Yudaisme
Yudaisme atau agama Yahudi adalah sebuah agama Abrahamik, monoteistik, dan etnis yang terdiri dari tradisi dan peradaban agama, budaya, dan hukum kolektif orang-orang Yahudi.[1][2][3] Ini berakar sebagai agama terorganisir di Timur Tengah selama Zaman Perunggu.[4] Beberapa ahli berpendapat bahwa Yudaisme modern berevolusi dari Yahwisme, agama Israel kuno dan Yehuda, pada akhir abad ke-6 SM,[5] dan dengan demikian dianggap sebagai salah satu agama monoteistik tertua.[6] Yudaisme dianggap oleh agamawan Yahudi sebagai ekspresi dari perjanjian yang Allah tetapkan dengan orang Israel, nenek moyang mereka. Ini mencakup banyak teks, praktik, posisi teologis, dan bentuk organisasi. Taurat, seperti yang umumnya dipahami oleh orang Yahudi, adalah bagian dari teks yang lebih besar yang dikenal sebagai "Tanakh". "Tanakh" juga dikenal oleh para sarjana agama sekuler sebagai Alkitab Ibrani, dan bagi orang Kristen sebagai "Perjanjian Lama". Tradisi lisan tambahan Taurat diwakili oleh teks-teks selanjutnya seperti Midrash dan Talmud. Kata Ibrani "torah" dapat berarti "ajaran", "hukum", atau "instruksi",[7] meskipun "Taurat" juga dapat digunakan sebagai istilah umum yang merujuk pada teks Yahudi mana pun yang memperluas atau menguraikan Lima Kitab Musa yang asli. Mewakili inti dari tradisi spiritual dan agama Yahudi, Taurat adalah istilah dan seperangkat ajaran yang secara eksplisit memposisikan diri sebagai mencakup setidaknya tujuh puluh, dan berpotensi tak terbatas, aspek dan interpretasi.[8] Teks, tradisi, dan nilai Yudaisme sangat memengaruhi agama-agama Abrahamik di kemudian hari, termasuk Kekristenan dan Islam. Hebraisme, seperti Hellenisme, memainkan peran penting dalam pembentukan peradaban Barat melalui dampaknya sebagai elemen latar belakang inti Kekristenan Awal.[9] Dalam Yudaisme, ada berbagai gerakan keagamaan, yang sebagian besar muncul dari Yudaisme Rabinik,[10][11] yang menyatakan bahwa Tuhan mengungkapkan hukum dan perintah-Nya kepada Musa di Gunung Sinai dalam bentuk Taurat Tertulis dan Lisan. Secara historis, semua atau sebagian dari pernyataan ini ditentang oleh berbagai kelompok seperti Saduki dan Yudaisme Helenistik selama periode Bait Suci Kedua;[10][12] orang Karait selama periode awal dan akhir abad pertengahan; dan di antara segmen denominasi non-Ortodoks modern. Beberapa cabang Yudaisme modern seperti Yudaisme Humanistik dapat dianggap sekuler atau nonteistik.[13][14] Saat ini, gerakan keagamaan Yahudi terbesar adalah Yudaisme Ortodoks (Yudaisme Haredi dan Yudaisme Ortodoks Modern), Yudaisme Konservatif, dan Yudaisme Reformasi. Sumber utama perbedaan antara kelompok-kelompok ini adalah pendekatan mereka terhadap halakha (hukum Yahudi), otoritas tradisi rabi, dan signifikansi Negara Israel.[15][16] Yudaisme Ortodoks menyatakan bahwa Taurat dan halakha berasal dari ilahi, abadi dan tidak dapat diubah, dan bahwa mereka harus diikuti dengan ketat. Yudaisme Konservatif dan Reformasi lebih liberal, dengan Yudaisme Konservatif umumnya mempromosikan interpretasi yang lebih tradisionalis tentang persyaratan Yudaisme daripada Yudaisme Reformasi. Posisi Reformasi yang khas adalah bahwa halakha harus dilihat sebagai seperangkat pedoman umum daripada sebagai seperangkat batasan dan kewajiban yang harus ditaati oleh semua orang Yahudi.[17] Secara historis, pengadilan khusus memberlakukan halakha; hari ini, pengadilan ini masih ada tetapi praktik Yudaisme sebagian besar bersifat sukarela. Kewenangan dalam masalah teologis dan hukum tidak dipegang oleh satu orang atau organisasi, tetapi pada teks-teks suci dan rabi dan para cendekiawan yang menafsirkannya. Yahudi adalah kelompok etnoreligius termasuk mereka yang lahir sebagai orang Yahudi (atau "etnis Yahudi"), selain mereka yang pindah agama ke Yudaisme. Pada tahun 2019, populasi Yahudi dunia diperkirakan sekitar 14,7 juta, atau sekitar 0,19% dari total populasi dunia.[18] Sekitar 46,9% dari semua orang Yahudi tinggal di Israel dan 38,8% lainnya tinggal di Amerika Serikat dan Kanada, dengan sebagian besar sisanya tinggal di Eropa, dan kelompok minoritas lainnya tersebar di seluruh Amerika Latin, Asia, Afrika, dan Australia.[19] Khazanah literaturBerikut ini adalah senarai dasar susastra utama seputar amalan-amalan dan gagasan-gagasan dalam agama Yahudi.
