Sumanto
Sumanto (lahir 3 Maret 1972)[1] adalah seorang pria Indonesia yang terkenal di kalangan masyarakat Indonesia karena tindakan kanibalisme yang dilakukannya, di mana ia mengkonsumsi tiga mayat dari lokasi yang berbeda, yaitu Lampung dan Purbalingga.[2] Setelah penyelidikan polisi terhadap hilangnya mayat seorang wanita berusia 81 tahun hanya beberapa jam setelah penguburannya, kanibalisme yang dilakukannya terungkap dan Sumanto ditangkap pada tanggal 13 Januari 2003,[3] didakwa melakukan pencurian dengan pemberatan berdasarkan Pasal 363 KUHP dan dijatuhi hukuman lima tahun penjara pada tanggal 27 Juni 2003.[3] Dibebaskan lebih awal karena dilaporkan berkelakuan baik menurut pihak berwenang penjara,[3] ia kemudian dibawa ke panti rehabilitasi An-Nur di Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga, karena baik keluarga maupun desanya tidak mau menerimanya kembali.[4] Ia terakhir kali terlihat menerima suntikan vaksinasi pada tahun 2021 di sebuah klinik kesehatan.[3] Riwayat HidupKehidupan awalSumanto dilahirkan pada tanggal 3 Maret 1972. Ia merupakan anak sulung dari lima bersaudara—masing-masing bernama Mulyati, Karyono, Maryati, dan Mulyanto.[5] Masa kecilnya termasuk berkecukupan karena warisan yang diperoleh ayahnya dari kakek dan neneknya.[5] Sumanto menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Pelumutan 1, dan ia dipanggil dengan nama Suman oleh teman-temannya.[5] Sifatnya sebagai "anak badung" mulai terlihat pada periode ini, meski ia masih tetap mampu lulus sekolah dasar. Niatnya untuk masuk ke SMP Negeri 1 Kemangkon terhalang karena nilai ebtanas murni (NEM) yang diraihnya tidak mencukupi. Sumanto pada akhirnya mengulang kelas 6 di SD Negeri Pelumutan 2, dan ia lulus setahun berikutnya.[6] Ia kemudian diterima di SMP pilihannya. Sekolah barunya berjarak 3 kilometer dari rumah, memaksa Sumanto untuk berjalan kaki pulang-pergi setiap hari.[6] Aktivitasnya sepulang sekolah adalah menggembala kambing dan mencari rumput, dan pada sore harinya ia belajar ilmu agama di masjid sekitar rumahnya.[6] Malam hari dihabiskannya dengan menyaksikan layar tancap atau pementasan wayang. Periode ini ditandai dengan kesulitan ekonomi yang melanda keluarganya. Masalah ini mau tidak mau mengakibatkan perabotan rumah tangga mereka satu per satu dijual demi memenuhi kebutuhan hidup.[6] Saat duduk di bangku kelas 3 SMP, Sumanto putus sekolah karena beberapa alasan tertentu.[6] Kasus
Pada 15 Januari 2003, Sumanto membuat heboh seluruh Indonesia, karena ia melakukan pencurian dan praktik kanibalisme terhadap mayat yang diketahui bernama Mbok Rinah. Setelah pihak kepolisian melakukan penyelidikan selama beberapa hari, akhirnya Sumanto berhasil ditangkap di rumahnya tanpa melakukan perlawanan. Ia juga mengakui sebelumnya pernah memakan 2 mayat lain saat ia masih bekerja di perkebunan tebu di Lampung. Akibat perbuatannya, ia dijatuhi hukuman pidana selama 5 tahun, tetapi dibebaskan pada 24 Oktober 2006 setelah beberapa kali mendapatkan remisi. Ia kemudian ditampung di panti rehabilitasi An-Nur, Bungkanel, Karanganyar, Purbalingga. Sumanto ditempatkan di pesantren karena warga Purbalingga tidak mau menerima kembali Sumanto untuk pulang ke desanya. Ia juga sempat membuat kontroversi ketika menjadi bintang tamu Empat Mata yang dibawakan oleh Tukul Arwana. Akibat episode tersebut, acara Empat Mata kemudian dicekal penayangannya. Kehidupan pribadiSumanto memiliki 2 orang mantan istri. Ia bertemu istri pertamanya, Sutrimah, saat bekerja di Lampung. Pernikahan ini tergolong singkat karena faktor kekerasan dalam rumah tangga.[7] Setahun setelah bercerai dengan Sutrimah, ia menjalin hubungan dengan seorang janda bernama Tugiyem—warga Lampung yang juga bekerja di perusahaan tebu tempat kerja Sumanto.[8] Mereka menikah pada tahun 1993 dan dikaruniai seorang putri bernama Titis Wahyu Widianti. Setelah menikah lagi, ia menjadi jarang pulang ke rumah dan hanya sesekali kembali. Kekerasan dalam rumah tangga sering kali terjadi, dan pernikahan ini berakhir dengan perceraian.[8] Lihat pulaReferensi
Daftar pustaka
Sumber
|