PT Matahari Department Store Tbk, dikenal dengan Matahari, adalah platform ritel terbesar di Indonesia, dengan 147 gerai di 81 kota di seluruh Indonesia, serta secara online melalui Matahari.com. Selama lebih dari 60 tahun, Matahari menyediakan produk pakaian, kecantikan dan sepatu yang berkualitas, fashionable dan terjangkau bagi kalangan menengah Indonesia yang semakin meningkat.[1] Kantor pusatnya berada di Jl. Bulevar Palem Raya No. 7, Lippo Village, Tangerang, Banten.[2]
Cikal-bakal Matahari Departement Store dapat ditarik ke sebuah toko kecil bernama "Mickey Mouse" yang terletak di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Pada tahun 1950-an, seorang pria perantauan dari Makassar, Hari Darmawan (1940-2018) pindah ke Jakarta untuk mengadu nasib. Hari lalu bertemu dengan Anna Yanti[4] yang merupakan anak dari pemilik toko Mickey Mouse dan kemudian menikahinya pada tahun 1958. Pada usia 19 tahun, Hari kemudian diberi tanggung jawab mengelola toko seluas 158 meter persegi[5] tersebut, terhitung sejak 24 Oktober 1958, dengan toko lantai dua untuk istrinya menjahit pakaian dan lantai pertama untuk toko keluarga mereka yang menjual pakaian anak-anak, baik impor maupun buatan istrinya bernama MM Fashion.[6][7] Toko tersebut tidak diberikan mertua Hari dengan cuma-cuma, melainkan harus dicicil sebanyak Rp 1 juta/bulan jika ingin dimilikinya.[8] Hari mengaku bahwa ia berusaha mengelola Mickey Mouse secara efisien dan menghasilkan keuntungan, walaupun sedikit tapi jika dikalkulasi cukup banyak.[9] Dengan pengelolaan itu, toko Mickey Mouse pun berkembang pesat, dan mertuanya yang terkesan kemudian menjual toko tersebut kepada Hari.[10] Kemajuan bisnis Hari tersebut membuatnya tertarik mengembangkan usahanya. Hari lalu membuka dua bisnis baru di awal 1970-an: Mamina tahun 1970 dan cabang toko Mickey Mouse II tahun 1971. Nama Mickey Mouse kemudian diubah menjadi MM Fashion yang tetap dipertahankan hingga 1987.[8]
Pada tahun 1972, dengan modal pinjaman bank,[11] Hari membeli sebuah toko bernama "De Zon" yang merupakan salah satu toko serba ada terbesar di Pasar Baru (6 kali luas toko Mickey Mouse),[12][10] namun mengalami kesulitan keuangan.[9] Toko tersebut, yang berada dekat tokonya, selama ini dirasa Hari sebagai saingannya yang cukup berat.[6] De Zon dalam bahasa Belanda artinya matahari. Hanya dengan nama itulah, Hari kemudian menetapkan nama "Matahari" sebagai nama baru bagi toko yang baru dibelinya beberapa waktu kemudian, tepatnya pada 15 Desember 1973.[8] Belakangan, ia memberikan makna bagi nama Matahari: bahwa Matahari harus menjadi kebanggaan Indonesia, dan jika dieja dibaca "mata-Hari", maka toko Matahari harus dapat dibangun sesuai visi Hari sendiri.[12] Awalnya, hanya itu toko Matahari di Indonesia, namun sejak 1977, Hari memutuskan untuk mengembangkan bisnis ritelnya itu ke berbagai daerah dengan target satu tahun satu gerai.[5] Rencana ini baru terealisasi pada 28 Maret 1980,[8] dengan membuka toko Sinar Matahari di Bogor.[13] Tangan dingin Hari pun dengan cepat berbuah manis, dengan Matahari pada era 1980-an membuka banyak gerai di berbagai kota dan daerah menyesuaikan pertumbuhan ekonomi saat itu, menjadikan Matahari sebagai perusahaan ritel No. 1 di Indonesia.[12] Matahari kemudian juga dikenal sebagai pelopor toko serba ada di Indonesia, dengan menjual aneka produk dalam satu atap (terutama fesyen), seperti pakaian, sepatu, tas, aksesoris, dll yang dipajang selengkap mungkin.[6][14]
