1 kapal patroli tenggelam 6 awak kru gugur 18 luka-luka
1 kapal patroli rusak parah 13 awak kru gugur 25 luka-luka
Pertempuran Yeongpyeong (Pertempuran Kedua Yeongpyeong, Bahasa Korea: 제2 연평해전) merupakan konfrontasi laut antara kapal patroli milik Korea Utara dan Korea Selatan di sepanjang garis batas sengketa maritim dekat dengan Pulau Yeonpyeong di Laut Kuning pada tahun 2002. Rangkaian peristiwa ini hampir sama dengan konfrontasi yang terjadi pada tahun 1999. Dua kapal patroli Korea Utara melintasi garis batas sengketa dan melakukan kontak senjata dengan dua kapal patroli Korea Selatan kelas Chamsuri. Pihak Korea Utara mundur kembali sebelum bala bantuan Korea Selatan datang membantu.
J: Garis Batas Utara yang dibuat oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, 1953 [2]
B: Korea Utara mendeklarasikan "Inter-Korean MDL", 1999 Lokasi pulau-pulau tertentu tercermin dalam konfigurasi setiap batas laut, termasuk: 1 – Pulau Yeonpyeong 2 – Pulau Baengyeong 3 – Pulau Daecheong
Garis Batas Utara merupakan pedoman yang dipegang oleh Korea Selatan sebagai garis batas demarkasi maritim yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara, dimana Korea Utara menolak dan menyatakan bahwa batasan seharusnya lebih jauh ke selatan. Kapal nelayan Korea Utara sering kali menghampiri wilayah tersebut dan diusir kembali oleh kapal patroli Korea Selatan. Terkadang satu buah kapal patroli Korea Utara berusaha menunjukkan kehadirannya sebagai bentuk klaim wilayah selatan dengan melintasi garis batas. Pada tahun 2002, salah satu insiden berubah menjadi pertempuran laut di sepanjang garis batas.
Kontak peristiwa
Pada tanggal 29 Juni 2002, di tengah suasana ajang pertandingan Piala Dunia FIFA 2002 yang wberlangsung di Korea Selatan, satu buah kapal patroli Korea Utara melewati garis batas utara dan telah diperingatkan untuk memutar arah kembali. Tak lama berselang, kapal patroli kedua Korea Utara melewati garis batas utara dan telah diperingatkan juga untuk memutar arah dan kembali ke dalam garis batas yang telah ditentukan. Kapal patroli Korea Utara mulai mengancam dan mengintimidasi kapal-kapal Korea Selatan yang mengikuti laju mereka.[3][4]
Kurang lebih 4.8 km (3 miles) selatan dari garis batas, kedua kapal Korea Utara melakukan penyerangan terhadap dua kapal patroli medium (PKM: Patrol Killer Medium) Korea Selatan yang telah mengikuti pergerakan mereka. Pada pukul 10.25, kapal Korea Utara pertama yang melewati garis batas mengeluarkan tembakan dengan meriam 85 mm dan tepat mengenai ruang kemudi PKM-357 yang menelan beberapa korban jiwa.[3]
Kedua belah pihak pun akhirnya larut dalam kontak senjata. Dimana Korea Selatan menghempaskan tembakan dari meriam 40 mm dan 20 mm kepada Korea Utara yang memiliki RPG, meriam 85 mm dan 35 mm. Sepuluh menit kemudian, dua buah PKM dan dua buah korvet turut datang sebagai bala bantuan dan berhasil mengenai salah satu kapal Korea Utara dengan kerusakan yang cukup signifikan. Dengan situasi yang sedemikian rupa, kalah dalam jumlah dan korban mulai berjatuhan, kedua kapal patroli Korea Utara pun mundur kembali ke dalam garis batas pada pukul 10.59.[3]
Alhasil
Beberapa anggota dinas militer terkait dari Korea Selatan dan Amerika Serikat membahas aksi tenggelamnya kapal patroli PKM 357 yang telah menjadi museum kapal di Pangkalan Angkatan Laut Pyeongtaek.
Kedua belah pihak baik dari Korea Utara maupun Korea Selatan sama-sama mengalami korban jiwa dari insiden kontak senjata ini. Tiga belas jiwa awak kru meninggal dunia dan 25 lainnya terluka dari pihak Korea Utara. Sedangkan pada pihak Korea Selatan terdapat enam awak kru meninggal dunia, dimana empat diantaranya gugur dalam pertempuran, satu dinyatakan wafat akibat luka yang diderita setelah 83 hari lamanya, dan satu lainnya ditemukan gugur di perairan seusai pertempuran berlangsung. Nama-nama awak kru tersebut ialah Letnan Komodor Yoon Yeong-ha, Jo Cheon-hyung, Seo Hu-won, Hwang Do-hyeon, Park Dong-hyeok, dan Han Sang-guk. Delapan belas kru lain ikut mengalami luka-luka.
PKM-357 yang mengalami kerusakan, tenggelam ketika diderek. Sementara itu kapal Korea Utara dengan kondisi yang sama berhasil mencapai kembali ke pelabuhan. Kedua belah pihak saling menyalahkan satu sama lain dan Korea Selatan meminta pernyataan minta maaf dari Korea Utara.[5][6]
Berdasarkan pernyataan oleh seorang pembelot Korea Utara pada tahun 2012, para awak kru kapal patroli Korea Utara yang terlibat dalam insiden ini mengalami luka akibat dari pecahan fragmen material peluru "Devastator" milik Korea Selatan. Mereka yang mengalami luka-luka dikabarkan menjalani karantina di sebuah rumah sakit di Pyongyang untuk menutupi informasi lebih lanjut mengenai korban jiwa/luka dalam pertempuran.[7]
PKM-357 sekarang merupakan sebuah museum kapal yang terletak di Pangkalan Angkatan Laut Pyeongtaek, dekat dengan museum kapal lainnya yaitu ROKS Cheonan.