Sejumlah besar susastra Yahudi tradisional tersedia daring di berbagai basis data Taurat (versi elektronik dari khazanah susastra Yahudi tradisional). Banyak yang dilengkapi dengan opsi pencarian lanjutan. Susastra syariatLandasan hukum dan adat-istiadat Yahudi (halakah) adalah Taurat (Pancasastra). Menurut tradisi Rabani, Taurat mengandung 613 butir titah. Ada titah-titah yang hanya berlaku bagi kaum lelaki atau kaum perempuan, ada yang hanya berlaku bagi puak-puak imam, yakni Kohanim dan Lewiyim (warga suku Lewi), dan ada pula yang hanya berlaku bagi kaum tani di Tanah Israel. Ada banyak titah yang hanya berlaku selama Haikal Yerusalem masih berdiri, dan hanya 369 butir titah yang masih dapat diberlakukan sekarang ini.[21] Kendati ada golongan yang hanya berpedoman kepada ayat-ayat tersurat dalam Taurat (misalnya kaum Saduki dan kaum Karayi), sebagian besar umat Yahudi juga berpedoman kepada hukum lisan, yang dilestarikan dalam bentuk tutur dari generasi ke generasi oleh kaum Farisi, dan kelak dibukukan sekaligus dijabarkan lebih lanjut oleh para rabi. Menurut tradisi Rabani, Tuhan menurunkan hukum-hukum-Nya kepada Musa di Tur Sina dalam bentuk tulisan (Taurat) maupun lisan (hukum lisan). Hukum lisan adalah tradisi tutur yang diturunkan Tuhan kepada Musa, dan dari Musa diturunkan serta diajarkan kepada alim-ulama besar (tokoh-tokoh Yahudi Rabani) dari generasi ke generasi. Selama berabad-abad, Taurat hanya dipandang sebagai suratan ayat-ayat yang diwariskan turun-temurun bersama-sama tradisi tutur. Lantaran khawatir ajaran-ajaran dalam bentuk tutur akan lekang dari ingatan orang, Rabi Yehudah Ha Nasi pun berusaha menghimpun berbagai macam pendapat ulama dalam satu kitab hukum yang kelak dikenal dengan sebutan Misnah.[22] Misnah terdiri atas 63 risalah hukum Yahudi, yang merupakan dasar dari kitab Talmud. Menurut Rabi Abraham bin Daud, Misnah dihimpun oleh Rabi Yehudah Ha Nasi sesudah Yerusalem diluluhlantakkan pada tahun 3949 berdasarkan perhitungan tarikh Dunia, atau pada tahun 189 berdasarkan perhitungan tarikh Masehi.[23] Selama empat abad berikutnya, Misnah dibahas dan diperdebatkan oleh komunitas-komunitas utama umat Yahudi, yakni di Israel dan di Babel. Ulasan-ulasan dari masing-masing komunitas pada akhirnya dibukukan menjadi dua kitab Talmud, yakni Talmud Yerusalem (Talmud Yerusyalmi) dan Talmud Babel (Talmud Babli). Isi kedua kitab Talmud ini selanjutnya dijabarkan lagi dengan ulasan-ulasan alim-ulama Taurat dari abad ke abad. Ayat-ayat Taurat mengandung banyak kata yang dibiarkan tak terpahami artinya, dan banyak prosedur yang tidak disertai penjelasan maupun petunjuk. Fenomena semacam ini adakalanya digunakan untuk membenarkan pandangan yang mengatakan bahwa hukum tertulis sejak semula diwariskan berbarengan dengan tradisi tutur yang berkaitan dengannya. Menurut pandangan ini, pembaca Taurat mampu memahami ayat-ayat yang dibaca karena sudah mengetahui penjabarannya dari sumber lain, yakni sumber-sumber lisan.[24] Dengan demikian, Halakah, syariat warisan para rabi, berlandaskan perpaduan pembacaan Taurat dan tradisi tutur, yakni Misnah, Midras Halakah, dan Talmud beserta ulasan-ulasannya. Halakah berkembang perlahan-lahan, melalui suatu sistem berbasis preseden. Susastra yang memuat pertanyaan-pertanyaan kepada para rabi berikut jawaban-jawabannya disebut Soal Jawab (bahasa Ibrani: שאלות ותשובות, sye'elot u'tesyubot). Seiring perjalanan waktu dan perkembangan amalan ini, hukum-hukum agama Yahudi pun dirumuskan dan dibukukan dengan berpedoman kepada Soal Jawab. Kitab hukum yang paling utama, yakni Syulhan Aruk, sangat mempengaruhi amalan Yahudi Ortodoks sekarang ini. Filsafat YahudiFilsafat Yahudi mengacu pada pertembungan ilmu filsafat dengan ilmu teologi Yahudi. Filsuf-filsuf besar Yahudi antara lain adalah Sulaiman bin Jabirul, Said bin Yusuf Al Fayumi, Yahuda Al Lawi, Musa bin Maimun, dan Lewi bin Jarsun. Perubahan-perubahan besar yang muncul sebagai tanggapan terhadap gerakan Pencerahan (akhir abad ke-18 sampai awal abad ke-19) melahirkan filsuf-filsuf Yahudi pasca-Pencerahan. Filsafat Yahudi modern terdiri atas filfasat-filsafat yang berhaluan Ortodoks maupun non-Ortodoks. Filsuf-filsuf Yahudi Ortodoks terkemuka antara lain adalah Eliyahu Eliezer Dessler, Joseph B. Soloveitchik, dan Yitzchok Hutner. Filsuf-filsuf Yahudi non-Ortodoks terkemuka antara lain adalah Martin Buber, Franz Rosenzweig, Mordecai Kaplan, Abraham Joshua Heschel, Will Herberg, dan Emmanuel Lévinas. Ilmu tafsir Rabani
Umat Yahudi Ortodoks dan sejumlah besar umat Yahudi dari berbagai mazhab lain percaya bahwa wahyu Taurat tidaklah semata-mata terdiri atas huruf-huruf tersurat, melainkan terdiri pula atas tafsir-tafsirnya. Dalam agama Yahudi, mengkaji Taurat (dalam makna yang paling luas, mencakup puisi, narasi, dan hukum, serta Alkitab Ibrani dan Talmud) adalah seni suci yang mahapenting. Oleh karena itu, bagi para ulama besar Misnah dan Talmud, serta para penerus mereka sekarang ini, mengkaji Taurat bukanlah semata-mata suatu sarana untuk memahami wahyu Tuhan, melainkan justru suatu tujuan akhir yang hendak dicapai. Menurut Talmud,
