Share to:

 

Pertempuran Beneventum (214 SM)

Pertempuran Beneventum
Bagian dari Perang Punik II

Peta operasi Campania pada 214 SM
Tanggal214 SM
LokasiBeneventum (kini Benevento)
41°08′00″N 14°47′00″E / 41.1333°N 14.7833°E / 41.1333; 14.7833
Hasil Kemenangan Romawi
Pihak terlibat
Republik Romawi Kartago
Tokoh dan pemimpin
Tiberius Sempronius Gracchus Hanno
Kekuatan
18.000 infranteri dan kavaleri

18.200


17.000 infranteri
1.200 kavaleri Numidia
Korban
2.000 tewas 16.200 tewas

Pertempuran Beneventum adalah pertempuran yang terjadi pada tahun 214 SM di dekat Beneventum (kini Benevento) selama Perang Punik II. Legiun Romawi di bawah komando Tiberius Sempronius Gracchus mengalahkan pasukan Kartago pimpinan Hanno yang menolak bala bantuan dari Hannibal. Sejarawan Livy memberikan uraian singkat tentang pertempuran,[1] yang merupakan bagian dari kampanye Romawi untuk menaklukkan negara-kota Italia selatan yang telah bergabung dengan Hannibal setelah terjadinya Pertempuran Cannae.

Latar belakang

Ketika bersiap untuk menyerang kota Nola di Campania, Hannibal sedang menunggu letnannya Hanno yang akan membawa 1.200 kavaleri Numidia bersama dengan 17.000 orang Bruttian dan Lucania ke Via Appia dari Bruttium. Hanno melakukan penghasutan terhadap kota-kota selatan Magna Graecia sesuai yang diperintahkan untuk melawan Roma sekaligus merekrut tentara baru. Kemudian Hannibal menginstruksikan Hanno agar bergabung dengan dirinya untuk memperkuat pasukannya dan menyarankan Hanno untuk bergerak ke Campania melalui Beneventum.

Konsul Romawi Fabius memerintahkan seorang pretor, Gracchus untuk bergerak dari Lucercia, tempat ia menghabiskan masa musim dingin, untuk menuju ke Beneventum.[2] Tahun berikutnya ketika putra Fabius yang bernama Q. Fabius Maximus menjadi konsul, ia memimpin pasukan terpisah dan diperintahkan untuk menguasai Lucercia.[2] Fabius memerintahkan Gracchus ke Beneventum untuk mengepung Hannibal di Campania, ketika ia gagal untuk melakukan hal ini sebelumnya pada 215 SM dan dalam bayangan pikirannya, mencegah bala bantuan untuk mencapai dirinya. Tidak ada bukti bahwa Fabius mengetahui bahwa bala bantuan sedang dalam perjalanan.[2]

Pendahuluan

Hanno dan Gracchus mencapai kota pada waktu yang hampir bersamaan, tetapi Gracchus merasa bahwa ia benar-benar memiliki kota tersebut karena terdapat garnisun Romawi di sekelilingnya.[2] Ia mendirikan kamp yang berjarak sekitar 1,6 km di luar kota, sementara Hanno mendirikan kamp kira-kira 4,8 km dari kota.[2] Pada masa ini Gracchus menerima izin dari senat Romawi untuk menjanjikan dua legiun yang terdiri dari para budak belian yang bila dapat memenangkan pertempuran dengan membawa kepala musuhnya, maka budak tersebut akan dimerdekakan.[3]

Kemudian pada hari berikutnya, para tentara berbaris sesuai dengan komando barisan untuk siap bertempur. Kedua belah pihak menyusun kekuatan masing-masing pada hari tersebut. Hanno dengan pasukan sayap kanan dan setengah kavalerinya dibariskan di sungai Calor, kemudian di sebelah barisan ini, terdapat barisan infanteri, lalu di sebelah kirinya lagi, di tempatkan sebagian dari pasukan kavaleri yang tidak terlindungi oleh fitur topografi.

Garis pasukan Romawi lebih panjang dari garis pasukan Kartago. Di sebelah kiri barisan Romawi juga diatur sama, kecuali bahwa pasukan kavaleri Romawi ditempatkan di sebelah kiri. Umumnya, pasukan kavaleri Romawi lebih sedikit secara jumlah daripada pasukan kavaleri sekutu. Di sebelah kanan kavaleri Romawi adalah tentara legiun. Secara umum, tentara Romawi terdiri dari empat legiun, dua legiun Romawi "sungguhan" (dalam arti bahwa mereka adalah benar-benar orang Romawi) sehingga berada di bagian dalam garis Romawi dan dua legiun sekutu yang biasanya ditempatkan di sebelah kiri dan kanan masing-masing legiun Romawi tersebut. Namun, dalam pertempuran ini, tidak dijelaskan mengenai adanya legiun sekutu. Juga tidak ditentukan di mana legiun Romawi yang "sungguhan" dan legiun yang berisi pasukan budak ditempatkan pada masing-masing barisan. Mayoritas kavaleri Romawi ditempatkan di sebelah kanan infanteri.

