Saint-Maur-des-Fossés
Saint-Maur-des-Fossés merupakan sebuah komune Francilienne di Val-de-Marne, terletak 11.7 km (7.3 mil) dari pusat kota Paris, Prancis. BiaraSaint-Maur-des-Fossés memperoleh namanya dari sebuah biara yang didirikan tahun 638 oleh Ratu Nanthild, wali dari anaknya Clovis II, di tempat bernama Fossati dalam Latin Pertengahan, Les Fossés dalam Prancis modern]], berarti "parit". Tempat ini, terletak di pintu masuk sempit sungai di mana Sungai Marne mengitari tanah berbatu,[1] diberi nama setelah parit oppidum Celtic dan kemudian castrum Romawi; situs ini dikenal dalam catatan pertengahan sebagai Castrum Bagaudarum, pada waktu ketika Bagaudae membuat reputasi sebagai penjaga umat Kristen dari siksaan Romawi. Pondasi besar, tereltak jauh dari perbatasan Romawi, diberikan oleh C. Jullian[2] kepada sebuah tempat ibadah atau villa. Pada masa Merovingian, villa Galia-Romawi dalam fisik kerajaan disumbangkan sebagai situs biara dibawah pengawasan kerajaan. Biara ini, ditujukan pada Saint Peter, Saint Paul dan Perawan Maria, disebut Sanctus Petrus Fossatensis dalam Latin Pertengahan (Saint Pierre des Fossés dalam bahasa Prancis), berarti "Saint Peter dari Wilayah Berparit". Tahun 868, Raja Charles si Botak mengundang biarawan dari Biara Saint-Maur de Glanfeuil (di Le Thoureil, Maine-et-Loire, Prancis barat), yang meninggalkan biaranya setelah serangan Viking, untuk pindah ke Saint Pierre des Fossés dengan relik Saint Maurus. Kemudian pada Abad Pertengahan, relik Saint Maurus menjadi sangat terkenal karena dapat mengobati encok dan epilepsi, dan Saint Pierre des Fossés menjadi salah satu pusat ibadah terkenal di Prancis pertengahan. Rededikasi Saint Maurus, di mana biara ini dinamai Saint-Maur-des-Fossés ("Saint Maurus dari Wilayah Berparit"), ditetapkan oleh cerita selama kekeringan tahun 1137, ibadah kepada Perawan dan Saint Peter dan Paul menjadi tidak lagi berguna, ibadah kepada Saint Maur membawa hujan.[3] Château de Saint-MaurBiara ini disekulerisasikan tahun 1535, dan pada 1541, untuk Kardinal Jean du Bellay, uskup Paris, arsitek Philibert Delorme merancang sebuah château di tempat itu, dalam empat bangunan mengitari bangunan tengah. Catherine de' Medici adalah pengunjung paling rajin, menamainya sebagai château de Vincennes; tahun 1563 ia menyebutnya "château du Bellay", dan membangunnya kembali. Tanggal 23 September 1568, anaknya, Raja Charles IX, mengeluarkan Perintah Saint-Maur, yang melarang semua agama kecuali Katolik. Membawa ketidaktoleransi agama yang besar di Paris dan mengawali Pembantaian Hari St. Bartholomew 1572. Proyek bangunan di tempat itu dihentikan setelah kematian Catherine (1589); château dijual pada keluarga Condé dan selesai, dengan parterre lanjutan di akhir abad ke-17. Château de Saint-Maur, masih dalam kepemilikan Condé, dinasionalisasikan selama Revolusi Prancis, mengosongkan isinya, dan tanahnya dibagi antara pengusaha real-estat. Strukturnya dirubuhkan untuk nilai material; dan tidak ada yang tersisa. DesaPemukiman kecil yang berdiri di sekitar biara, dikenal sebagai Saint-Maur-des-Fossés, membangun sebuah pasar selama abad ke-13.[1] Teritorinya saat ini juga meliputi bekas desa terpisah, La Varenne-Saint-Hilaire, di luar perimeter cagar Saint-Hilaire, bagian dari domain biara. Tahun 1791, bagian dari teritori Saint-Maur-des-Fossés dipisahkan dan menjadi komune La Branche-du-Pont-de-Saint-Maur, kemudian bernama Joinville-le-Pont. Setelah biara itu ditinggalkan, gerejanya menyediakan material bangunan di kota itu. Selama Revolusi Prancis, Saint-Maur-des-Fossés untuk sementara bernama Vivant-sur-Marne (berarti "Damai di tepi Marne") dalam penolakan agama. Setelah Revolusi, nama resmi komune hanya Saint-Maur; pada 1897 "des-Fossés" ditambahkan ke dalam nama, mungkin untuk melestarikan nama bersejarahnya dan juga membedakan int-Maur-des-Fossés dari komune lain di Prancis yang juga bernama Saint-Maur. Tahun 1924, beberapa sisa biara dikoleksi di Musée du vieux Saint-Maur. Penduduk terkenalDi antara penulis yang menetap di Saint-Maur adalah: François Rabelais, La Rochefoucauld, Boileau, Madame de Sévigné, Madame de La Fayette, Victor Hugo, Alexandre Dumas, père dan pengarang ‘Quo Vadis’ Henryk Sienkiewicz. Presiden pertama Senegal setelah kemerdekaan, Léopold Sédar Senghor, belajar di lycée Marcellin Berthelot Saint-Maur dan ibu negara pertama Tunisia, Moufida Bourguiba, lahir di sini tahun 1890. Penyanyi Charles Trenet, yang ‘La Mer’-nya telah direkam 400 kali (terkenal sebagai ‘Beyond The Sea’ oleh Bobby Darin), merupakan penghuni lama: topi perunggu di kaki patung di Quai Winston Churchill ditujukan padanya. Bintang Prancis lainnya yang telah menetap di Saint-Maur adalah Vanessa Paradis, Françoise Hardy, Raymond Devos, Michel Jonasz, Jean-Pierre Danel, Eddy Mitchell, Khaled, Natalie Dessay, dan Marthe Mercadier. Tetapi, Jacques Tati di antara Saint-Mauriens yang memiliki pengaruh kuat. Pembuat film membuat "My Uncle" ("Mon Oncle") 1958, di Saint-Maur, menggunakan banyak warga lokal sebagai tambahan. Kemudian memenangkan film berbahasa asing terbaik Oscar. Di Place de la Pelouse berdiri patung perunggu Tati sebagai Monsieur Hulot yang berbicara pada seorang anak, dalam pose memegang poster film. GeografiSaint-Maur-des-Fossés hampir seluruhnya dikelilingi lingkaran Sungai Marne. DemografiImigrasi
AngkutanSaint-Maur-des-Fossés dilayani oleh empat stasiun pada RER jalur A Paris: Saint-Maur – Créteil, Le Parc de Saint-Maur, Champigny, dan La Varenne – Chennevières. Catatan kaki
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Saint-Maur-des-Fossés.
|