Dalam agama Yahudi, "mengkaji Taurat dapat menjadi sarana untuk menghayati keberadaan Tuhan".[26] Sehubungan dengan sumbangsih para Amoraim dan Tanaim (alim-ulama terdahulu) bagi agama Yahudi masa kini, Profesor Jacob Neusner mengemukakan bahwa:
Dengan demikian, mengkaji Taurat Tersurat dengan bantuan Taurat Tutur serta mengkaji Taurat Tutur dengan bantuan Taurat Tersurat adalah juga mengkaji cara mengkaji firman Tuhan. Dalam mengkaji Taurat, alim-ulama besar merumuskan dan mengikuti berbagai asas logika dan ilmu tafsir. Menurut David Stern, seluruh ilmu tafsir Rabani dilandaskan pada dua aksioma asasi, yakni:
Dua asas ini memungkinkan munculnya beraneka ragam tafsir. Menurut Talmud,
Oleh karena itu umat Yahudi yang taat beragama menganggap Taurat bersifat dinamis, karena mengandung begitu banyak tafsiran di dalamnya.[29] Menurut tradisi Rabani, semua tafsiran Taurat Tersurat telah diwahyukan kepada Musa di Tur Sina dalam bentuk lisan, dan diwariskan turun-temurun dari guru kepada murid, oleh karena itu wahyu lisan sama tuanya dengan Talmud itu sendiri. Bilamana mewariskan tafsir yang bertentangan dengan tafsir rabi lain, para rabi adakalanya merujuk kepada asas-asas ilmu tafsir guna melegitimasi dalil-dalil mereka; sejumlah rabi mengklaim bahwa asas-asas ini pun diwahyukan Tuhan kepada Musa di Tur Sina.[30] Oleh karena itu, Rabi Hillel mengemukakan tujuh asas ilmu tafsir yang lazim digunakan dalam penafsiran hukum-hukum (baraita pada permulaan Sifra), dan Rabi Ismael mengemukakan tiga belas asas (baraita pada permulaan Sifra, asas-asas Rabi Ismael sebagian besar merupakan pengayaan asas-asas Rabi Hilel),[31] sementara Rabi Eliezer ben Yose Ha Gelili mengemukakan 32 asas, yang lebih banyak dipakai dalam tafsir penjabaran unsur-unsur naratif dari Taurat. Semua aturan ilmu tafsir yang tersebar di berbagai bagian Talmud-Talmud dan Midras-midras telah dihimpun oleh Rabi Malbim dalam Ayelet Ha Syahar (Bintang Kejora), pengantar kepada ulasannya atas Sifra. Bagaimanapun juga, 13 asas Rabi Ismael mungkin merupakan asas-asas yang paling terkenal. Asas-asas Rabi Ismael merupakan sumbangsih penting sekaligus salah satu sumbangsih terawal dari agama Yahudi bagi ilmu logika, ilmu tafsir, dan ilmu teori hukum.[32] Yehudah Hadasi memasukkan asas-asas Rabi Ismael ke dalam ajaran mazhab Yahudi Karayi pada abad ke-12.[33] Ketiga belas asas Rabi Ismael kini dimasukkan ke dalam buku sembahyang Yahudi agar dapat dibaca setiap hari oleh umat Yahudi yang taat beragama.[34][35][36][37] Jati diriAsal usul istilah "agama Yahudi"Istilah "Yahudi" dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata Arab اليهودي, Al Yahudi, yang juga berasal dari kata Ibrani יְהוּדִי, Yehudi, artinya "orang Yehuda". Frasa "agama Yahudi" adalah padanan untuk kata Iudaismus, bentuk Latin dari kata Yunani Ἰουδαϊσμός, Ioudaismos (dibentuk dari kata kerja ἰουδαΐζειν, ioudaizein, yang berarti "memihak atau menyerupai orang Yudea").[38] Cikal bakal kata ini adalah kata Ibrani יהודה, Yehudah,[39][40] yang juga adalah cikal bakal dari kata Ibrani untuk agama Yahudi, yakni יַהֲדוּת, Yahadut. Istilah Ioudaismos pertama kali muncul dalam Kitab 2 Makabe, yang ditulis pada abad ke-2 SM. Sesuai dengan konteks zamannya, istilah ini menyiratkan usaha "mencari atau membentuk jati diri budaya" bangsa,[41] sebagaimana kebalikannya, Helenismos (Ἑλληνισμός), menyiratkan ketertundukan bangsa kepada adat-istiadat Yunani. Konflik antara Iudaismos dan Helenismos melatarbelakangi Pemberontakan Makabe, dan oleh karena itu juga melatarbelakangi kemunculan istilah Iudaismos.[41] Dalam bukunya yang berjudul The Beginnings of Jewishness, Shaye J. D. Cohen mengemukakan bahwa:
Beda antara Yahudi selaku bangsa dan Yahudi selaku agamaMenurut Daniel Boyarin, perbedaan hakiki antara kebangsaan dan agama tidaklah dikenal dalam agama Yahudi, malah merupakan salah satu wujud nyata paham dualisme jasmani-rohani dari ajaran filsafat Plato yang berhasil menyusup masuk ke dalam ajaran-ajaran Yahudi Yunani.[43] Oleh karena itu, ia berpandangan bahwa agama Yahudi tidak bisa begitu saja dimasukkan ke dalam kategori-kategori yang sudah lumrah di Dunia Barat, semisal agama, suku bangsa, maupun kebudayaan. Menurut Daniel Boyarin, hal ini antara lain mencerminkan kenyataan bahwa sebagian besar dari sejarah agama Yahudi, yang sudah berumur lebih dari 3000 tahun itu, terjadi sebelum kebangkitan budaya Barat, dan berlangsung di luar Dunia Barat (Eropa, khususnya Eropa pada Abad Pertengahan dan Zaman Modern). Sepanjang perjalanan sejarahnya, bangsa Yahudi mengalami sendiri bagaimana rasanya diperbudak, membentuk pemerintahan sendiri yang bersifat anarkis dan teokratis, melancarkan aksi penaklukan, dijajah, dan menjadi orang buangan. Di luar tanah leluhur, mereka mengenal dan terpapar budaya Mesir, Babel, Persia, serta Yunani, maupun gerakan-gerakan Zaman Modern semisal gerakan Pencerahan (baca artikel Haskalah) dan gerakan Kebangkitan Nasional, yang kelak membuahkan pendirian negara bangsa Yahudi di tanah leluhur mereka, Tanah Israel. Bangsa Yahudi juga menyaksikan bagaimana agama mereka diterima dan dipeluk oleh suatu bangsa yang besar dan terkemuka (bangsa Kazar), tetapi kemudian sirna begitu saja setelah negeri bangsa besar ini jatuh ke tangan bangsa Rus, kemudian ke tangan bangsa Mongol. Oleh karena itu, Daniel Boyarin berpandangan bahwa "keyahudian mendobrak batasan kategori-kategori jati diri, karena Yahudi bukan sekadar bangsa, bukan sekadar nasab, dan bukan sekadar agama, melainkan semua-muanya, dalam ketegangan dialektis."