Yohanes Surya
Yohanes Surya (lahir 6 November 1963) adalah seorang Ilmuwan, fisikawan dan Matematikawan berkebangsaan Indonesia. Selain itu ia dikenal juga sebagai pembimbing Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Saat ini Yohanes Surya aktif dalam berbagai pelatihan Matematika dan Fisika GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan)[1][2] . Yohanes Surya adalah pendiri dan pemilik Universitas Surya dan STKIP Surya [3] Dimana Universitas Surya dan STKIP Surya adalah lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh Yayasan Surya Institute, yang juga dimiliki oleh Yohanes Surya[4]. Sejak tahun 2016-2024, Yohanes Surya adalah staff khusus Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia.[5][6] Riwayat HidupLatar belakang pendidikan dan kecintaan pada fisika
Selepas dari SMA, Ia mulai memperdalam fisika pada jurusan Fisika Universitas Indonesia hingga tahun 1986 dan mengajar di SMAK I Penabur Jakarta hingga tahun 1988. Selanjutnya dengan didorong oleh Para dosen pembimbingnya, ia menempuh program master dan doktornya di College of William and Mary, Virginia, Amerika Serikat. Program masternya diselesaikan pada tahun 1990 dan program doktornya pada tahun 1994 dengan predikat cum laude. Selepas mendapatkan gelar Ph.D., Ia sempat menjadi Consultant of Theoretical Physics di TJNAF/CEBAF (Continuous Electron Beam Accelerator Facility) Virginia – Amerika Serikat (1994). Walaupun sudah punya Greencard (izin tinggal dan bekerja di Amerika Serikat), Yohanes Surya akhirnya pulang ke Indonesia dengan tujuan ingin mengharumkan nama Indonesia melalui olimpiade fisika (semboyannya waktu itu adalah “Go Get Gold”) serta mengembangkan fisika dan ilmu sains di Indonesia. KarierPelopor TOFI (Tim Olimpiade Fisika Indonesia)Keterlibatan Yohanes Surya dalam Olimpiade Fisika, dimulai ketika ia masih menjadi kandidat doktor Fisika di College of William and Mary. Ia tertarik ketika melihat pengumuman bahwa akan diadakan Olimpiade Fisika International (IPhO - International Physics Olympiad ke-24) di kampus William and Mary. Bersama dengan rekannya Agus Ananda, ia meminta bantuan Universitas Indonesia untuk mengadakan seleksi bagi 5 orang siswa SMA Indonesia. Selanjutnya 5 orang siswa ini diundang untuk dilatih olehnya di Amerika Serikat. Universitas Indonesia, melalui Fakultas MIPA akhirnya terseleksi 5 orang siswa, yaitu: Oki Gunawan (SMAN 78 Jakarta), Jemmy Widjaja (SMAK 1 Jakarta), Yanto Suryono (SMAK 1 Jakarta), Nikodemus Barli (SMAN 5 Surabaya), dan Endi Sukma Dewata (SMAN 2 Kediri). 5 Orang inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Akhirnya mereka berhasil mengikuti IPhO dan berhasil menyabet medali perunggu untuk Indonesia atas nama Oki Gunawan.[7] Tahun 1994 akhir, Ia memutuskan untuk pulang ke Indonesia untuk melatih dan memimpin Tim Olimpiade Fisika Indonesia (TOFI). Selain itu Yohanes Surya juga menjadi pengajar dan peneliti pada program pasca sarjana UI untuk bidang fisika nuklir (tahun 1995–1998). Pada tahun 1995, akhirnya Yayasan TOFI resmi berdiri, Yayasan ini merupakan wadah yang melakukan pelatihan dan pencarian tunas-tunas bangsa untuk berlomba di IPhO. Dari tahun 1993 hingga 2007 siswa-siswa binaannya berhasil mengharumkan nama bangsa dengan menyabet 54 medali emas, 33 medali perak dan 42 medali perunggu dalam berbagai kompetisi Sains/Fisika Internasional.[8] Pada tahun 2006 [9] seorang siswa binaannya, Jonathan Pradana Mailoa,[10] berhasil meraih predikat "The Absolute Winner" (Juara Dunia) dalam International Physics Olympiad (IPhO) XXXVII di Singapura. Sejak tahun 2000, Yohanes Surya banyak mengadakan pelatihan untuk guru-guru fisika dan matematika di hampir semua kota besar di Indonesia, di ibu kota kabupaten/kotamadya, sampai ke desa-desa di seluruh pelosok Nusantara, termasuk pesantren-pesantren. Untuk mewadahi pelatihan-pelatihan ini Yohanes Surya mendirikan Surya Institute. Pada tahun 2009 Surya Institute bekerja sama dengan pemerintah daerah, World Vision Internasional, serta Lembaga Nobel Indonesia mempersiapkan sejumlah siswa dari beberapa daerah di Provinsi Papua untuk mengikuti olimpiade sains atau matematika di tingkat nasional dan internasional.[11] Di bawah bimbingannya, tim Indonesia telah meraih 54 medali emas, 33 medali perak, dan 42 medali perunggu di berbagai kompetisi Fisika dan Matematika internasional[12]. Dalam dunia pendidikan IndonesiaYohanes Surya merupakan penulis produktif untuk bidang Fisika/Matematika. Ada 68 buku sudah ditulis untuk siswa SD sampai SMA. Selain menulis buku, ia juga menulis ratusan artikel Fisika di jurnal ilmiah baik nasional maupun internasional, harian KOMPAS, TEMPO, Media Indonesia[13] dan lain-lain. Ia juga pencetus istilah MESTAKUNG[14] dan tiga hukum Mestakung, serta pencetus pembelajaran Gasing (Gampang, Asyik, Menyenangkan). Selain sebagai penulis, Yohanes Surya juga sebagai narasumber berbagai program pengajaran Fisika melalui CD ROM untuk SD, SMP