PT Matahari Putra Prima Tbk
Dalam perkembangannya, Hari juga mulai meniru operasional ritel di berbagai negara asing, seperti memperkenalkan bar code dan membangun pelayanan customer service, meniru sistem yang ditemuinya di Jepang.[15] Untuk menyatukan gerai-gerai Matahari yang dimilikinya, didirikan PT Matahari Putra Prima pada 11 Maret 1986,[16] dengan Hari sebagai presiden direktur. Beberapa tahun kemudian, di tanggal 21 Desember 1992, Matahari Putra Prima mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya,[17] dengan harga Rp 7.150/saham dan menjual 8,7 juta saham.[18] Matahari saat itu tercatat memiliki 36 gerai di 16 kota pada 1992,[19] dengan pangsa pasar 55%.[20] Mengantisipasi tumbuhnya kelas menengah di era ini, Hari sendiri memiliki niat ambisius dengan ingin mengembangkan Matahari hingga mencapai 1.000 gerai di seluruh Indonesia.[6] Matahari kemudian juga mengembangkan model-model ritel baru pada era 1990-an, dengan visi menciptakan tempat belanja yang menggabungkan tempat hiburan. Banyak tokonya kemudian dilengkapi supermarket, tempat bermain anak Alfa Zona, pusat permainan Timezone, toko kaset M-Studio, toko buku M-Media, dan toko perlengkapan rumah Home Centre. Juga, demi menjangkau berbagai strata ekonomi, dikeluarkan beberapa merek dan tipe baru: Galeria, untuk kelas atas dengan menjual produk bermerek; Mega M, sebuah hipermarket, Super Ekonomi, sebuah supermarket yang menargetkan kelas bawah, ditambah Rumah Matahari dan Super Bazzar.[16][5] Tidak lupa juga, dengan peritel asing, dijalin beberapa aliansi dan pembukaan gerai seperti dengan Courts (PT Matahari Tatagriya Persona) dan Marks & Spencer, masing-masing pada 1994 dan 1996.[21] Hasilnya cukup baik, dengan pada 1996 Matahari sudah memiliki 27.000 karyawan dan penjualan Rp 2 miliar.[5] Pada Januari 1997, tercatat Matahari memiliki 84 gerai aneka jenis di 30 kota di seluruh Indonesia.[22]
Akan tetapi, pada awal 1997, secara mengejutkan Hari memutuskan untuk menjual saham mayoritasnya di PT Matahari Putra Prima kepada Lippo Group. Ada yang menafsirkan, bahwa Hari menjual ritelnya karena pertumbuhannya pada periode 1996 tercatat sempat menurun 30% dan kekhawatiran adanya pesaing luar negeri sehingga membutuhkan partner yang lebih kuat.[22] Selain itu, Matahari juga sempat terjerat hutang yang harus diatasinya,[23] dimana rumor yang beredar berasal dari Bank Lippo.[24] Ada juga pendapat dari Hari yang menyebutkan ia harus merawat istrinya, Anna Yanti dan putra bungsunya, Norman yang menderita sakit parah sehingga Hari sulit mengawasi pengelolaan usahanya karena selalu berada di Singapura.[4] Hari juga menyebutkan bahwa ia terngiang peristiwa Kerusuhan 27 Juli 1996 yang terjadi di Jakarta, mengingatkannya pada trauma kekacauan politik setelah Gerakan 30 September 1965, yang menandakan bahwa Indonesia sebentar lagi akan mengalami krisis.[6] Sementara itu, di sisi lain, Grup Lippo walaupun saat itu sudah memiliki beberapa perusahaan lisensi ritel asing seperti Wal-Mart dan JCPenney,[25] namun grup tersebut masih ingin memperluas jejaknya dengan rencana membeli perusahan ritel lokal, seperti awalnya Hero Supermarket.[26] Selain itu, Hari pernah ingin memindahkan gedung kantor pusat Matahari ke Menara Matahari yang ada di Lippo Karawaci.[27] Transaksi itu dilakukan pada Maret 1997, dengan perusahaan Lippo PT Multipolar Tbk membeli 48,2% saham milik Hari (kemudian menaikkannya menjadi 60%),[28] sementara sebaliknya Hari mendapatkan 10% saham di Multipolar di bawah PT Haritama Bakti Persada.[29]
