Mengwi, Badung8°32′11″S 115°10′22″E / 8.536384°S 115.172747°E
Penduduk Mengwi mempunyai bahasa yang sedikit unik dari bahasa Bali yang disebut sebagai Basa Mengoeian yang menyerap banyak kata dari bahasa Belanda SejarahKerajaan Mengwi adalah salah satu kerajaan kecil yang didirikan pada abad ke-18 di Pulau Bali.[5] Pendiri kerajaan ini adalah I Gusti Agung Made Agung.[6] Kerajaan Mengwi berakhir setelah dikalahkan oleh Kerajaan Badung pada tahun 1891.[7] Pendirian Kerajaan Mengwi diawali oleh pertikaian antara raja terakhir Kerajaan Gelgel yaitu Ida I Gusti Agung Maruti melawan I Gusti Ngurah Jambe di Cedok Andoga. I Gusti Ngurah Jambe adalah ipar dari I Gusti Agung Maruti, tetapi memihak kepada keponakannya yaitu Dalem Jambe yang juga memiliki hak untuk menjadi raja. Dalam pertikaian ini, Ida I Gusti Agung Maruti dan I Gusti Ngurah Jambe wafat. Putra dan putri dari Ida I Gusti Agung Maruti kemudian mengungsi ke desa Jimbaran. Mereka bernama I Gusti Agung Putu Agung, I Gusti Agung Made Agung, dan I Gusti Agung Ratih. Setelah itu, I Gusti Agung Putu Agung dan I Gusti Agung Made Agung menjadi penguasa di desa Jimbaran dan mendirikan Kerajaan Mengwi. Tahta pertama diberikan kepada I Gusti Agung Made Agung, sedangkan I Gusti Agung Putu Agung memilih menjadi seorang pertapa.[6] GeografiBatas Wilayah
PemerintahanPembagian wilayahMengwi terbagi lagi menjadi 15 desa dan 5 kelurahan yang diurutkan secara abjad sebagai berikut: DemografiPendudukPada tahun 2016, penduduk Kecamatan Mengwi terdiri dari 57.853 laki-laki dan 58.421 perempuan dengan total jumlah penduduk sebesar 114.280 jiwa. Angka kelahiran mencapai 1.132 orang dengan pembagian 604 laki-laki dan 528 perempuan. Angka kematian tahun 2016 adalah 643 orang, 359 laki-laki dan 284 perempuan. Jumlah total kepala keluarga tahun 2016 mencapai 28.415 KK.[3] Sementara pada tahun 2021 jumlah penduduk kecamatan Badung berdasarkan data Badan Pusat Statistik Bali 2021, yakni 132.786 jiwa dengan kepadatan 1.619 jiwa/km².[2] SukuSuku asli di pulau Bali, adalah suku Bali. Suku Bali dibagi dua sub-suku, yakni Bali Aga dan Bali Majapahit. Suku Bali Aga yang bermukim di daerah pegunungan Bali, dan Bali majapahit merupakan keturunan kerajaan Majapahit yang memilih tinggal di Bali. Suku lainnya juga ada di kecamatan ini seperti suku Loloan, Nyama Selam, Jawa, Sunda, Sasak, asal Nusa Tenggara Timur, Batak , Tionghoa, dan lainnya.[8] AgamaSementara penduduk menurut agama yang dianut, masyarakat di kecamatan Mengwi memiliki beragam latar belakang agama. Berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri tahun 2021, penduduk kecamatan Mengwi berdasarkan agama yang dianut yakni Hindu 93,32%, kemudian kekristenan 3,83% di mana Protestan 2,55% dan Katolik 1,28%. Kemudian pemeluk agama Islam sebanyak 2,67% dan Buddha 0,18%.[9] Rumah ibadah yang ada di kecamatan Mengwi yakni 738 Pura, 17 gereja Protestan, 9 gereja Katolik, 5 Musholah dan 1 Vihara.[2] Sosial dan BudayaData Sekaa Gong (Wadah Kesenian Tiap Banjar/Dusun) di Kec. Mengwi Tahun 2024[10]
EkonomiPariwisataAlam
Religi dan Budaya
Sejarah
Kuliner
PertanianPada tahun 2023, Kecamatan Mengwi mencatat berbagai produksi buah-buahan tahunan dengan jumlah yang signifikan. Buah mangga menjadi yang teratas dengan produksi mencapai 4.272 kuintal. Diikuti oleh nangka atau cempedak dengan 3.926 kuintal, pepaya dengan 2.471 kuintal, rambutan sebanyak 1.607 kuintal, dan durian sebesar 1.512 kuintal. Selain itu, produksi jeruk besar tercatat sebanyak 1.448 kuintal, belimbing sejumlah 1.250 kuintal, jambu biji sebanyak 858 kuintal, dan sawo dengan jumlah produksi sebesar 709 kuintal. Data ini menunjukkan kecamatan ini memiliki keragaman produksi buah-buahan yang cukup kaya dan potensial. Produksi buah terbanyak adalah buah pisang sebanyak 6.796 kwintal.[12] Fasilitas Publik
GaleriLihat JugaReferensi
Daftar Pustaka
Pranala luar
|