Sebelum adanya kebijakan ini, Komisi Eropa telah mengajukan kebijakan lain dalam rangka untuk mendorong Strategi Energi yang dicanangkan oleh Uni Eropa, yakni Fit for 55.[4] Strategi energi Uni Eropa sendiri dapat didefinisikan sebagai serangkaian kebijakan yang berasal dari Komisi Eropa, Dewan Eropa, dan Parlemen Eropa untuk negara-negara anggota Uni Eropa untuk melakukan penghematan energi, pengalihan ke energi terbarukan, pelestarian lingkungan, dan keamanan pasokan listrik.[7] Dengan adanya sejumlah pertimbangan yang ada (lihat di bawah), Komisi Eropa kemudian mengusulkan revisi kebijakan Fit For 55, yakni REPowerEU. Target dalam kebijakan tersebut dikatakan "lebih ambisius" dibandingkan dengan kebijakan Fit for 55.[4]
Kebutuhan gas alam
Jalur pipa gas utama dari Rusia (merah jambu) ke wilayah Uni Eropa (hijau)
Wilayah Eropa, dan khususnya Jerman, telah mengandalkan ekspor gas Rusia untuk memenuhi pasokan dan kebutuhan energinya. Rusia sendiri diperkirakan memiliki cadangan gas alam yang diperkirakan sebagai yang terbesar di dunia, yakni sebesar 32% dari seluruh cadangan gas alam.[8] Peningkatan secara signifikan terhadap kebutuhan negara-negara Eropa terhadap energi gas (yang sebagian besar berasal dari Rusia) dalam beberapa tahun terakhir.[9] Sebagai contoh, dalam kurun waktu satu dekade terakhir, terjadi peningkatan jumlah ketergantungan gas alam untuk Uni Eropa[cat. 3] dari 25% pada 2009 hingga menjadi 32% dari keseluruhan kebutuhan Uni Eropa seminggu sebelum invansi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022.[10] Disisi lain, sekitar 45% dari anggaran dana yang diterima oleh Rusia pada bulan Januari2022 berasal dari ekspor gas dan minyak bumi ke wilayah sekitar, seperti Uni Eropa, Republik Rakyat Tiongkok, negara-negara pecahan Uni Soviet, dan juga negara-negara Blok timur.[10]
Pada 18 Mei 2022, Komisi Eropa mengeluarkan paket dokumen lanjutan mengenai rincian dokumen 8 Maret. Berdasarkan pada dokumen tersebut, kebijakan REPowerEU juga akan fokus pada rancangan jangka panjang, seperti penggunaan gas biometana dan hidrogen, untuk mendorong produksi gas terbarukan secara signifikan dan mempercepat pengalihan ke energi terbarukan pada 2030.[2]
Kebijakan REPowerEU akan membatasi penggunaan energi harian ataupun meningkatkan harga energi listrik bagi perusahaan-perusahaan ataupun perumahan dengan penggunaan energi listrik berlebih. Sementara untuk target penghematan, kebijakan ini akan menggunakan target "Fit for 55" yakni sebesar 30% pada 2030.[2]
Komisi Eropa mengusulkan untuk meningkatkan target energi terbarukan dalam "Arahan Energi Terbarukan" (bahasa Inggris: Renewable Energy Directive) menjadi 45% pada tahun 2030, lebih dari proposal tahun lalu, yakni 40%. Hal tersebut akan membawa total kapasitas penghasilan energi terbarukan meningkat menjadi 1.236 Gigawatt pada tahun 2030, dibandingkan dengan targer "Fit for 55" yang hanya sebesar 1.067 Gigawatt.
Pembangunan pembangkit listrik tenaga angin, baik di lepas pantai maupun di darat yang ditargetkan akan mencapai > 7,5 - 12 GWh per km² untuk pembangkit di darat dan > 200 - 431 TWh untuk pembangkit lepas pantai.
Pada 8 Maret 2022, Komisi Eropa mempublikasikan rancangan kebijakan yang dinamai sebagai "Joint European Action for more affordable, secure and sustainable energy" (bahasa Indonesia: Aksi Eropa untuk energi yang lebih terjangkau, aman, dan berkelanjutan), atau yang juga dikenal sebagai "REPowerEU".[2] Kemudian pada 18 Mei 2022, Komisi Eropa mengusulkan REPowerEU, yakni rancangan kebijakan yang tujuan utamanya adalah untuk mengurangi ketergantungan Uni Eropa terhadap minyak dan gas Rusia, serta mempercepat dan memperbesar penggunaan energi terbarukan.[1] Berdasarkan dengan kebijakan tersebut, Komisi Eropa membentuk "Gugus Tugas Bidang Energi UE" (bahasa Inggris: EU Energy Platform Task Force) pada 25 Mei 2022 untuk mengawasi jalannya kebijakan tersebut.[21] Rancangan ini kemudian menerima persetujuan penuh dari Parlemen Eropa dan Dewan Uni Eropa pada 14 Desember 2022. Pengesahan tersebut juga memulai penerapan kebijakan REPowerEU negara-negara yang menjadi anggota Uni Eropa.[22]
Tanggapan
Setelah rancangan REPowerEU yang diajukan oleh Komisi Eropa dipublikasikan ke khalayak ramai, proposal tersebut mendapatkan dukungan baik dari masyarakat Uni Eropa maupun organisasi yang bergerak pada bidang pelestarian lingkungan, penggalakkan energi terbarukan (seperti Renewable Grid Iniative,[6]Climate Action Taker,[14] dan sebagainya). Rancangan tersebut dianggap dapat mengurangi emisi gas, mencegah perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan Uni Eropa terhadap pasokan gas Rusia.[15][cat. 6] Selain itu, dengan adanya beberapa pengurangan atau bahkan pemutusan pasokan gas dari Rusia pada beberapa pipa gas (seperti Nord Stream 1)[1] yang mengalir di Eropa yang menyebabkan wilayah Eropa kekurangan energi listrik dan juga gas membuat rancangan ini dianggap sebagai sebuah "solusi yang tepat terhadap masalah tersebut" [sic].[2]
^José M. Marín Quemada. (mei 2008). "Política energética de la UE: El debate entre la timidez y el atrevimiento" (dalam bahasa Spanyol). Economía de la energía.: 842.Periksa nilai tanggal di: |date= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)