Setelah Lippo berhasil menguasai Matahari, untuk mengembangkannya, kemudian beberapa aset Lippo (seperti JC Penney yang tutup di Indonesia pada 1998) kemudian dijadikan outlet Matahari.[21] Bagaimanapun, langkah Lippo awalnya sempat tidak mulus di perusahaan yang baru diakuisisinya tersebut. Sebagai efek dari krisis ekonomi 1997-1998 yang menerjang Indonesia beberapa bulan setelah akuisisi, pada akhir 1997 Matahari mengumumkan akan menutup 3 tokonya (2 di Jakarta, 1 di Bandung) dan akan menutup 5 lagi setelah Idul Fitri 1998.[29] Belum lagi pasca kerusuhan Mei 1998, sebanyak 7 tokonya rusak dijarah dan dibakar perusuh, dengan kerugian Rp 80 miliar. Sempat muncul rumor bahwa Hari yang saat itu memegang 0,19% saham di PT Matahari Putra Prima[30] hendak mengakuisisi kembali Matahari ke tangannya,[31] meskipun tidak terealisasi. Untuk menghadapi tantangan yang ada, di bawah Lippo, PT Matahari Putra Prima pun melakukan restrukturisasi. Toko lain seperti Mega M dan Galeria pun ditutup/diubah konsepnya, dan bisnis Matahari ditransformasikan menjadi dua saja: Matahari Departement Store dan Matahari Supermarket dengan gaya toko baru. Perubahan ini diklaim untuk mengembalikan Matahari ke citra aslinya sebagai department store berbasis one-stop shopping.[16] Citra dan logo Matahari pun kemudian juga diubah pada 2002, didominasi warna biru, dan sebelumnya pada 2000 Matahari telah meluncurkan kartunya yang disebut "Matahari Club Card".[13] Tidak lama kemudian, 15 Januari 2004, Matahari kembali membuka hipermarket barunya, kali ini dengan nama baru yaitu Hypermart,[32] dan sempat juga pada 1 Februari 2004 membuka gerai Cut Price (yang kemudian ditutup).[13] Strategi ini rupanya cukup berhasil mengembangkan usaha Lippo di bidang retail ini.[33] Ekspansi pun terus dilakukan, dengan pada 1 Januari 2006 Matahari Putra Prima telah memiliki 146 gerai,[34] dan sempat tercatat pernah membuka toko di Tiongkok.[13] Kemudian, dalam perkembangannya, pada 2007 Matahari Supermarket diganti dengan Foodmart, serta Matahari mengembangkan bisnis lainnya seperti Boston Health.[35] Sejak Mei 2009, Matahari telah menggunakan logo baru yang merupakan penyegaran logo lama, dengan warna utama abu-abu dan merah,[36] demi menciptakan citra baru dalam menargetkan pasar kelas atas.[37]
PT Matahari Department Store Tbk
Perusahaan yang saat ini kita kenal sebagai Matahari Department Store, bisa dikatakan bukan perusahaan Matahari yang "asli" karena seperti telah dijelaskan, yang asli adalah Matahari Putra Prima. PT Matahari Department Store Tbk didirikan pada 1 April 1982 sebagai PT Stephens Utama International Leasing Corporation, dengan awal kehidupan dari perusahaan ini adalah sebagai perusahaan pembiayaan (financing) patungan antara Stephens Finance Limited, Hong Kong (70%)[38] dan PT Gema Nusa Kencana (30%),[39] dimana keduanya merupakan bagian Lippo Group.