Jika Anda ingin memeriksa artikel ini, Anda boleh menggunakan mesin penerjemah. Namun ingat, mohon tidak menyalin hasil terjemahan tersebut ke artikel, karena umumnya merupakan terjemahan berkualitas rendah.
Pada 6 Juli 2013, sekelompok orang bersenjata api menyerang sekolah di Mamudo, negara bagian Yobe, Nigeria, dan menewaskan lebih dari 42 orang. Sebagian besar korban adalah pelajar dengan sejumlah karyawan pekerja turut terbunuh.
[1]
Latar Belakang
Boko Haram, yang kadang disebut Talibannya Nigeria, didirikan tahun 2002 sebagai gerakan melawan pembaratan (westernisasi) di Nigeria, dan yang dipertahankan kelompok tersebut adalah penyebab perilaku kriminal di negara tersebut.[2] Dari tahun 2009 hingga 2013, kekerasan terkait pemberontakan Boko Haram telah menewaskan 3600 orang, termasuk 1600 penduduk sipil.[1][3] Pada pertengahan Mei 2013, Nigeria mengumumkan keadaan darurat di emergency in Adamawa, Borno, dan Yobe untuk mengakhiri krisis pemberontakan Boko Haram.[1] Dengan mengambil tindakan keras, ratusan anggota Boko Haram ditangkap atau terbunuh, dan sisanya mundur ke daerah pegunungan, di mana mereka semakin banyak menyerang penduduk sipil.[3]
Sejak 2001, Boko Haram telah mengincar sekolah-sekolah, membunuh ratusan pelajar. Menurut juru bicara, mereka akan terus menyerang selama tentara pemerintah terus mencampuri pendidikan tradisional berbasis Quran. Lebih dari 10.000 anak tak lagi dapat bersekolah karena serangan Boko Haram.[2] Sekitar 20.000 penduduk melarikan diri dari negara bagian Yobe ke Cameroon selama bulan Juni 2013 untuk menyelamatkan diri dari kekerasan.[3]
Pada Juni 2013, tentara Nigerian memukuli pelajar di sekolah berbasis Quran, memicu kemarahan anggota Boko Haram.[2] Pada 16 Juni, serangan militan Boko Haram membunuh tujuh anak, dua guru, dua tentara, dan dua militan. Pada hari selanjutnya, militan membunuh 9 pelajar yang sedang menjalani ujian. Pada 4 Juli, penyerang bersenjata membunuh kepala sekolah dan seluruh keluarganya.[3]
Mamudo berada 5 kilometer (3,1 mi) dari kota Potiskum, pusat bisnis dan focal point pemberontakan Boko Haram.[1]
Serangan
Sebelum dini hari 6 Juli, sekelompok orang bersenjata menyerang sekolah asrama pemerintah dengan jumlah murid 1.200 di desa Mamudo, negara bagian Yobe, Nigeria, menewaskan setidaknya 42 orang.[2] Seorang saksi mata menggambarkan situasi tersebut: "Serangan tersebut sangat brutal... Ada 42 mayat, sebagian besar adalah pelajar. Beberapa mayat tubuhnya hancur dan terbakar parah sementara yang lain luka tembak."
[1] Sebagian besar korban meninggal adalah pelajar, dan beberapa karyawan dan guru ikut terbunuh.[1][2] Beberapa di antaranya dibakar hidup-hidup sementara yang lain meninggal karena luka tembak. Di kamar mayat, para orang tua kesulitan mengidentifikasi anak-anaknya karena tubuhnya telah terbakar hangus.[3] Survivors were taken to a nearby clinic, guarded by the Nigerian army.[2]
Menurut saksi yang selamat, penyerang bersenjata mengumpulkan para korban di satu lokasi dan baru kemudian mulai menembaki dan melempar peledak.[1] Mereka juga membawa bensin untuk membakar sekolah.[2] Enam pelajar yang kabur ditemukan bersembunyi di semak dengan luka tembak dan kemudian dibawa ke rumah sakit.[1] Lebih dari 100 dinyatakan hilang per 6 Juli.[2]
Insiden lain
Serangan terpisah pada hari yang sama di Nigeria tengah menewaskan 20 orang.[2]
Reaksi
Pada 7 Juli, gubernur Yobe Ibrahim Gaidam menyebut para penyerang sebagai pembunuh berdarah dingin dan "tidak berperikemanusiaan". Dia memerintahkan semua sekolah menengah untuk tutup hingga September, pada awal tahun ajaran baru. Dia juga meminta pemerintah pusat untuk mengatasi masalah jaringan telepon seluler yang tidak berfungsi di Yobe, dengan alasan kesulitan menggunakan jaringan tersebut menghalangi penduduk melaporkan keberadaan orang yang mencurigakan sebelum insiden penyerangan.[4]