Syaiful Anwar
Brigjen. TNI (Anumerta) H. Syaiful Anwar, S.E. (12 Desember 1966 – 20 Maret 2016) adalah seorang perwira tinggi TNI yang sejak tanggal 5 September 2015 mengemban amanat sebagai Komandan Korem 132/Tadulako, menggantikan Brigjen. TNI Herianto Syahputra.[2][3] Pada 20 Maret 2016, Syaiful terlibat dalam kecelakaan Heli Bell 412 TNI-AD dalam perjalanan menuju Kota Poso dari Watutau, Lore Utara, Poso. Kecelakaan ini menewaskan dirinya bersama 12 penumpang dan awak lainnya.[2][4][5] Posisinya sebagai Danrem 132/Tadulako untuk sementara digantikan oleh Brigjen. TNI Ilyas Alamsyah.[6] Kehidupan pribadiSyaiful adalah anak ke tujuh dari sepuluh bersaudara, terdiri dari enam orang laki-laki dan empat perempuan. Ia menikahi Fitriana Syah yang berasal dari Lampung. Pasangan ini memiliki tiga orang putri yaitu Claudia Chandraca Tidara (1995), mahasiswi Sekolah Bisnis dan Manajemen, Institut Teknologi Bandung; Shalsabella Putri Anwar (2000), kelas 3 SMA; dan Armyra Ramadhani Putri Anwar (2006) yang saat ini masih duduk di bangku SD.[2] Wakil Ketua DPRD Provinsi Lampung, Ismet Roni, merupakan kakak kandung dari Fitriana sekaligus kakak ipar dari Brigjen. Syaiful Anwar.[7] KepribadianPanglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo menegaskan bahwa TNI rela berkorban nyawa demi menjalankan tugasnya untuk keutuhan NKRI.[8] Longki Djanggola, Gubernur Sulawesi Tengah, mengatakan bahwa Syaiful dikenal sebagai sosok pemimpin yang bertanggung jawab. Menurutnya, tanggung jawab Syaiful terhadap kepentingan bangsa dan negara terbukti saat ia wafat dalam menjalankan tugas operasi penumpasan terhadap kelompok sipil bersenjata di Poso.
Saat acara pisah sambut Danrem baru, Longki juga sempat bercanda pada Syaiful yang asli Minang agar tidak risau memikirkan kampung halaman, sebab di Palu juga banyak masyarakat Minangkabau yang datang merantau.[2] Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan Luhut Binsar Pandjaitan, juga memberikan pendapatnya mengenai Syaiful. Sebelum kecelakaan tersebut terjadi, Luhut masih sempat berbincang dengan Syaiful melalui sambungan telepon.[10] Danrem 101/Antasari, Kolonel Kav. Yanuar Adil juga turut berduka atas meninggalnya Syaiful dalam musibah ini. Ini karena Syaiful yang tewas dalam kecelakaan ini satu angkatan Sekolah Seskoad TNI dengannya pada tahun 2013.[11] KarierSyaiful adalah lulusan AKABRI tahun 1990 yang berpengalaman dalam bidang Infanteri. Jabatan terakhir Jenderal bintang satu ini sebelum wafat adalah Komandan Korem 132/Tadulako. Pada tanggal 10 Maret 2009, Syaiful yang sebelumnya menjabat sebagai Komandan Yonif 700/Raider menggantikan posisi Marga Taufiq sebagai Dandim 1408/BS Makassar. Letkol. Inf. Marga Taufik akan menempati posisi barunya sebagai Kepala Staf Brigade Infantri (Kasbrigif) Linud 3/TBS Kostrad menggantikan Letkol Inf. AM Putranto.[12] Pada tahun 2014, Syaiful Anwar menduduki jabatan Asisten Teritorial Kodam II/Sriwijaya. Pada tanggal 12 Agustus 2015, posisinya digantikan oleh Letkol. Inf. Denny Marthen Rihi.[13] Pada 5 September 2015, Syaiful Anwar menjadi Danrem 132/Tadulako menggantikan Brigjen. TNI Herianto Syahputra yang dipromosikan menjadi Danpusintelad (Komandan Pusat Intelijen Angkatan Darat).[3] Pendidikan dan JabatanRiwayat Pendidikan
Riwayat Jabatan
KematianPada tanggal 20 Maret 2016, Helikopter Bell 412 milik TNI-AD yang sedang dalam perjalanan menuju Kota Poso dari Watutau, tersambar petir di Kelurahan Kasiguncu, Poso Pesisir, Poso. Kecelakaan ini menewaskan dirinya bersama 12 penumpang dan awak lainnya yang naik di Helikopter ini.[2][14] Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen. TNI Tatang Sulaiman menyatakan bahwa saat helikopter itu jatuh, cuaca dalam kondisi hujan. Syaiful berada di Poso untuk melaksanakan operasi bantuan kepada Polri yang sedang memberantas kelompok teroris Santoso.[8] Atas perintah langsung dari Presiden Joko Widodo kepada Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo, Syaiful bersama 12 korban lainnya, dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Nasional Kalibata (TMPN), Jakarta Selatan. Upacara militer mengiringi pemakaman mereka. Upacara pemakaman secara militer dilaksanakan sekitar pukul 12.00 WIB. Upacara pemakaman dipimpin oleh Mayjen. TNI Muhammad Herindra untuk korban yang beragama Islam, dan Brigjen. TNI Benny Susianto untuk yang beragama Kristen.[15] Selain itu, TNI memberikan santunan kepada keluarga korban dan biaya pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi kepada anak-anak prajurit TNI yang gugur, termasuk kepada keluarga Syaiful Anwar.[1] PenghargaanSyaiful bersama 12 prajurit TNI lainnya yang meninggal dunia dalam insiden ini, mendapat Kenaikan Pangkat Luar Biasa (KPLB) satu tingkat di atas pangkat semula, secara anumerta dari TNI atas jasa karena telah menjadi bagian dari Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala di Poso. Mereka juga mendapatkan Bintang Bhayangkara Nararya dari Polri, karena Operasi Tinombala merupakan operasi gabungan bersama antara Polri dan TNI.[10] Berikut daftar penghargaan yang diterima oleh Syaiful Anwar:
Brevet/Kualifikasi
Referensi
|