[40] Tujuh tahun kemudian (31 Juli 1989),[41] namanya berganti menjadi PT Lippo Pacific Finance,[42] dan segera mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Surabaya pada 16 Oktober 1989[43] (awalnya direncanakan 31 Agustus 1989) sebagai perusahaan pertama grup ini yang menawarkan sahamnya ke publik. Saham yang dilepas adalah sebesar 30% dengan harga perlembar Rp 7.900.[44] Perusahaan ini diberi kode emiten LPPF yang berasal dari singkatan namanya, dan saat ini masih dipertahankan. Cukup antusias diterima publik,[45] dana yang diraup dari hasil IPO adalah Rp 17 miliar yang digunakan sebagai modal perusahaan, yang kemudian mampu meningkatkan izinnya untuk bergerak penuh dalam bisnisnya.[46] Bisnis utamanya adalah di bidang sewa guna besar dan menengah, ditambah juga memiliki sejumlah anak usaha. Beberapa anak usahanya adalah PT Banker Trust (BT) Lippo Finance, LET Pacific (Hong Kong) Ltd,[47] dan kemudian sempat juga menjadi perusahaan induk bagi beberapa perusahaan Lippo Group, seperti Lippo Bank, Asuransi Lippo Life, Lippo Merchants Finance, Lippo Land Development, Multipolar, dan Lippo Industries yang diakuisisinya pada 1992 senilai Rp 254 miliar.[48] Meskipun namanya tercatat beberapa kali dirubah (ke PT Lippo Pacific pada 13 Juli 1992 dan 16 April 1997, kembali ke PT Lippo Pacific Finance pada 16 November 1994, dan ke PT Lippo Financial pada 12 Juli 1996),[49] bisnis utamanya saat itu tetaplah bisnis jasa pembiayaan.
Sejak 27 Februari 1998, Lippo Pacific menghentikan bisnis perusahaan pembiayaannya dan kemudian beralih menjadi perusahaan keuangan lainnya.[50][51] Beberapa waktu kemudian, bisnisnya kembali berubah menjadi perusahaan investasi, jasa dan perdagangan umum[52] dan sejak 25 Juni 1999 namanya diubah menjadi PT Pacific Utama Tbk yang hanya bergerak dalam investasi anak usahanya, namun terutama tetap pada sejumlah perusahaan patungan pembiayaan seperti PT BT Lippo Finance dan PT Daiwa Lippo Finance.[52] Belakangan, aset-asetnya dilepas, dengan hanya memiliki satu anak usaha penuh dan beberapa saham minoritas di sejumlah perusahaan. Meskipun demikian, pengendalian tetap berada di tangan Grup Lippo lewat Pacific Asia Holdings Pte. Ltd.[50][53]
Pada bulan September 2009, PT Matahari Putra Prima (pengelola Matahari saat itu) mengumumkan akan dilakukan proses pengalihan asetnya ke PT Pacific Utama Tbk. Proses spin-off bisnis Matahari Department Store ke perusahaan terpisah ini dilakukan sebagai kelanjutan dari restrukturisasi bisnis Matahari Putra Prima sejak 2002, dengan tujuan membuat tata kelola, pembiayaan dan operasional bisnis toko serba ada yang lebih baik. Selain itu, direncanakan juga akan dilepas beberapa anak usaha Matahari, seperti Timezone ke anak usaha terpisah. Transaksi ini dilakukan dengan perjanjian pengikatan jual beli dan pengalihan aset-aset (PPJBA) senilai Rp 425 miliar, dengan aset operasional department store seperti inventaris, distribusi, merchandise, prepaid list, dan sumber daya akan dialihkan dari Matahari ke Pacific Utama (terutama 87 department store Matahari), dan PT Matahari Putra Prima hanya akan mengelola bisnis korporat dan kemudian bisnis FMCG-nya. Di samping proses spin-off tersebut, Pacific Utama juga akan menjadi anak usaha PT Matahari Putra Prima, lewat skema rights issue secara mayoritas. Untuk memuluskan rencana ini, PT Pacific Utama Tbk telah melepas anak usahanya, Lippo Securities dan melakukan aksi korporasi seperti reverse stock.