Compositions". Our World in Data. Diarsipkan dari versi asli tanggal 25 August 2021. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Lieberson AD (2004). "How Long Can a Person Survive without Food?". Scientific American (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 February 2019. Diakses tanggal 18 April 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Holmes J. "Losing 25,000 to Hunger Every Day". United Nations (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 27 May 2020. Diakses tanggal 18 April 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Murray CJ, Lopez AD (May 1997). "Global mortality, disability, and the contribution of risk factors: Global Burden of Disease Study". Lancet. 349 (9063): 1436–42. doi:10.1016/S0140-6736(96)07495-8. PMID9164317.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Catenacci VA, Hill JO, Wyatt HR (September 2009). "The obesity epidemic". Clinics in Chest Medicine. 30 (3): 415–44, vii. doi:10.1016/j.ccm.2009.05.001. PMID19700042.
^de Beer H (March 2004). "Observations on the history of Dutch physical stature from the late-Middle Ages to the present". Economics and Human Biology. 2 (1): 45–55. doi:10.1016/j.ehb.2003.11.001. PMID15463992.
^O'Neil D. "Adapting to Climate Extremes". Human Biological Adaptability. Palomar College. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 January 2013. Diakses tanggal 6 January 2013.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Beja-Pereira A, Luikart G, England PR, Bradley DG, Jann OC, Bertorelle G, et al. (December 2003). "Gene-culture coevolution between cattle milk protein genes and human lactase genes". Nature Genetics. 35 (4): 311–3. doi:10.1038/ng1263. PMID14634648.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Weatherall DJ (May 2008). "Genetic variation and susceptibility to infection: the red cell and malaria". British Journal of Haematology. 141 (3): 276–86. doi:10.1111/j.1365-2141.2008.07085.x. PMID18410566.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Shelomi M, Zeuss D (5 April 2017). "Bergmann's and Allen's Rules in Native European and Mediterranean Phasmatodea". Frontiers in Ecology and Evolution. 5. doi:10.3389/fevo.2017.00025. ISSN2296-701X.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ilardo MA, Moltke I, Korneliussen TS, Cheng J, Stern AJ, Racimo F, et al. (April 2018). "Physiological and Genetic Adaptations to Diving in Sea Nomads". Cell. 173 (3): 569–580.e15. doi:10.1016/j.cell.2018.03.054. PMID29677510.
^Bergström A, McCarthy SA, Hui R, Almarri MA, Ayub Q, Danecek P, et al. (March 2020). "Insights into human genetic variation and population history from 929 diverse genomes". Science. 367 (6484): eaay5012. doi:10.1126/science.aay5012. PMC7115999. PMID32193295. Populations in central and southern Africa, the Americas, and Oceania each harbor tens to hundreds of thousands of private, common genetic variants. Most of these variants arose as new mutations rather than through archaic introgression, except in Oceanian populations, where many private variants derive from Denisovan admixture.
^Muehlenbein MP (29 July 2010). Jones J, ed. Human Evolutionary Biology (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 74. ISBN978-0-521-87948-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 19 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Fusco G, Minelli A (10 October 2019). The Biology of Reproduction (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 304. ISBN978-1-108-49985-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 9 April 2022. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Gustafsson A, Lindenfors P (October 2004). "Human size evolution: no evolutionary allometric relationship between male and female stature". Journal of Human Evolution. 47 (4): 253–66. doi:10.1016/j.jhevol.2004.07.004. PMID15454336.
^Miller AE, MacDougall JD, Tarnopolsky MA, Sale DG (1993). "Gender differences in strength and muscle fiber characteristics". European Journal of Applied Physiology and Occupational Physiology. 66 (3): 254–62. doi:10.1007/BF00235103. hdl:11375/22586. PMID8477683.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bredella MA (2017). "Sex Differences in Body Composition". Dalam Mauvais-Jarvis F. Sex and Gender Factors Affecting Metabolic Homeostasis, Diabetes and Obesity. Advances in Experimental Medicine and Biology. 1043. Cham: Springer International Publishing. hlm. 9–27. doi:10.1007/978-3-319-70178-3_2. ISBN978-3-319-70177-6. PMID29224088.
^Easter C. "Sex Linked". National Human Genome Research Institute (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 April 2022. Diakses tanggal 18 April 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^"3-D Brain Anatomy". The Secret Life of the Brain. Public Broadcasting Service. Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 September 2017. Diakses tanggal 3 April 2005.
^Erickson R (22 September 2014). "Are Humans the Most Intelligent Species?". Journal of Intelligence (dalam bahasa Inggris). 2 (3): 119–121. doi:10.3390/jintelligence2030119. ISSN2079-3200.
