Stasiun Tokyo
Stasiun Tokyo (東京駅 , Tōkyō-eki) adalah stasiun kereta api yang terletak di distrik perkantoran Marunouchi, Tokyo. Stasiun Tokyo merupakan titik awal dan titik akhir bagi kebanyakan shinkansen yang beroperasi di Jepang, dan juga merupakan stasiun penting untuk banyak jalur kereta api lokal dan kereta bawah tanah. Meskipun Stasiun Tokyo merupakan stasiun yang penting untuk jalur kereta api antar kota, tetapi stasiun ini merupakan yang kedua terbesar di Tokyo setelah Shinjuku, dan kemungkinan juga nomor dua di Jepang. Sementara stasiun kereta api tersibuk di Tokyo adalah Shinjuku dan Ikebukuro.
PosisiStasiun Tokyo termasuk stasiun kereta api yang strategis di Tokyo. Selain berada pada wilayah bisnis Marunouchi, stasiun ini juga dekat dengan Istana Kekaisaran Tokyo dan distrik komersial Ginza. Sampai sekarang Stasiun Tokyo tetap mempertahankan bangunan gaya lama dengan ciri khas batu bata merah. Secara keseluruhan, Stasiun Tokyo mempunyai 2 tingkat peron di atas tanah, dan 2 tingkat peron di bawah tanah. Peron untuk shinkansen dan kebanyakan jalur lokal terletak di atas tanah, sementara Jalur Keiyō yang menuju Disneyland Tokyo terletak 2 tingkat di bawah tanah. Jalur yang DilayaniJalur berikut ini melewati atau berujung di Stasiun Tokyo:
Tata letak stasiunPeron milik JR EastPeron Jalur Yokosuka/Sōbu
Peron Jalur Keiyo
Peron milik JR Central
Peron milik Tokyo Metro
Stasiun yang bersebelahan
SejarahPada tahun 1889, pemerintah kota Tokyo berencana untuk membangun jalur kereta api layang yang menghubungkan Jalur Utama Tōkaido dari Stasiun Shinbashi lama ke Jalur Utama Nippon (sekarang Jalur Utama Tōhoku ) di Stasiun Ueno. Kekaisaran memutuskan untuk membangun stasiun baru di jalur ini yang disebut Stasiun Sentral (中央停車場, Chūō Teishajō) pada tahun 1896, yang terletak tepat di depan taman Istana Kekaisaran.[1] Konstruksi sempat tertunda karena pecahnya Perang Tiongkok-Jepang Pertama dan Perang Rusia-Jepang. Akibatnya, pembangunan dimulai pada tahun 1908. Bangunan stasiun dengan tiga lantai ini dirancang oleh arsitek Tatsuno Kingo (yang juga merancang Stasiun Manseibashi dan gedung Bank of Japan di dekatnya) sebagai perayaan kemenangan Jepang dalam Perang Rusia-Jepang. Bangunan ini sering dikabarkan dibuat setelah stasiun Amsterdam Centraal di Belanda, meskipun ada sedikit bukti yang mendukung pendapat tersebut. Terunobu Fujimori, seorang sarjana dan penilik arsitektur barat, menyangkal rumor tersebut setelah mempelajari gaya bangunan Tatsuno.[2] Stasiun Tokyo pertama kali dibuka pada 20 Desember 1914 dengan empat peron; dua jalur melayani kereta listrik (saat ini menjadi peron Jalur Yamanote/Keihin–Tōhoku) dan dua jalur lain melayani kereta non-listrik (saat ini menjadi peron Jalur Tōkaidō).[1] Perpanjangan Jalur Utama Chūō ke stasiun ini selesai pada tahun 1919 dan awalnya berhenti di peron yang sekarang digunakan oleh kereta Yamanote/Keihin–Tōhoku tujuan utara. Selama era ini, stasiun hanya memiliki gerbang di sisi Marunouchi, dengan sisi utara berfungsi sebagai pintu keluar dan sisi selatan berfungsi sebagai pintu masuk.[3] Sisi Yaesu dari stasiun baru dibuka pada tahun 1929. Sebagian besar bangunan stasiun hancur dalam peristiwa serangan bom B-29 pada 25 Mei 1945. Pemboman itu menghancurkan kubah bangunan yang khas sekaligus meruntuhkan gedung lantai tiga. Stasiun dapat dibangun kembali dalam waktu satu tahun, tetapi bangunan yang dipugar hanya memiliki dua lantai, bukan tiga.[1] Sebuah kubah sederhana dibangun menggantikan kubah aslinya yang hancur.