[54][55] Proses tersebut selesai dilakukan pada 25 November 2009, dengan aset-aset dan operasional Matahari Department Store dialihkan kepada Pacific Utama Tbk dan kepemilikan Matahari Putra Prima di Pacific Utama mencapai 90,76%.[56] Tidak lama kemudian, nama PT Pacific Utama Tbk diganti menjadi PT Matahari Department Store Tbk sampai sekarang. Setelah proses tersebut, Matahari Department Store Tbk berencana untuk menganggarkan Rp 1 triliun bagi ekspansinya di tahun 2010,[57] dan sempat melakukan restrukturisasi pada aset Matahari Putra Prima yang dialihkan (dijual) padanya.[58]
Akan tetapi, kepemilikan Matahari Putra Prima (Matahari yang asli) akan Matahari Department Store (d/h Pacific Utama) ternyata hanya berusia singkat. Pada awal 2010, pihak Matahari Putra Prima mengumumkan bahwa CVC Capital Partners Asia dengan anak usahanya Meadow Asia Co. Ltd. (usaha patungan Matahari Putra Prima 20% dan CVC 80%) hendak membeli 98% saham Matahari Department Store dari induknya dan Pacific Asia Holdings Limited (anak usaha Lippo) senilai Rp 7,16 triliun. CVC berniat untuk menambah gerai Matahari Department Store, dan sempat juga diperkirakan akan men-delisting perusahaan ini dari bursa saham.[59] Dilakukan secara bertahap (dari 90,76% menjadi 98%) sejak Januari 2010, transaksi ini tuntas dilakukan pada 1 April 2010 dengan Matahari Department Store kini di bawah kepemilikan baru.[60][61] Bagaimanapun, banyak pihak meragukan niat Lippo untuk menjual salah satu aset utamanya tersebut, dengan melihat track record konglomerasi ini. Ada yang menganggap, penjualan itu tidak lebih dari akal-akalan Lippo demi memainkan saham LPPF.[62][63][64] Tidak lama setelah penjualan itu, pada September 2011, PT Matahari Department Store Tbk telah di-merger dengan PT Meadow Indonesia.[65]
Kepemilikan Meadow rupanya tidak bertahan lama. Meadow (lewat anak usahanya Asia Color Company Ltd.) perlahan-lahan melepas saham LPPF, dengan pada 8 Maret 2013 hanya memiliki 73,25%-nya, sedangkan 24,9% sahamnya dijual ke oleh PT Multipolar Tbk (anak usaha Lippo). Sejalan dengan transaksi itu, Matahari Putra Prima melepas 20% sahamnya di Meadow.[66] Pada pertengahan Maret 2013, saham Meadow (via Asia Color) pun makin merosot ke 37,7%, dengan mayoritasnya dijual ke investor asing dan publik, menaikkan persentasenya dari 1,85% menjadi 41,8%.[67] Saham CVC akhirnya menghilang pada 2015, setelah terakhir menggenggam 2% saham LPPF.[68] Di tahun 2018, tercatat Multipolar menjadi pemegang 17,48% saham PT Matahari Department Store Tbk, dan sisanya publik.[69] Harga saham Matahari Department Store pun dalam periode 2010-an tercatat pernah meroket, menyentuh Rp 18.800/saham dari hanya Rp 2.000-an pada awal 2010.[70]
Sejak 14 Juli 2021, pemegang saham mayoritas dan pengendali Matahari Department Store Tbk telah berganti menjadi Auric Digital Retail Pte. Ltd. Sedangkan Multipolar tetap bertahan sebagai salah satu pemegang saham utama. Sisanya adalah investor publik.[71] Saat ini, Matahari mengoperasikan 147 gerai di 81 kota di seluruh Indonesia.