^Robson D. "We've got human intelligence all wrong". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 31 January 2021. Diakses tanggal 24 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Moisse K (5 January 2011). "Tears in Her Eyes: A Turnoff for Guys?". ABC News (American) (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 30 January 2021. Diakses tanggal 22 April 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ann L (27 January 2005). "HowStuffWorks "Dreams: Stages of Sleep"". Science.howstuffworks.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 May 2012. Diakses tanggal 11 August 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Hobson JA (November 2009). "REM sleep and dreaming: towards a theory of protoconsciousness". Nature Reviews. Neuroscience. 10 (11): 803–13. doi:10.1038/nrn2716. PMID19794431.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Empson J (2002). Sleep and dreaming (edisi ke-3rd). New York: Palgrave/St. Martin's Press.
^Domhoff W (2002). The scientific study of dreams. APA Press.
^"Consciousness". Merriam-Webster. Diarsipkan dari versi asli tanggal 7 September 2019. Diakses tanggal 4 June 2012.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Schneider S, Velmans M (2008). "Introduction". Dalam Velmans M, Schneider S. The Blackwell Companion to Consciousness. Wiley. ISBN978-0-470-75145-9.
^van Gulick R (2004). "Consciousness". Stanford Encyclopedia of Philosophy. Metaphysics Research Lab, Stanford University. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 October 2019. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Rochat P (December 2003). "Five levels of self-awareness as they unfold early in life". Consciousness and Cognition. 12 (4): 717–31. doi:10.1016/s1053-8100(03)00081-3. PMID14656513.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Carruthers P (15 August 2011). "Higher-Order Theories of Consciousness". Stanford Encyclopedia of Philosophy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 April 2021. Diakses tanggal 31 August 2014.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Glattfelder JB (2019). "The Consciousness of Reality". Dalam Glattfelder JB. Information—Consciousness—Reality: How a New Understanding of the Universe Can Help Answer Age-Old Questions of Existence. The Frontiers Collection (dalam bahasa Inggris). Cham: Springer International Publishing. hlm. 515–595. doi:10.1007/978-3-030-03633-1_14. ISBN978-3-030-03633-1.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^McLeod S (20 March 2020). "Maslow's Hierarchy of Needs". Simplypsychology.org. Simply Scholar Limited. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 November 2018. Diakses tanggal 4 April 2020. Maslow's hierarchy of needs is a motivational theory in psychology comprising a five-tier model of human needs, often depicted as hierarchical levels within a pyramid. Needs lower down in the hierarchy must be satisfied before individuals can attend to needs higher up.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Damasio AR (May 1998). "Emotion in the perspective of an integrated nervous system". Brain Research. Brain Research Reviews. 26 (2–3): 83–6. doi:10.1016/s0165-0173(97)00064-7. PMID9651488.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Cabanac M (2002). "What is emotion?". Behavioural Processes. 60 (2): 69–83. doi:10.1016/S0376-6357(02)00078-5. PMID12426062. Emotion is any mental experience with high intensity and high hedonic content (pleasure/displeasure)Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Van Gelder JL (November 2016). "Emotions in Criminal Decision Making". Dalam Wright R. Oxford Bibliographies in Criminology. Oxford University Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Haybron DM (August 2013). "The proper pursuit of happiness". Res Philosophica. 90 (3): 387–411. doi:10.11612/resphil.2013.90.3.5.
^Haybron DM (13 April 2014). "Happiness and Its Discontents". The Opinion Pages. The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 October 2018. Diakses tanggal 30 July 2022. I would suggest that when we talk about happiness, we are actually referring, much of the time, to a complex emotional phenomenon. Call it emotional well-being. Happiness as emotional well-being concerns your emotions and moods, more broadly your emotional condition as a whole. To be happy is to inhabit a favorable emotional state.... On this view, we can think of happiness, loosely, as the opposite of anxiety and depression. Being in good spirits, quick to laugh and slow to anger, at peace and untroubled, confident and comfortable in your own skin, engaged, energetic and full of life.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Graham MC (2014). Facts of Life: ten issues of contentment. Outskirts Press. hlm. 6–10. ISBN978-1-4787-2259-5.