[44] Bertolak belakang dengan pandangan ini, mazhab-mazhab semisal Yahudi Humanis justru menolak aspek religi dari keyahudian, dan hanya mempertahankan tradisi-tradisi budaya tertentu. Siapa itu orang YahudiMenurut pandangan Yahudi Rabani, orang Yahudi adalah siapa saja yang beribu kandung seorang Yahudi, dan siapa saja yang masuk Yahudi seturut syariat agama Yahudi. Menurut pandangan Yahudi Rekonstruksionistis dan Yahudi Pembaharuan, orang Yahudi adalah siapa saja yang beribu atau berayah kandung seorang Yahudi, dan dibesarkan sebagai orang Yahudi oleh orang tuanya. Semua mazhab utama agama Yahudi kini membuka pintunya bagi siapa saja yang berniat memeluk agama Yahudi, kendati umat Yahudi sudah turun-temurun diimbau sejak zaman Talmud untuk tidak menerima pemeluk baru. Proses yang dilakoni seseorang untuk berpindah keyakinan ke agama Yahudi dengan cermat ditelaah oleh pihak yang berwenang, demikian pula ketulusan niat serta pengetahuan yang bersangkutan tentang agama Yahudi.[45] Seorang Yahudi pemula disebut ben Abraham (Abrahamputra) atau bat Abraham (Abrahamputri). Adakalanya perpindahan agama malah dimentahkan kembali oleh pihak berwenang. Pada tahun 2008, pengadilan tinggi agama di Israel membatalkan perpindahan 40.000 orang ke dalam agama Yahudi, sekalipun sudah dinyatakan sahih oleh seorang rabi Yahudi Ortodoks. Sebagian besar dari mereka adalah keluarga-keluarga imigran dari Rusia.[46] Menurut pandangan Yahudi Rabani, begitu seseorang menjadi Yahudi, baik karena terlahir Yahudi maupun karena masuk Yahudi, sampai mati ia tetap Yahudi. Dengan demikian, orang Yahudi yang mengaku ateis atau sudah berganti agama tetap saja diakui sebagai orang Yahudi menurut pandangan tradisional dalam agama Yahudi. Menurut beberapa sumber, mazhab Yahudi Pembaharuan berpendirian bahwa orang Yahudi yang pindah ke agama lain sudah bukan lagi orang Yahudi.[47] Pendirian yang sama juga dijadikan pedoman oleh pemerintah Israel dalam penuntasan perkara dan statuta di Mahkamah Agung.[48] Sekalipun demikian, mazhab Yahudi Pembaharuan menjelaskan bahwa pendirian semacam ini tidak boleh diamalkan secara kaku, karena situasi-situasi yang berbeda memerlukan penanganan yang berbeda pula. Sebagai contoh, orang-orang Yahudi yang murtad di bawah paksaan dapat diizinkan kembali memeluk agama Yahudi "tanpa syarat selain niat yang tulus untuk bersatu kembali dengan komunitas Yahudi", dan "orang yang pernah masuk Yahudi lalu murtad tetap saja terhitung Yahudi".[49] Umat Yahudi Karayi percaya bahwa jati diri keyahudian hanya dapat diwarisi seseorang dari ayah kandungnya, kendati sekarang ini banyak yang percaya bahwa jati diri keyahudian diwarisi seseorang dari kedua orang tua kandungnya, bukan ayah saja. Menurut umat Yahudi Karayi, jati diri keyahudian hanya dapat diwariskan dari ayah kepada putra kandung karena semua alur silsilah yang dijabarkan di dalam kitab Taurat adalah alur silsilah laki-laki.[50] Persoalan tentang hal-hal yang menentukan Yahudi tidaknya seseorang di Negara Israel kembali ramai dibahas tatkala David Ben-Gurion meminta fatwa perihal mihu Yehudi ("siapa itu orang Yahudi") dari para pemuka agama dan alim-ulama Yahudi sedunia pada era 1950-an dalam rangka menuntaskan masalah-masalah kewarganegaraan. Persoalan ini tak kunjung tuntas, dan sesekali mencuat kembali di tengah pusaran politik Israel. Pemahaman tentang identitas Yahudi secara turun-temurun berpedoman kepada ketentuan syariat bahwa orang Yahudi adalah setiap orang yang beribu kandung seorang Yahudi atau menjadi pemeluk agama Yahudi menurut aturan syariat. Definisi-definisi terkait "siapa itu orang Yahudi" sudah dirumuskan semenjak Taurat Tutur dituangkan secara tertulis ke dalam Talmud Babel sekitar tahun 200 tarikh Masehi. Tafsir-tarsif atas bagian-bagian tertentu dari Tanak, semisal Keluaran 7:1–5, oleh alim-ulama Yahudi terkemuka, digunakan sebagai peringatan kepada umat Yahudi untuk menghindari amalan kawin campur dengan orang Kanaan, karena suami non-Yahudi "akan membuat anak-anakmu berpaling dari Aku dan memuja ilah bangsa-bangsa lain." Imamat 24:10 menetapkan bahwa anak laki-laki yang lahir dari perkawinan seorang perempuan Ibrani dengan seorang laki-laki Mesir "terhitung sebagai orang Israel." Dalil ini dikuatkan oleh ayat-ayat Ezra 10:2–3, yang meriwayatkan ikrar orang Israel untuk meninggalkan istri-istri dari bangsa lain berikut anak-anak yang mereka lahirkan.[51][52] Ada teori populer bahwa pemerkosaan terhadap kaum perempuan Yahudi semasa hidup di tanah pembuangan adalah cikal bakal dari ketentuan bahwa orang Yahudi adalah orang yang beribu kandung seorang Yahudi, tetapi teori ini ditentang oleh para ulama dengan dalil bahwa hukum ini sudah ditetapkan di dalam Talmud sebelum zaman pembuangan.