Perkembangan mutakhir
Di era digital ini, Matahari memanfaatkan teknologi digital melalui pengalaman ritel omni-channel. Memahami pentingnya pengalaman berbelanja fisik dan online, pandemi telah mempercepat dan meningkatkan permintaan akan pengalaman ritel omni-channel untuk melayani konsumen. Demi memberikan pengalaman berbelanja omni-channel yang tanpa batas, Matahari telah membuka saluran online, yaitu Matahari.com, Social Commerce Shop & Talk, serta toko resmi di marketplace, seperti Shopee dan Tokopedia.[72][73] Matahari juga menyampaikan pesan-pesan kepada masyarakat melalui media sosial seperti kanal YouTube Matahari dan Instagram @matahari dan @storyofmatahari.[74]
Di tengah pandemi, Perseroan membukukan kinerja positif selama sembilan bulan pertama tahun 2021. Matahari mencatatkan pertumbuhan baik dari sisi top line maupun bottom line. Matahari mencatat adanya PPKM darurat yang dimulai awal Juli 2021 membuat Perseroan menutup sementara beberapa gerainya selama dua bulan, dengan 31 gerai lainnya tetap buka dengan berbagai pembatasan. Pada awal September 2021, Matahari membuka kembali 100% gerainya dan terus mengalami pemulihan positif dari minggu ke minggu. Hal ini berlanjut pada Oktober 2021 dengan pemulihan mencapai lebih dari 70% dibandingkan tahun 2019.[75]
Inisiatif digital Matahari menahan tekanan yang dalam di tahun 2020. Matahari mengurangi semua biaya operasional melalui negosiasi dengan pemilik properti di pusat perbelanjaan demi mengurangi biaya sewa. Dengan tekanan likuiditas yang berat, LPPF juga mendapatkan tambahan fasilitas perbankan senilai Rp500 miliar di tahun 2020.[76] Sebagai informasi, Matahari telah melunasi pinjaman tersebut pada tahun 2021.[77] Matahari terus menerapkan pengendalian biaya untuk menjaga arus kas tetap likuid. Perseroan tetap konservatif dalam belanja modal. Semua karyawan yang awalnya menerima penundaan gaji telah menerima gaji penuh pada kuartal keempat tahun 2020, meskipun dengan jumlah karyawan yang lebih rendah. Pada saat itu, Matahari yakin akan menjadi peritel pertama di Indonesia yang mengembalikan pembayaran gaji pada akhir tahun 2020.[78]
Rebranding
Pada 8 Oktober 2022 Matahari meluncurkan identitas dan citra barunya, dengan kini bergerak menuju ke arah spesialis format besar atau disebut sebagai House of Specialists, menghadirkan penawaran produk terbaru, konsep gerai yang lebih menarik dan meningkatkan pengalaman berbelanja yang lebih baik kepada pelanggan. Bertempat di atrium Mal Taman Anggrek, Matahari meluncurkan konsep House of Specialists untuk melayani kebutuhan fesyen konsumen di Indonesia, dengan strategi 5 tahun untuk membangun pangsa pasar di target pasarnya, sebagai merek ritel paling tersebar luas di sektornya.[79]
Selain berbagai kegiatan pemberdayaan bersama karyawan dan mitra usaha, Matahari juga meningkatkan kepedulian untuk pendidikan anak-anak dalam program CSR yaitu merenovasi 10 perpustakaan sekolah di 10 area di Indonesia. Matahari telah membantu lebih dari 1.000.000 jiwa melalui penciptaan lapangan kerja lokal dan dukungan masyarakat.[80]
Referensi
^Laporan Tahunan PT Matahari Department Store Tbk 2020, p. 6-7