Kapitan Jonker, seorang bangsawan lokal dan serdadu VOC yang terkenal berasal dari suku Manipa.[4][5] Jonker lahir di Pulau Manipa pada tahun 1620, dengan nama Achmad Sangadji Kawasa. Nama yang mengacu kepada seorang sangaji (jabatan penguasa lokal di Kepulauan Maluku) bernama Kawasa yang merupakan ayah kandung dari Jonker.[6][7][8]
Masyarakat
Masyarakat suku Manipa terikat oleh budaya yang disebut sebagai Haikalima dan Henaluaka. Budaya ini mengikat masyarakat yang memiliki bahasa dan karakter yang berbeda dalam satu jalinan persaudaraan. Budaya ini juga menjadi penentu perdamaian untuk meredakan jika kemungkinan terjadi konflik antara pribumi dan pendatang di Pulau Manipa.[9]
Diantara masyarakat suku Manipa dan pendatang Buton juga lazim terjadi pernikahan, khususnya antara laki-laki Buton dan perempuan Manipa.[10] Setelah menikah, laki-laki suku Buton tersebut kemudian akan menyandang marga suku Manipa. Proses penikahannya bersifat umum sebagaimana diatur dalam syariat Islam.[11]
Agama
Masyarakat suku Manipa mayoritas merupakan penganut Islam Sunni. Di Pulau Manipa, Islam sangat mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakatnya, salah satunya ialah tradisi pernikahan yang menggunakan syariat Islam. Islam disebarkan oleh Kesultanan Ternate yang pada abad ke-15 hingga ke-17 menguasai sebagian Kepulauan Maluku.[2]
Bahasa
Masyarakat Manipa umumnya menggunakan bahasa Manipa sebagai bahasa utama mereka, yakni sebuah bahasa Austronesia dari Indonesia bagian timur. Selain bahasa Manipa, mereka juga menuturkan bahasa Indonesia dan Melayu Ambon saat berbicara dengan orang luar Manipa. Pada tahun 1981, penutur bahasa Manipa berjumlah sekitar 1.500 orang.[12]
^Vink, Markus. "The World's Oldest Trade": Dutch Slavery and Slave Trade in the Indian Ocean in the Seventeenth Century, Journal of World History - Vol.14:2, University of Hawai'i Press, Juni 2003.
^HAMKA, Dari Perbendaharaan Lama, Cet.2, Pustaka Panji Mas, Jakarta, 1982.
^van der Chijs, J.A. (1850). Kapitein Jonker 1630?–1689 (dalam bahasa Belanda).
^Valentijn, Francois (1726). Oud en Nieuwe Oost-Indie (dalam bahasa Belanda).
^Rijnenberg, J. (1867). Geschiedenis der Nederlanders op Java of in den Nederlandsch Oost-Indischen Archipel (dalam bahasa Belanda).
^Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Manipa". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.