Raditya Dika
Raditya Dika Angkasaputra Moerwani Nasution dikenal sebagai Raditya Dika (lahir 28 Desember 1984[4]) adalah seorang penulis, komedian, sutradara, aktor, dan personalia YouTube Indonesia berdarah Batak.[5] KaryaKarya pertama yang mengangkat namanya adalah buku berjudul Kambing Jantan: Sebuah Catatan Harian Pelajar Bodoh (2005).[6] Buku ini menceritakan kehidupan Radit ketika masih berkuliah di Adelaide, Australia .[7] Cerita yang dibawakan Radit adalah kisah-kisahnya sebagai pelajar Indonesia yang berkuliah di luar negeri.[7] Buku ini ditampilkan dalam format diary (buku harian).[7] Seluruh cerita dalam karyanya tersebut berasal dari blog pribadi terdahulu milik Radit, www.kambingjantan.com, yang sekarang menjadi www.radityadika.com.[5] Buku pertamanya tersebut masuk kategori best seller.[4] Tulisan pria yang akrab disebut Radit ini bisa digolongkan sebagai genre baru.[7] Kala ia merilis buku pertamanya tersebut, memang belum banyak yang masuk ke dunia tulisan komedi.[4] Apalagi bergaya diari pribadi (personal essay). Buku keduanya berjudul Cinta Brontosaurus, diterbitkan pada tahun 2006.[8] Hampir sama dengan buku sebelumnya, cerita-cerita dalam buku ini berasal dari kisah keseharian Radit.[8] Namun, buku kedua ini menggunakan format cerita pendek (cerpen) yang bercerita mengenai pengalaman cinta Radit yang sepertinya tidak selalu beruntung.[8] Isi dari buku ini meliputi kisah dari sewaktu Radit mengirim surat cinta pertama ke teman saat SD, hingga pengalaman Radit memerhatikan kucing Persia-nya yang jatuh cinta dengan kucing kampung tetangganya.[8] Buku ketiganya yang berjudul Radikus Makankakus: Bukan Binatang Biasa terbit pada tanggal 29 Agustus 2007.[9] Buku ketiga ini mengisahkan Radit yang pernah menjadi badut Monas dalam sehari, mengajar bimbingan belajar, lalu saat Radit dikira hantu penunggu WC, sampai cerita mengenai kutukan orang NTB.[9] Sementara, buku keempatnya berjudul Babi Ngesot: Datang Tak Diundang Pulang Tak Berkutang terbit pada bulan April 2008.[4] Ia juga bermain dalam film yang diangkat dari pengalaman hidupnya, Kambing Jantan: The Movie.[10] Pada pertengahan bulan November 2009, melalui situs resminya, Radit mengumumkan bahwa buku kelimanya yang berjudul Marmut Merah Jambu akan segera terbit dengan jadwal edar sementara pada bulan Desember 2009.[4] Namun pada pertengahan bulan Desember silam, Radit kembali lewat situs resminya menyatakan bahwa buku kelimanya tersebut masih mengalami sedikit perubahan dan juga penambahan cerita pada beberapa bagian, sehingga kemungkinan besar penerbitan buku tersebut akan mundur beberapa waktu.[4] Melalui situs resmi pribadinya pada bulan Oktober 2011 ini Raditya Dika juga mengumumkan bahwa bukunya yang berjudul Manusia Setengah Salmon akan segera terbit tanggal 24 Desember 2011. Di situs itu Raditya Dika membuat countdown pada blognya agar para penggemarnya ingat tanggal terbit buku Manusia Setengah Salmon.[11] Adapun pada tahun 2015, Koala Kumal menyusul dengan kisah 'patah hati terberat' yang sempat dia alami.[12] KarierRadit mengawali keinginan untuk membukukan catatan hariannya di blog pribadinya saat ia memenangi Indonesian Blog Award.[13] Radit juga pernah meraih Penghargaan bertajuk The Online Inspiring Award 2009 dari Indosat.[13] Dari pengalaman itu, ia mencetak tulisan-tulisannya di blog kemudian ia menawarkannya ke beberapa penerbit untuk dicetak sebagai buku. Awalnya banyak yang menolak, tetapi kemudian ketika ia ke Gagasmedia, sebuah penerbit buku, naskah itu diterima, meski harus presentasi dahulu.[5] Radit sukses menjadi penulis dengan keluar dari arus utama (mainstream).[14] Ia tampil dengan genre baru yang segar.[4] Yang membuat ia berbeda dari penulis lain adalah ide nama binatang yang selalu ia pakai dalam setiap bukunya. Dari buku pertama hingga terbaru, semua judulnya mengandung nama binatang.[14] Bagi Radit, ini adalah selling point-nya.