^ abcGreenberg JS, Bruess CE, Oswalt SB (2016). Exploring the Dimensions of Human Sexuality. Jones & Bartlett Publishers. hlm. 4–10. ISBN978-1-284-08154-1. Diarsipkan dari versi asli tanggal 24 December 2018. Diakses tanggal 21 June 2017. Human sexuality is a part of your total personality. It involves the interrelationship of biological, psychological, and sociocultural dimensions. [...] It is the total of our physical, emotional, and spiritual responses, thoughts, and feelings.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Younis I, Abdel-Rahman SH (2013). "Sex difference in libido". Human Andrology (dalam bahasa Inggris). 3 (4): 85–89. doi:10.1097/01.XHA.0000432482.01760.b0.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Ord T (2020). The Precipice: Existential Risk and the Future of Humanity. New York: Hachette Books. ISBN978-0-316-48489-3. Homo sapiens and our close relatives may have some unique physical attributes, such as our dextrous hands, upright walking and resonant voices. However, these on their own cannot explain our success. They went together with our intelligence...
^Emery NJ, Clayton NS (February 2009). "Tool use and physical cognition in birds and mammals". Current Opinion in Neurobiology. 19 (1): 27–33. doi:10.1016/j.conb.2009.02.003. PMID19328675. In short, the evidence to date that animals have an understanding of folk physics is at best mixed.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Vakhitova T, Gadelshina L (2 June 2015). "The Role and Importance of the Study of Economic Subjects in the Implementation of the Educational Potential of Education". Procedia - Social and Behavioral Sciences. The Proceedings of 6th World Conference on educational Sciences (dalam bahasa Inggris). 191: 2565–2567. doi:10.1016/j.sbspro.2015.04.690. ISSN1877-0428.
^Dasgupta S (2015). "Can any animals talk and use language like humans?". bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 May 2020. Diakses tanggal 22 April 2020. Most animals are not vocal learners.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Scott-Phillips TC, Blythe RA (18 September 2013). "Why is language unique to humans?" (dalam bahasa Inggris). Royal Society. Diarsipkan dari versi asli tanggal 18 January 2021. Diakses tanggal 24 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah;
tidak ditemukan teks untuk ref bernama Revolution2
^Lian A (2016). "The Modality-Independent Capacity of Language: A Milestone of Evolution". Dalam Lian A. Language Evolution and Developmental Impairments (dalam bahasa Inggris). London: Palgrave Macmillan UK. hlm. 229–255. doi:10.1057/978-1-137-58746-6_7. ISBN978-1-137-58746-6.
^"Culinary arts – How cooking can be an art". Northern Contemporary Art (dalam bahasa Inggris). 21 October 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 May 2021. Diakses tanggal 5 May 2021.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Smuts A (1 January 2005). "Are Video Games Art?". Contemporary Aesthetics (Journal Archive). 3 (1). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 May 2022. Diakses tanggal 30 July 2022.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Bird G (7 June 2019). "Rethinking the role of the arts in politics: lessons from the Négritude movement". International Journal of Cultural Policy (dalam bahasa Inggris). 25 (4): 458–470. doi:10.1080/10286632.2017.1311328. ISSN1028-6632.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Joordens JC, d'Errico F, Wesselingh FP, Munro S, de Vos J, Wallinga J, et al. (February 2015). "Homo erectus at Trinil on Java used shells for tool production and engraving". Nature. 518 (7538): 228–31. Bibcode:2015Natur.518..228J. doi:10.1038/nature13962. PMID25470048.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Dissanayake E (2008). "The Arts after Darwin: Does Art have an Origin and Adaptive Function?". Dalam Zijlmans K, van Damme W. World Art Studies: Exploring Concepts and Approaches. Amsterdam: Valiz. hlm. 241–263.
^ abMorley I (2014). "A multi-disciplinary approach to the origins of music: perspectives from anthropology, archaeology, cognition and behaviour". Journal of Anthropological Sciences = Rivista di Antropologia. 92 (92): 147–77. doi:10.4436/JASS.92008. PMID25020016.
^Karpati FJ, Giacosa C, Foster NE, Penhune VB, Hyde KL (March 2015). "Dance and the brain: a review". Annals of the New York Academy of Sciences. 1337 (1): 140–6. Bibcode:2015NYASA1337..140K. doi:10.1111/nyas.12632. PMID25773628.Parameter |s2cid= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Chow D (22 March 2010). "Why Do Humans Dance?". livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 1 February 2021. Diakses tanggal 21 September 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Krakauer J (26 September 2008). "Why do we like to dance--And move to the beat?". Scientific American (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 28 February 2021. Diakses tanggal 21 September 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^Prior KS (21 June 2013). "How Reading Makes Us More Human". The Atlantic (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 January 2021. Diakses tanggal 23 September 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abPuchner M. "How stories have shaped the world". www.bbc.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 5 January 2021. Diakses tanggal 23 September 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^ abChoi CQ (11 November 2009). "Human Evolution: The Origin of Tool Use". livescience.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 4 October 2020. Diakses tanggal 9 October 2020.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)