[53][54] Tafsir-tafsir identitas keyahudian berdasarkan syariat mulai disanggah semenjak munculnya gerakan Haskalah yang bersifat antiagama pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19.[55] Demografi YahudiJumlah umat Yahudi sedunia sukar untuk dipastikan lantaran adanya kesimpangsiuran dalam penentuan "siapa itu orang Yahudi". Tidak semua orang Yahudi mengaku Yahudi, dan sebagian pihak yang mengaku Yahudi justru tidak dianggap Yahudi oleh sesama orang Yahudi. Menurut Buku Tahunan Yahudi edisi 1901, populasi umat Yahudi sedunia pada tahun 1900 mencapai sekitar 11 juta jiwa. Data termutakhir disajikan oleh Survei Populasi Yahudi Sedunia tahun 2002 dan Kalender Yahudi tahun 2005. Menurut Survei Populasi Yahudi Sedunia, jumlah keseluruhan umat Yahudi pada tahun 2002 mencapai 13,3 juta Jiwa. Menurut Kalender Yahudi, jumlah umat Yahudi sedunia pada tahun 2005 mencapai 14,6 juta jiwa. Angka pertumbuhan populasi Yahudi sekarang ini hampir mendekati nol persen, yakni 0,3% dari tahun 2000 sampai 2001. Dari segi jumlah, dibandingkan dengan pemeluk agama Islam dan Kristen, Yahudi sangat kecil. Atlas Of The World's Religions menyebut bahwa jumlah pemeluk Yahudi adalah 15.050.000 jiwa. [56] Bandingkan dengan jumlah pemeluk Islam, yaitu 1.179.326.000 orang, dan pemeluk kristen 1.965.993.000 orang. CM Pilkington dalam buku Judaism justru menyebutkan angka yang lebih kecil yaitu 13 juta jiwa. Mereka kini tersebar, terutama di sepuluh negara seperti Amerika Serikat (5.800.000), Israel (5.300.000), bekas Uni Soviet (879.800) Prancis (650.000), Kanada (362.000), Inggris (285.000), Brazil (250.000), Argentina (240.000), Hongaria (100.000), dan Australia (97.000).[56] Mazhab-mazhabYahudi RabaniYahudi Rabani (bahasa Ibrani: יהדות רבנית, Yahadut Rabanit) adalah mazhab utama agama Yahudi semenjak abad ke-6 tarikh masehi, sesudah penyusunan kitab Talmud. Ciri khas mazhab ini adalah keyakinan bahwa Taurat Tersurat (hukum tertulis) tidak dapat ditafsirkan dengan benar tanpa merujuk kepada Taurat Tutur dan berjilid-jilid tebal susastra agama yang memerinci segala macam perilaku yang benar menurut hukum syariat. Munculnya gerakan Pencerahan Yahudi pada akhir abad ke-18 mengakibatkan umat Yahudi Askenasi (umat Yahudi Dunia Barat) terpecah belah menjadi sejumlah mazhab, khususnya di Amerika Utara dan negara-negara penutur bahasa Inggris. Mazhab-mazhab besar di luar Israel sekarang ini adalah Yahudi Ortodoks, Yahudi Konservatif, dan Yahudi Pembaharuan.
, dan mengutamakan seruan nabi-nabi untuk menegakkan akhlakul karimah. Mazhab Yahudi Pembaharuan mengembangkan ragam ibadat berjemaah yang dijiwai semangat kesetaraan antarsesama insan dalam bahasa tutur masyarakat di sekitarnya (sering kali bersama-sama dengan bahasa Ibrani), dan mementingkan hubungan yang bersifat pribadi dengan tradisi Yahudi.
Sefardi dan MizrahiKendati adat-istiadat memang berbeda-beda dari satu komunitas Yahudi ke komunitas Yahudi lainnya, umat Yahudi Sefardi dan umat Yahudi Mizrahi pada umumnya boleh dikata tidak mengikuti tatanan mazhab sebagaimana umat Yahudi Askenasi.[59] Umat Sefardi dan Mizrahi mengesampingkan mazhab-mazhab karena lebih suka menerapkan pendekatan "kemah besar" yang mengayomi semua orang.[60] Kebijakan inilah yang kini berlaku di Israel, tempat tinggal komunitas umat Sefardi dan Mizrahi yang terbesar di dunia. Meskipun demikian, seorang Yahudi Sefardi atau Mizrahi dapat saja menjadi warga jemaat atau mengikuti sembahyang berjemaah di sinagoga milik jemaat salah satu mazhab. Amalan-amalan umat Sefardi dan Mizrahi cenderung konservatif, tercermin pada teks upacara-upacara sembahyang mereka yang nyaris tidak berubah sejak pertama kali tersurat. Umat Sefardi yang taat boleh saja menganut ajaran mazhab tertentu atau ulama tertentu, misalnya Ketua Rabi Israel dari kalangan Sefardi. Mazhab-mazhab di IsraelKebanyakan warga Yahudi Israel menyebut diri dengan istilah "sekuler" (hiloni), jika bukan "tradisional" (masorti), "agamawi" (dati), atau haredi. Istilah "sekuler" lebih banyak digunakan oleh keluarga-keluarga Israel asal Eropa Barat, yang mungkin saja sangat bangga menjadi orang Yahudi, tetapi tidak menganggap keyahudian dirinya bergantung penuh pada iman dan amalan warisan leluhur. Warga Yahudi "sekuler" nyaris tidak mempedulikan tata kehidupan beragama, baik dari jawatan resmi alim-ulama Israel (Yahudi Ortodoks) maupun dari mazhab-mazhab berhaluan liberal yang lazim dianut di luar Israel (mazhab Yahudi Pembaharuan, dan mazhab Yahudi Konservatif). Istilah "tradisional" (masorti) lebih lumrah digunakan oleh keluarga-keluarga Israel asal Dunia Timur (Timur Tengah, Asia Tengah, dan Afrika Utara). Istilah ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan mazhab Yahudi Konservatif, yang juga menyebut diri "masorti" di luar Amerika Utara. Makna istilah "sekuler" dan "tradisional" di Israel sangatlah taksa, sering kali saling tumpang tindih, dan sangat luas cakupannya sehubungan dengan wawasan dunia dan pengamalan agama. Istilah "ortodoks" tidak populer digunakan dalam wacara di Israel, sekalipun persentase umat Yahudi yang berhaluan ortodoks jauh lebih besar di Israel daripada di luar Israel. Apa yang disebut "ortodoks" di luar Israel bisanya disebut