[1] Perubahan pascaperang ini yang menciptakan kesan keliru bahwa bangunan itu didasarkan pada bangunan stasiun Centraal di Amsterdam. Kemudian pada tahun 1980-an direncanakan penghancuran gedung dan menggantinya dengan bangunan yang lebih besar, namun digagalkan oleh gerakan pelestarian cagar budaya.[4] Pada tahun 1971, pemerintah Tokyo berencana untuk membangun jalur kereta berkecepatan tinggi bernama Narita Shinkansen yang menghubungkan Stasiun Tokyo ke Bandara Internasional Narita. Jalur ini direncanakan memanjang di bawah tanah dari Tokyo ke Stasiun Shinjuku. Dalam rencananya, pembangunan peron untuk Shinkansen dilakukan peron di bawah Kajibashi-dori (di selatan Stasiun Tokyo) untuk menghindari pengeboran di bawah Istana Kekaisaran. Pembangunan Narita Shinkansen dihentikan pada tahun 1983 karena kesulitan memperoleh struktur tanah yang tepat untuk membangun jalur tersebut, tetapi peron yang sudah terlanjur dibangun akhirnya digunakan untuk naik turun penumpang Jalur Keiyō dan Jalur Musashino yang menyusul yang dibuka pada tahun 1990.[5] Kompleks Stasiun Tokyo telah mengalami pengembangan ekstensif, termasuk renovasi besar pada sisi Marunouchi (barat) dan Yaesu (timur). Sisi Marunouchi menjalani renovasi secara ekstensif selama lima tahun dan selesai pada Oktober 2012, di mana fasad bersejarah berusia 98 tahun di sisi stasiun ini dipulihkan ke kondisi sebelum perang. Pekerjaan restorasi termasuk menciptakan kembali dua kubah sesuai dengan desain aslinya.[6] Daerah sekitar Stasiun Tokyo diubah menjadi alun-alun yang luas (Marunouchi Central Plaza) yang memanjang menjadi jalan setapak menuju Istana Kekaisaran, dengan area untuk pangkalan bus dan taksi.[6] Rencana masa depanPerpanjangan monorel Tokyo Ada rencana untuk memperpanjang Monorel Tokyo, yang berhenti di Stasiun Monorel Hamamatsucho, ke Stasiun Tokyo. Setelah selesai, akan dipersingkat menjadi 18 menit ke Stasiun Terminal 3 Bandara Haneda dan 23 menit ke Stasiun Terminal 1 Bandara Haneda [Koran 1]. Namun, perusahaan induk, JR East, telah mengumumkan rencana jalur akses Bandara Haneda yang bersaing dengan rencana ini, dan rencana tersebut stagnan dan tidak dimasukkan dalam Laporan No. 198. PerkembanganPada tanggal 1 Maret 1919 (Taisho 8), Jalur Utama Chuo dibuka, pada tanggal 1 November 1925 (Taisho 14), jalur kereta api dari Jalur Utama Tohoku (Jalur Keihin-Tohoku saat ini) dibuka, dan pada tahun 1928, Jalur Utama Tohoku dibuka Jalur kereta api (saat ini Jalur Utsunomiya) memasuki stasiun, dan pada tanggal 16 Desember 1929, Pintu Keluar Yaesubashi (sekarang Pintu Keluar Yaesu) dibuka di sisi timur[*9], secara bertahap menjadi terminal stasiun Saya membuat diri saya bugar. Pada tahun 1923, rusak akibat Gempa Besar Kanto, tetapi tidak ada kerusakan besar. Pada tahun 1935 dan 1940, ketika Kaisar Puyi dari Manchukuo mengunjungi Jepang, Kaisar Showa datang untuk menyambutnya. Ini berfungsi sebagai pintu gerbang ke Tokyo saat Pemuda Hitler datang ke Jepang.
Pembunuhan
Bangunan sekitarDistrikBangunan
Hotels
Statistik penumpangPada tahun fiskal 2018, stasiun JR East digunakan oleh rata-rata 467.165 penumpang setiap hari (hanya penumpang yang naik), menjadikannya stasiun tersibuk ketiga di jaringan JR East.[7] Selama tahun fiskal yang sama, stasiun Tokyo Metro digunakan oleh rata-rata 218.275 penumpang setiap hari (baik penumpang yang keluar maupun yang masuk), menjadikannya stasiun Tokyo Metro tersibuk kesembilan. Angka penumpang (hanya penumpang yang naik) untuk stasiun JR East (sebelumnya JNR) pada tahun-tahun sebelumnya adalah seperti yang ditunjukkan di bawah ini.
Pranala luar
|