Pertempuran

Pertempuran berikutnya adalah konfrontasi berdarah-darah. Pengumuman Gracchus mengenai kemerdekaan budak sebelumnya, hampir menjadi kekalahan Romawi. Karena para pasukan yang terdiri dari budak, tidak hanya berhenti untuk memenggal kepala musuhnya, tetapi mereka juga membawanya di sekitar medan pertempuran, sehingga hal ini menjadi hambatan bagi pasukan lainnya.[4] Menyadari hal tersebut, Gracchus menyatakan bahwa tidak ada orang yang dibebaskan, kecuali musuh benar-benar dikalahkan.

Sementara pertempuran berlangsung, Gracchus memerintahkan pasukan kavalerinya untuk menyerang sisi Hanno, ke tempat di mana kavaleri Numidian ditempatkan. Kavaleri Numidian bertempur dengan terampil melawan pasukan kavaleri Romawi tersebut dan untuk beberapa waktu, pertempuran di bagian sayap tersebut diragukan.[4] Namun, Gracchus kembali mengirimkan pesan melalui para pengawalnya yang masuk ke dalam barisan legiun pasukan budak, untuk memberitahukan bahwa mereka tidak akan memenangkan kebebasan mereka, kecuali musuh dengan cepat dikalahkan. Karena termotivasi atas pesan tersebut, legiun budak membuat satu dorongan putus asa dalam gebrakan terakhir dan memaksa tentara Kartago mundur kembali ke kamp mereka di mana mereka dengan cepat diikuti oleh legiun itu sendiri. Setibanya di kamp, orang-orang Kartago mendapati bahwa beberapa tahanan Romawi mereka telah mempersenjatai diri mereka masing-masing. Situasi Kartago benar-benar terkepung dan bala bantuan Kartago hancur total.[4]

Akibat

Gencarnya serangan berikutnya mengakibatkan kehancuran total pasukan Hanno dan perebutan kampnya, sekitar kurang dari 2.000 anggota pasukannya lari untuk menyelamatkan diri, termasuk Hanno.[4] 2.000 orang Romawi juga tewas dalam pertempuran tersebut.[4] Meskipun Gracchus memproklamirkan kebebasan prajuritnya karena memenangkan pertempuran, terdapat sekitar 4.000 pasukan yang tidak disukainya. Sebagai akibatnya, ia memerintahkan agar mereka yang tidak disukai, makan malam dengan berdiri, bukannya duduk, selama sisa masa tugas mereka di legiun. Di legiun, makan pagi dilakukan dengan berdiri, tetapi makan malam dilakukan dengan duduk. Tindakan disiplin seperti ini dimaksudkan untuk mempermalukan pasukan tersebut karena dianggap kurang berani dalam menghadapi musuh selama pertempuran.[4]

Setelah pertempuran usai, Gracchus melanjutkan pergerakannya ke Lucania untuk mencegah Hanno mengumpulkan pasukan lain di daerah ini dan menggunakannya untuk memperkuat kedudukan pasukan Hannibal. Gracchus akhirnya mampu mendorong Hanno ke Bruttium berkat kemenangannya di luar Beneventum.[5]

Terkecoh dari harapan dan kesempatan akan mendapatkan bala bantuan yang sangat dibutuhkan, Hannibal terpaksa menerima kenyataan bahwa ia tidak akan dapat melakukan kampanye yang sukses di Campania.[5]

Referensi

  1. ^ Titus Livius, "14-16", Ab Urbe Condita Libri, Book XIV 
  2. ^ a b c d e Dodge 1891, hlm. 434.
  3. ^ Dodge 1891, hlm. 435.
  4. ^ a b c d e f Dodge 1891, hlm. 436.
  5. ^ a b Dodge 1891, hlm. 437.

Pustaka

  • Theodore Ayrault Dodge (1891). Hannibal: A History of the Art of War Among the Carthaginians and Romans Down to the Battle of Pydna, 168 B.C., with a Detailed Account of the Second Punic War... (dalam bahasa Inggris). Vol. 1. Houghton Mifflin. 

Pranala luar


Kembali kehalaman sebelumnya