Meriam HonisuitSejarah Meriam HonisuitMeriam Honisuit merupakan senjata buatan Inggris yang dibawa oleh Jepang ke Bengkulu. Senjata tersebut dibawa oleh Jepang saat menjajah Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu. Jepang berhasil menguasai Bengkulu Selatan pada 24 Februari 1942. Kolonel Kangki memimpin angkatan tentara Jepang masuk ke Bengkulu dengan membawa beberapa mobil baja, truk militer beserta alat-alat senjata. Kabar kedatangan Jepang di Bengkulu pun tersebar di kalangan masyarakat, kaum politisi, dan anak-anak. Mereka berbaris rapi menyambut kedatangan Jepang tersebut dengan sukacita.[1] Reaksi masyarakat melihat kedatangan pasukan Jepang ini bermacam-macam. Ada masyarakat yang menjadi penonton saja, karena mereka tidak paham mengenai politik. Adapula masyarakat yang cemas dan takut, karena masyarakat mengalami trauma dari penjajahan Belanda sebelumnya. Sepanjang tahun 1942, Jepang melancarkan aksi penjajahannya di Bengkulu Selatan dengan memperluas daerah kekuasaan.[2] Dalam menjalankan gerakan ofensifnya, Jepang menyebar ke daerah-daerah lain, seperti Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Pagar Alam dan Tanjung Sakti. Bentuk MeriamPertama kali meriam diletakkan tentara Jepang di Kelurahan Belakang Gedung, Kecamatan Pasar Manna, Kabupaten Bengkulu Selatan. Meriam digunakan sebagai pertahanan laut bala tentara Jepang. Meriam Honisuit ini berwarna coklat tua dan terbuat dari logam besi. Meriam memiliki panjang laras sekitar 3,4 meter. Bobot meriam mencapai 2,2 ton dengan kaliber 19,01 cm.[3] Kondisi MeriamPada tanggal 10 Januari 2008, Meriam Honisuit atas kesepakatan Dinas Purbakala Provinsi Jambi dan Pemda Bengkulu Selatan dipindahkan oleh KODIM 0408/BS ke Bundaran JL. Raya Padang Panjang Manna, Bengkulu Selatan. Saat ini meriam terletak di tengah bundaran Kantor Bupati Kabupaten Manna sebagai salah satu monumen sejarah. Saat ini meriam tersebut masuk ke dalam daftar perawatan rutin yang dilakukan oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jambi dan menjadi benda bersejarah yang harus dilestarikan dan dilindungi. Referensi
|