dati (agamawi) atau haredi (ultra-Ortodoks) di Israel. Sebutan dati mencakup kalangan yang disebut komunitas "Sionisme Religius" atau "Nasional Religius", maupun kalangan yang kurang lebih sedasawarsa lalu disebut haredi-leumi (haredi nasionalis) atau "Hardal", yang memadukan cara hidup ala haredi dengan ideologi kebangsaan. Dalam bahasa Yidi, umat Yahudi Ortodoks yang taat beragama disebut frum, kebalikan dari frei, yakni umat Yahudi yang lebih liberal. Istilah haredi digunakan untuk menyebut populasi umat Yahudi yang kurang lebih dapat dibagi menjadi tiga golongan berdasarkan suku bangsa dan ideologi. Ketiga golongan tersebut adalah "umat Lituania" alias umat Haredim Askenasi non-Hasidi, umat Haredim Askenasi Hasidi, dan umat Haredim Sefardi. Karayi dan SamiriUmat Yahudi Karayi mengaku sebagai sisa-sisa dari jemaat-jemaat Yahudi non-Rabani pada zaman Haikal ke-2, semisal kaum Saduki. Umat Karayi, alias umat Qari'un atau umat Kitabi, hanya berpegang pada Alkitab Ibrani dan apa yang mereka anggap sebagai pesyat (makna yang "bersahaja" dari ayat-ayat Kitab Suci). Mereka tidak memedomani susastra selain Kitab Suci. Sejumlah umat Karayi Eropa malah menganggap diri mereka bukan bagian dari umat Yahudi, kendati sebagian besar umat Karayi tidak berpandangan demikian. Umat Yahudi Samiri adalah komunitas kecil umat Yahudi yang seluruh anggotanya bermukim di sekitar Gunung Gerizim di Tepi Barat, dan di Holon, kota tetangga Tel Aviv, di Israel. Umat Samiri mengaku sebagai keturunan rakyat Kerajaan Israel. Amalan-amalan mereka didasarkan pada makna harfiah dari ayat-ayat Taurat (Pancasastra Musa), yang mereka pedomani sebagai satu-satunya Kitab Suci. HaymanotHaymanot (artinya "keimanan" atau "agama" dalam bahasa Ge'ez dan bahasa Amara) adalah sebutan bagi ragam agama Yahudi yang dipeluk bangsa Etiopia. Ragam Yahudi Etiopia ini pada hakikatnya berbeda dari ragam Yahudi Rabani, Karayi, maupun Samiri. Umat Yahudi Etiopia sudah sejak semula menempuh jalan yang berbeda dari rekan-rekan mereka sesama umat Yahudi. Kitab Suci mereka, Orit (Astasastra), ditulis dalam bahasa dan aksara Ge'ez, alih-alih dalam bahasa dan aksara Ibrani, sementara hukum kasrut mereka semata-mata didasarkan atas ayat-ayat Orit, tanpa dibantu ulasan-ulasan penjelas. Hari-hari raya mereka pun berbeda. Sejumlah hari raya khas Yahudi Rabani tidak dirayakan oleh umat Yahudi Etiopia, dan sebaliknya ada hari-hari raya Yahudi Etiopia yang tidak dirayakan oleh umat Yahudi selebihnya, semisal hari raya Sigid (sujud). AmalanEtikaEtika Yahudi berpedoman kepada syariat, asas-asas kesusilaan, maupun kebajikan-kebajikan utama menurut agama Yahudi. Amalan-amalan etika Yahudi lazimnya dipahami sebagai amalan-amalan yang mengandung nilai-nilai luhur seperti keadilan, kebenaran, kerukunan, kasih sayang (hesed), welas asih, kerendahan hati, dan harga diri (Berdasarkan keadilan). Amalan-amalan etika Yahudi yang bersifat khusus mencakup tindakan bederma (ber-tsedakah) dan memelihara tutur kata (pantang ber-lasyon hara). Amalan-amalan etika seputar urusan syahwat dan berbagai macam urusan lain merupakan pokok perbantahan di kalangan umat Yahudi. SembahyangMenurut tradisi, umat Yahudi bersembahyang tiga kali sehari, yakni menunaikan Syaharit (sembahyang pagi), Minha (sembahyang siang), dan Ma'rib (sembahyang malam), ditambah lagi dengan Musaf (sembahyang tambahan) setiap hari Sabat dan hari-hari raya. Inti dari setiap sembahyang Yahudi adalah Amidah (doa sambil berdiri) atau Syemoneh Esreh (delapan belas doa). Doa penting lain dalam sembahyang Yahudi adalah pemakluman iman, yakni Syema Yisrael (dengarlah ya Israel) atau Syema (dengarlah). Syema adalah pelantunan ayat Ulangan 6:4 dalam kitab Taurat, yang berbunyi syema Yisrael, Adonai Eloheinu, Adonai Ehad (dengarlah ya Israel, Sang Rabb itu Tuhan kita, Sang Rabb itu esa). Sebagian besar doa Yahudi tradisional dapat didaraskan dalam sembahyang pribadi, kendati orang lebih suka bersembahyang secara berjemaah. Sembahyang berjemaah hanya mungkin terlaksana jika jumlah hadirin mencukupi kuorum sepuluh orang Yahudi akil balig, yang disebut minyan. Sehubungan dengan penentuan tercapai tidaknya minyan ini, hampir semua jemaat Yahudi Ortodoks dan segelintir jemaat Yahudi Konservatif hanya memperhitungkan jumlah hadirin laki-laki, sementara sebagian besar jemaat Yahudi Konservatif dan jemaat-jemaat Yahudi dari mazhab-mazhab lain memperhitungkan pula jumlah hadirin perempuan. Selain bersembahyang, umat Yahudi yang masih berpegang teguh pada amalan warisan leluhur juga mendaraskan doa dan restu setiap kali mengerjakan sesuatu. Umat Yahudi mendaraskan doa setiap kali bangun pagi, sebelum menyantap berbagai jenis hidangan, seusai bersantap, dan seterusnya. Pendekatan terhadap urusan sembahyang berbeda-beda dari satu mazhab ke mazhab lain. Perbedaan-perbedaan antarmazhab dalam urusan sembahyang mencakup perbedaan kalimat-kalimat doa, kekerapan bersembahyang, banyaknya doa yang didaraskan dalam berbagai acara keagamaan, pemanfaatan alat musik dan paduan suara, serta bahasa yang dipakai saat mendaraskan doa. Pada umumnya jemaat-jemaat Yahudi Ortodoks dan Yahudi Konservatif lebih taat