dan SMA. Ia juga ikut memproduksi berbagai program TV pendidikan di antaranya Petualangan di Dunia Fantasi dan Tralala-trilili di RCTI. Yohanes Surya adalah guru besar fisika dari Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. Ia pernah menjadi Dekan Fakultas Sains dan Matematika Universitas Pelita Harapan, Kepala Promosi dan Kerjasama Himpunan Fisika Indonesia (2001-2004), juri berbagai lomba sains/matematika (XL-com, L’oreal, UKI dsb.), anggota Dewan Kurator Museum Iptek Taman Mini Indonesia Indah, salah satu founder The Mochtar Riady Institute, anggota Dewan Wali Amanah Sekolah Tinggi Islam Assalamiyah Banten. Selain itu Prof. Yohanes Surya pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Multimedia Nusantara (Kompas Gramedia Group) hingga akhir 2010, serta aktif mengkampanyekan Cinta Fisika (Bali Cinta Fisika, Kalbar Cinta Fisika dsb) di seluruh Indonesia. Sejak pertengahan 2009, Prof. Yohanes Surya merintis berdirinya Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Surya (STKIP Surya) di Tangerang. Dalam organisasi internasionalYohanes Surya berkiprah dalam berbagai organisasi internasional sebagai Board member of the International Physics Olympiad, Vice President of The First step to Nobel Prize (1997-sekarang), penggagas dan president Asian Physics Olympiad (2000-sekarang), Chairman of The first Asian Physics Olympiad, di Lippo Village, Karawaci, Tangerang (2000), Executive member of the World Physics Federation Competition, Chairman of The International Econophysics Conference di Bali 2002, Chairman the World Conggress Physics Federation 2002, Board of Experts di majalah National Geographic Indonesia serta menjadi Chairman of Asian Science Camp 2008 di Denpasar, Bali. Selama berkarier di bidang pengembangan fisika, Yohanes Surya pernah mendapatkan berbagai award/fellowship antara lain CEBAF/SURA award AS ’92-93 (salah satu mahasiswa terbaik dalam bidang fisika nuklir pada wilayah tenggara Amerika), penghargaan kreativitas 2005 dari Yayasan Pengembangan Kreativitas, anugerah Lencana Satya Wira Karya (2006) dari Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai wakil Indonesia dalam bidang pendidikan untuk bertemu dengan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush. Pada tahun 2007, ia menulis buku “Mestakung: Rahasia Sukses Juara Dunia” yang mendapatkan penghargaan sebagai penulis Best Seller tercepat di Indonesia. Selain itu, Yohanes Surya juga memprakarsai beberapa kegiatan internasional yang berhubungan dengan pengembangan sains, matematika dan fisika, di antaranya adalah:
Pendirian Surya Research Education CenterPada tahun 2010, Prof. Yohanes Surya mulai merintis pembangunan gedung Surya Research Education Center, sebuah gedung pusat penelitian dan pendidikan, khususnya di bidang Matematika dan Fisika. Gedung ini berada di kawasan Summarecon Serpong, Tangerang dan diresmikan pada 29 Maret 2011. Gedung ini kemudian dipakai untuk pelatihan bagi mereka yang ikut olimpiade sains atau matematika, pelatihan guru dan pelatihan anak-anak Papua.[22]. Namun, pada tahun 2016-2017, gedung Surya Research Education Center dijual ke PT Summarecon. Sekarang, gedung tersebut dimanfaatkan menjadi SMP Al Azhar 41 Summarecon Serpong[23]. Kemudian STKIP Surya pindah ke kawasan Gading Serpong, Tangerang, Banten. Novel TOFISelain aktif sebagai penulis buku fisika, Prof. Yohanes Surya bersama timnya, Ellen Conny dan Sylvia Lim juga menerbitkan novel fiksi ilmiah Petualangan Tofi yang berjudul "Perburuan Bintang Sirius". Novel yang bercerita tentang seorang tokoh benama Tofi ini memakan waktu penulisan selama tiga tahun dan sebagian besar nama karakter tokohnya menggunakan istilah‐istilah sains yang memang sesuai dengan sifat dan karakter para tokohnya.[24][25] Surya UniversityPada tahun 2013, Yohanes Surya mendirikan universitas berbasis riset, Surya University yang kampusnya berlokasi di Summarecon Serpong, Tangerang. Universitas baru ini memiliki 3 fakultas dan 10 jurusan dan memulai perkuliahannya pada bulan september 2013. Pada 9 Maret 2013, Surya University mengadakan Grand Launching di Grand Hyatt Jakarta. Pada kesempatan itu Surya University pertama kali diperkenalkan sebagai universitas berbasis riset kepada publik oleh Prof. Yohanes Surya, Ph.D.[26][27][28]. Matematika GASINGMelalui wadah Surya Institute, ia mengembangkan sebuah metode pembelajaran matematika secara Gampang, aSyIk dan MenyenaNGkan, disingkat GASING. Metode ini dibuat agar anak-anak lebih mudah dalam berhitung matematika dan mencintai ilmu matematika. Beberapa aktivitasnya untuk Matematika Gasing adalah
Penasihat Khusus Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan InvestasiYohanes Surya dipercaya oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Republik Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, untuk menjadi salah seorang Penasihat Khusus Menteri sejak tahun 2016. Penghargaan
Galeri Foto
Lihat pulaReferensi
Pranala luar
|