Stasiun Shinjuku (新宿駅code: ja is deprecated , Shinjuku-eki) adalah stasiun kereta api yang terletak di Shinjuku, Tokyo, Jepang yang dioperasikan oleh lima perusahaan besar kereta api, yakni JR East, Tokyo Metro, Toei Subway, Keio Corporation, dan Odakyu Electric Railway Company.
Stasiun ini berfungsi sebagai stasiun sentral lalu lintas kereta api antara kawasan bisnis Tokyo dengan daerah-daerah di sebelah baratnya. Stasiun Shinjuku digunakan kira-kira oleh 3,64 juta orang per hari pada tahun 2007 (apabila dihitung bersamaan dengan perusahaan kereta api swasta yang berbagi peron di Stasiun Shinjuku), membuatnya sebagai stasiun tersibuk di dunia berdasarkan banyaknya penumpang.
Stasiun Shinjuku mempunyai lebih dari 200 pintu keluar dan tercatat di Guinness World Records.
Jalur
Stasiun Shinjuku per 2022 dilayani oleh layanan berikut:
Catatan: Hanya Jalur Chūō Cepat Khusus yang mengawali layanannya dari Stasiun Shinjuku.
Sejarah
Stasiun Shinjuku dibuka pertama kali pada tahun 1885 sebagai salah satu pemberhentian di jalur lama Akabane-Shinagawa (sekarang menjadi bagian dari Jalur Yamanote). Shinjuku belum menjadi kota yang ramai pada saat itu dan stasiun tersebut pada awalnya tidak mendapati banyak peminat. Pembukaan Jalur Chūō (1889), Jalur Kei (1915) dan Jalur Odaky (1923) menyebabkan peningkatan lalu lintas dan penumpang kereta api di stasiun ini.
Kensaburo Kondo, seorang arsitek kota pemerintah Jepang saat itu (1933), merancang perombakan besar bangunan stasiun yang mencakup lapangan umum besar di sisi barat stasiun yang kemudian menjadi bagian dari Stasiun Shinjuku pada tahun 1941. Rencana Kondo juga menyerukan perluasan Jalur Tokyu Toyoko ke stasiun bawah tanah baru di sisi barat stasiun serta membangun jalur bawah tanah timur-barat yang akan dilayani oleh layanan Seibu dan layanan Tokyo Kosoku (pendahulu Tokyo Metro), sedangkan jalur Keio dan Odakyu akan menggunakan stasiun di sebelah barat stasiun milik JR. Rencana ini sempat ditangguhkan pada awal Perang Dunia II namun pengoperasian kereta bawah tanah akhirnya dimulai pada tahun 1959.[2]
Dalam sejarahnya, ada berbagai rencana untuk menghubungkan Stasiun Shinjuku ke jaringan Shinkansen yang tertuang pada Rencana Dasar Shinkansen 1973. Rencana Dasar tersebut menetapkan bahwa Stasiun Shinjuku harus menjadi ujung selatan (terminus) untuk jalur Jōetsu Shinkansen ke Niigata. Sementara pembangunan jalur Miya-Shinjuku tidak pernah dimulai dan jalur Jōetsu saat ini berakhir di Stasiun Tokyo.[3]
Statistik penumpang
Pada tahun fiskal 2013, stasiun ini digunakan oleh sekitar 751,018 penumpang setiap hari (hanya penumpang berangkat). Penumpang pada tahun-tahun sebelumnya ditunjukkan melalui data di bawah ini.
Department store Odakyu – di pintu keluar jalur Odakyu
Odakyu Mylord – di pintu ujung selatan concourse jalur Odakyu
Mal perbelanjaan Lumine 1 – di atas jalur Keio Line
Mal perbelanjaan Lumine 2 – di pintu keluar atas milik JR dan pintu keluar milik Lumine
Toserba Keio – di jalur atas Keio Line
Keio Mall – mal bawah tanah di barat daya jalur Keio Line
Odakyu Ace – mal bawah tanah di bawah terminal bus di pintu keluar barat.
Distrik bisnis dan perkantoran
Terminal Transportasi Antarmoda Shinjuku
Insiden
Pada tanggal 8 Agustus 1967, sebuah kereta barang yang membawa bahan bakar jet menuju pangkalan udara AS di Tachikawa dan Yokota bertabrakan dengan kereta barang lain. Tumbukan kedua kereta barang ini menyebabkan gerbong-gerbong terbakar di lintas Jalur Chūō. Insiden tersebut memicu kontroversi politik yang sedang berlangsung di Jepang mengenai Perang Vietnam.[15]
Pada 21 Oktober 1968, sebanyak 290.000 pengunjuk rasa berpartisipasi dalam Hari Anti-Perang Internasional yang mengambil alih stasiun Shinjuku dan memaksa kereta berhenti. Akibatnya, perjalanan kereta api terhambat dan stasiun tidak beroperasi sementara.[16]
Pada tanggal 5 Mei 1995, sekte sesatAum Shinrikyo mencoba melakukan tindakan terorisme melalui serangan gas kimia dengan menyalakan perangkat gas sianida di toilet di ruang bawah tanah. Hampir sebulan setelah serangan gas di kereta bawah tanah Tokyo yang menewaskan 13 orang, gas tersebut juga menyebabkan 6.252 orang menderita. Sekitar 50 orang terluka parah dan menyebabkan 984 kasus gangguan penglihatan sementara.[butuh rujukan]