mengikuti amalan warisan leluhur, sementara jemaat-jemaat Yahudi Pembaharuan dan Yahudi Rekonstruksionistis lebih suka menggunakan terjemahan dan karya-karya tulis mutakhir dalam persembahyangan. Dalam kebanyakan jemaat Yahudi Konservatif, seluruh jemaat Yahudi Pembaharuan, dan seluruh jemaat Yahudi Rekonstruksionistis, kaum perempuan ikut terlibat dalam persembahyangan selaku insan yang setara dengan kaum lelaki, termasuk dalam pelaksanaan tugas-tugas yang menurut tradisi hanya dilaksanakan kaum lelaki, misalnya melantunkan ayat-ayat Taurat. Selain itu, banyak rumah ibadat Yahudi Pembaharuan juga menggunakan musik pengiring persembahyangan, seperti iringan organ dan paduan suara campuran. Pakaian khususKipah (bahasa Ibrani: כִּפָּה, jamak: kipot; bahasa Yidi: יאַרמלקע, yarmulke) adalah kopiah bundar yang dikenakan banyak orang Yahudi saat berdoa, bersantap, mendaraskan restu, serta mengkaji susastra agama, dan dikenakan sepanjang waktu oleh sebagian kaum lelaki Yahudi. Di lingkungan Yahudi Ortodoks, hanya kaum lelaki yang mengenakan kipah, sementara di kalangan Yahudi non-Ortodoks, ada juga kaum perempuan yang mengenakannya. Ada bermacam-macam ukuran kipah, mulai dari kopiah bundar setelapak tangan yang hanya menyungkupi puncak batok kepala, sampai sebesar kupluk yang menyelubungi seluruh batok kepala. Tsitsit (bahasa Ibrani: צִיציִת, jamak: tsitsiyot) adalah jumbai atau jurai bersimpul khusus pada keempat ujung talit (bahasa Ibrani: טַלִּית, jamak: talitot) alias tudung sembahyang. Talit dikenakan oleh kaum lelaki dan segelintir kaum perempuan Yahudi saat bersembahyang. Komunitas-komunitas umat Yahudi memelihara amalan yang berbeda-beda perihal kapan seorang Yahudi boleh mulai mengenakan talit. Dalam komunitas Yahudi Sefardi, kaum lelaki mulai mengenakan talit sejak usia bar mitswah. Di sejumlah komunitas Yahudi Askenasi, kaum lelaki baru mulai bertalit sesudah kawin. Talit katan (talit kecil) adalah baju berjurai yang dikenakan sepanjang hari sebagai baju dalam. Di sejumlah komunitas Yahudi Ortodoks, jurainya sengaja dibiarkan terjulur bebas dari tepi bawah baju luar. Tefilin (bahasa Ibrani: תְפִלִּין) atau tali sembahyang, adalah dua kotak kecil dari kulit, diisi secarik kertas bertuliskan ayat-ayat Alkitab, dan dipasang pada sabuk kulit. Tefilin dililitkan ke sekeliling dahi dan lengan kanan selama menunaikan sembahyang pagi pada hari-hari biasa oleh kaum lelaki dan segelintir kaum perempuan Yahudi yang taat beragama.[61] Kitel (bahasa Yidi: קיטל) adalah jubah luar putih selutut yang dikenakan oleh pemimpin persembahyangan dan oleh sejumlah orang Yahudi yang masih memegang teguh adat lama pada hari-hari dahsyat. Di sejumlah komunitas Yahudi, sudah diadatkan bagi keluarga untuk mengenakan kitel selama berlangsungnya Seder Paskah, dan adakalanya dikenakan pula oleh mempelai pria saat berdiri di bawah naungan teratak pengantin. Sebelum dikubur, jenazah laki-laki diselubungi talit, dan kadang-kadang juga dipakaikan kitel, sebagai bagian dari takrikim (kafan). Hari rayaHari-hari raya Yahudi adalah hari-hari istimewa dalam penanggalan Ibrani. Hari-hari besar ini merupakan kesempatan khusus untuk memperingati peristiwa-peristiwa tertentu dalam sejarah bangsa Yahudi dan tema-tema utama dalam hubungan antara Tuhan dengan makhluk-Nya, semisal penciptaan, pewahyuan, dan penyelamatan. Hari SabatSabat adalah hari istirahat mingguan, terhitung sejak terbenamnya matahari pada hari Jumat sampai dengan terbenamnya matahari pada hari Sabtu. Sabat dirayakan untuk memperingati hari istirahat Tuhan selepas enam hari penciptaan.[62] Sabat berperan penting dalam pengamalan agama Yahudi, dan diatur dengan banyak hukum agama. Selagi matahari terbenam pada hari Jumat, ibu-ibu rumah tangga menyambut datangnya Sabat dengan menyalakan dua atau lebih pelita seraya melisankan restu. Santap malam diawali dengan Kidus, restu yang dilisankan atas secawan anggur, dan Mohtsi, restu yang dilisankan atas roti. Lazimnya orang menyajikan halah, dua ketul roti kepang, di atas meja. Selama hari Sabat, umat Yahudi tidak dibenarkan melakukan kegiatan-kegiatan yang tergolong dalam 39 kategori melakah, yang secara harfiah berarti "kerja". Kegiatan-kegiatan yang dilarang pada hari Sabat sesungguhnya bukanlah "kerja" dalam arti sehari-hari, melainkan tindakan-tindakan tertentu seperti menyalakan api, menulis, membelanjakan uang, dan mengangkut barang di ruang publik. Pada Zaman Modern, pantangan menyalakan api diperluas sehingga mencakup pula tindakan mengemudi mobil, yang berkaitan dengan pembakaran bahan bakar, dan pemanfaatan tenaga listrik. Hari-hari ziarahHari-hari raya (hagim) Yahudi merupakan peringatan peristiwa-peristiwa yang menjadi tonggak sejarah Yahudi, semisal peristiwa hijrah besar-besaran dari Mesir atau peristiwa nuzulut Taurat, dan adakalanya merupakan peringatan peralihan musim dan masa pancaroba yang erat kaitannya dengan daur bercocok tanam. Tiga hari raya utama Yahudi, yakni Sukot, Paskah, dan Syabuot, disebut "regalim" (dari kata Ibrani "regel", yang berarti "kaki"). Pada ketiga regalim ini, lazimnya bangsa Israel berziarah ke Yerusalem untuk mempersembahkan kurban di Haikal.
