S-75 Dvina
S-75 (kode NATO: SA-2 Guideline) adalah sebuah sistem peluru kendali darat ke udara yang dibuat oleh Uni Soviet. Sejak pemakaian pertamanya pada tahun 1957, peluru kendali ini telah menjadi rudal permukaan-ke-udara yang paling banyak digunakan dan didistribusikan dalam sejarah. Contohnya Vietnam Utara menggunakan rudal S-75 selama Perang Vietnam untuk mempertahankan Hanoi dan Haiphong. S-75 juga diproduksi di Republik Rakyat Tiongkok dengan nama rudal HQ-1 dan HQ-2. Beberapa negara lain telah memproduksi versi gabungan rudal S-75 sehingga sangat sulit untuk menemukan versi asli rudal S-75 pada hari ini. Sistem S-75 mulai mendapatkan reputasi internasionalnya dalam Insiden U-2 1960, ketika sebuah baterai S-75 menembak jatuh sebuah U-2 yang dipiloti oleh Francis Gary Powers yang terbang melintasi wilayah udara Uni Soviet pada tanggal 1 Mei 1960.[1] Sementara itu, korban pertama dari S-75 adalah sebuah Martin RB-57D Canberra milik Taiwan yang terbang di atas Tiongkok pada 7 Oktober 1959 pada ketinggian 20 km. Namun, keberhasilan itu dikaburkan dengan cara mengeklaim penembakjatuhan itu adalah keberhasilan pesawat AU Tiongkok. Hal ini dilakukan untuk menjaga kerahaasiaan program S-75.[1] SejarahProgram S-75 bermula dari kajian Angkatan Bersenjata Uni Soviet terhadap sistem rudal S-25, sistem pertahanan udara yang menjaga Moskwa pada tahun 1950-an. Mereka menilai bahwa sistem S-25 yang bersifat statis memiliki banyak kelemahan sehingga merasa harus mengembangkan sistem rudal pertahanan udara yang lebih mudah berpindah-pindah. Pertama-tama, sistem rudal pertahanan udara statis tidak dapat memberikan kawalan terhadap pasukan darat dalam medan tempur yang berubah secara dinamis. Kedua, kemampuan berpindah atau bergerak membuka sejumlah taktik baru seperti pemindahan untuk menghindari serangan musuh dan pelaksanaan serangan kejutan dari tempat yang tidak terduga. Selanjutnya, biaya konstruksi sistem bergerak dinilai lebih murah dari sistem statis karena tidak membutuhkan pembangunan tempat tinggal permanen untuk para operator sistem rudal.[2] Di sisi lain, pada tahun 1950-an Amerika Serikat juga mulai mengembangkan pesawat pengebom strategis jarak jauh pembawa bom nuklir. Salah satu contohnya adalah Boeing B-47 Stratojet yang mulai beroperasi pada bulan Juni 1951, memiliki jangkauan untuk menyerang wilayah Uni Soviet dengan dukungan pengisian bahan bakar di udara. Stratojet diikuti oleh program Boeing B-52 Stratofortess, pengebom yang lebih besar dan mumpuni dari Stratojet. Pesawat pengebom lain seperti Avro Vulcan, Vickers Valiant, dan Handley Page Victor milik Britania juga menjadi ancaman serius bagi Uni Soviet pada kala itu. Pada tanggal 20 November 1953, diterbitkan Dekrit Dewan Kementerian Uni Soviet No. 2838-1201 tentang Pembuatan Sistem Senjata Peluru Kendali Antipesawat Bergerak untuk Melawan Aviasi Musuh yang menetapkan pembuatan sebuah kompleks yang dirancang untuk menghancurkan target dengan kecepatan hingga 1.500 km/jam pada ketinggian hingga 20 km. Massa peluru kendali tersebut diminta tidak melebihi dua ton.[2] Biro desain KB-1 dari Kementerian Pembangunan Permesinan ditunjuk sebagai pengembang utama dari kompleks baru ini, dipimpin oleh A. A. Raspletin pada tahun 1953. Organisasi ini bekerja pada pembuatan perlengkapan rudal, penerima kendali komando, transponder, antena, autopilot, gir pengendali, dan stasiun pemandu rudal. Sementara itu di saat yang bersamaan, Biro KB-2 yang dipimpin Pyotr D. Grushin bertugas mengembangkan rudalnya, dengan tujuan menembak jatuh pesawat berukuran besar, tidak bermanuver, dan terbang tinggi. Publik Soviet mulai mengetahui keberadaan sistem S-75 ketika sistem tersebut dipamerkan dalam Parade Hari Kemenangan tahun 1957 di Moskwa.
OperatorOperator saat ini
Eks operator
Referensi
Wikimedia Commons memiliki media mengenai S-75. Wikimedia Commons memiliki media mengenai S-75 Dvina. |