[15] Menurutnya, sebagai penulis tetap harus memiliki inovasi.[15] Sebenarnya, pada bulan-bulan pertama, buku pertamanya tidak terlalu laku.[15] Ini, menurut Radit, adalah risiko masuk dalam genre baru.[4] Radit kemudian gencar berpromosi di blog yang ia kelola.[5] Selain itu ia juga gencar promosi dari mulut ke mulut (word of mouth).[4] Radit meminta pembacanya untuk berfoto dengan buku pertamanya itu kemudian dikirim ke Radit.[15] Jadilah ini sebuah strategi pemasaran yang bisa mengelola pembaca sebagai target pasarnya.[4] Menurut Radit, dalam menulis, tidak serta-merta setelah buku terbit, urusan selesai. Kemudian, pemasaran diserahkan kepada penerbit. Sebaliknya, penulis seharusnya juga menjadi pemasar bagi bukunya sendiri karena sebenarnya penulis juga seniman.[15] Penulis yang kreatif akan menjadikan bukunya sebagai produk yang baginya harus bisa laku di pasaran.[15] Meskipun pada dasarnya buku adalah bukan barang komersial, tetapi memandang buku sebagai sebuah produk berilmu yang perlu dipasarkan adalah sebuah hal yang perlu dilakukan saat ini.[4] Menjadi penulis sukses bukan berarti tidak ada hambatan.[4] Menurut Radit, hambatan bukan hanya dari industri buku, melainkan juga dari hal-hal yang sifatnya diagonal.[15] Artinya, lawan dari industri buku bisa jadi bukan industri buku lain tetapi industri lain yang sebenarnya tidak berhubungan sama sekali seperti hiburan (entertainment), makanan, dan lain-lain.[4] Sebagai contoh, bila ada anak muda memiliki uang 50.000 rupiah, belum tentu ia akan membelanjakannya untuk buku.[8] Bisa jadi uang itu digunakan untuk menonton film di bioskop atau membeli makanan cepat saji.[8] Dan yang jelas, buku bukan pilihan utama.[4] Bagi Radit hal ini memang sudah lazim. Yang perlu dilakukan adalah terus berkreasi dan bertindak kreatif. Baginya, kompetisi yang ada adalah kunci untuk berinovasi. Tekanan kompetitor bisa menjadi motivasi untuk terus memberikan ide-ide baru dan menggali kemampuan.[16] Pada 2009, Kambing Jantan diangkat ke layar lebar. Cerita Radit mampu menggelitik Rudi Soedjarwo untuk mengangkat karyanya tersebut menjadi sebuah film. Tak hanya itu, Kambing Jantan juga sempat hadir dalam versi komik.[12] Dalam proyek ini, Radit menggandeng Adriano Rudiman sebagai ilustrator komiknya. Sejak 2013, beberapa buku Radit yang lainnya turut diangkat ke layar lebar. Bahkan beberapa film dia garap sendiri, seperti film Hangout yang rilis di tahun 2016. Film tersebut mampu meraih jumlah penonton terbanyak hingga 2,6 juta penonton.[12] Lalu, film The Guys yang tayang pada April 2017 yang menjadi film terakhir Radit sebelum vakum dari dunia film.[12] Tak hanya menjadi sutradara, Radit juga dikenal sebagai seorang komika. Dia disebut sebagai sosok senior dalam ranah 'komedi tunggal' tersebut. Bahkan, Radit telah dipercaya menjadi juri Stand Up Comedy Indonesia, sebuah ajang pencarian bakat komika terbesar di Indonesia. Berkat adanya Raditya Dika, komedi tunggal Indonesia tidak lagi kuno. Ia memiliki prinsip bahwa komedi adalah sebagian dari hidupnya, karena komedi bisa membawa kariernya ke jenjang yang lebih baik.[17] Radit saat ini meneruskan studinya di Jurusan Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia. Selain itu, kini ia berkarier di penerbit buku Bukune, Radit bertindak sebagai direktur serta pemimpin redaksi. Tepat pada hari ulang tahunnya Radit merayakannya bersama ratusan penggemarnya RDL (Raditya Dika Lovers) di Taman Mini Indonesia Indah.[4] Kehidupan PribadiRaditya menikah dengan Anissa Aziza pada 5 Mei 2018. Mereka dikaruniai dua orang anak, yaitu Alinea Ava Nasution dan Aksara Asa Nasution. Pendidikan
BibliografiNovel
Novel Grafis
Komik
Peran non-aktingFilm
Serial televisi
Serial web
Acara televisi
Peran aktingFilm
Serial televisi
Serial web
Penghargaan dan Nominasi
Referensi
Pranala luarWikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Raditya Dika.
|