Hari-hari dahsyatHari-hari dahsyat (Yamim Noraim) adalah hari-hari peringatan akan hisab dan ampunan Tuhan.
PurimPurim (bahasa Ibrani: פורים, pûrîm, "undi") adalah hari raya sukacita untuk memperingati luputnya umat Yahudi Persia dari muslihat jahat Haman, yang hendak membinasakan mereka, sebagaimana diriwayatkan dalam Kitab Ester. Purim dirayakan dengan melantunkan ayat-ayat Kitab Ester di hadapan sidang jemaat, saling bertukar hantaran makanan dan minuman, bederma kepada fakir miskin, dan menggelar perjamuan makan minum (Ester 9:22). Ada pula yang merayakannya dengan menenggak anggur, menyantap kue khusus yang disebut hamantas, mengenakan topeng dan pakaian yang aneh-aneh, serta berpawai dan berpesta. Purim dirayakan setiap tanggal 14 bulan Adar menurut penanggalan Ibrani, antara bulan Februari dan Maret menurut penanggalan Gregorius. HanukahHanukah (bahasa Ibrani: חֲנֻכָּה, "penahbisan") juga dikenal sebagai Hari Raya Nur, adalah perayaan selama delapan hari, mulai dari tanggal 25 bulan Kislew menurut penanggalan Ibrani. Perayaan dilaksanakan di rumah tinggal masing-masing dengan cara menyalakan delapan pelita satu demi satu selama delapan malam. Satu pelita dinyalakan pada malam pertama, dua pelita pada malam kedua, dan seterusnya. Hari raya ini dinamakan Hanukah (penahbisan) karena merupakan peringatan penyucian kembali Haikal Yerusalem, setelah sempat dinajiskan oleh Antiokos Epifanes, Maharaja Syam dari wangsa Seleukos. Dari segi rohani, Hanukah adalah peringatan "Mukjizat Minyak". Diriwayatkan di dalam Talmud bahwa tatkala Haikal disucikan kembali sesudah Makabe bersaudara mengecundangi Kemaharajaan Wangsa Seleukos, persediaan minyak zaitun murni untuk menyalakan nur abadi hanya cukup untuk sehari, sementara kegiatan mengempa biji zaitun dan mengolah minyak perasannya sampai menjadi bahan bakar siap pakai memerlukan waktu delapan hari. Tanpa disangka-sangka nur abadi terus menyala tanpa tambahan minyak selama delapan hari, yakni sampai ada lagi minyak zaitun murni untuk ditambahkan ke dalam pelita-pelita nur abadi pada kandil Haikal. Hanukah tidak diriwayatkan di dalam Kitab Suci, dan tidak dianggap sebagai hari yang penting untuk dirayakan, tetapi kini dirayakan dengan semakin meriah dan oleh semakin banyak orang karena bertepatan dengan perayaan Natal, dan karena sesuai dengan semangat kebangsaan Yahudi yang terus digembar-gemborkan sejak berdirinya negara Israel. Hari-hari puasaTanggal 9 bulan Ab (bahasa Ibrani: תשעה באב, Tisyah Be Ab) adalah hari berkabung dan berpuasa untuk mengenang peristiwa penghancuran gedung Haikal pertama dan gedung Haikal ke-2, serta peristiwa pengusiran umat Yahudi dari negeri Spanyol. Ada lagi tiga hari puasa lain untuk memperingati berbagai peristiwa seputar penghancuran Haikal, yakni tanggal 17 bulan Tamuz, tanggal 10 bulan Tebet, dan hari Tsom Gedalyah (saum Gedalyah) yang jatuh tiap tanggal 3 bulan Tisri. Hari-hari besar nasional IsraelHari-hari besar nasional Israel yang erat kaitannya dengan agama dan bangsa Yahudi adalah Yom Ha Syoah (Hari Bencana), Yom Ha Zikaron (Hari Pahlawan), dan Yom Ha Atsmaut (Hari Kemerdekaan). Yom Ha Syoah adalah hari untuk mengenang para korban musibah Holokaus, Yom Ha Zikaron adalah hari untuk mengenang para prajurit Israel yang telah gugur serta para korban aksi terorisme, sementara Yom Ha Atsmaut adalah hari peringatan proklamasi kemerdekaan negara Israel. Ada sebagian pihak yang memilih untuk memperingati musibah Holokaus setiap tanggal 10 bulan Tebet. Pembacaan TauratInti persembahyangan pada hari-hari Sabat dan hari-hari raya adalah pembacaan ayat-ayat kitab Taurat dan pembacaan Haftarah, yakni ayat-ayat kitab lain dalam Tanak yang masih berkaitan dengannya, di hadapan sidang jemaat. Seluruh isi Taurat habis dibacakan dalam jangka waktu setahun, dari satu musim gugur ke musim gugur berikutnya, dimulai pada hari raya Simhat Torah. Sinagoga dan prasarana keagamaanSinagoga atau kanisah (bahasa Ibrani: בית כנסת, Bet Keneset, "balai sidang") adalah rumah ibadat sekaligus tempat pengajian agama Yahudi. Biasanya bangunan sinagoga terdiri atas ruangan-ruangan terpisah untuk keperluan sembahyang berjemaah, sidang pengajian, acara ramah-tamah, dan pendidikan. Tidak ada ketentuan khusus mengenai rancang bangun rumah ibadat Yahudi, sehingga muncul beraneka macam bentuk bangunan dan desain interior gedung sinagoga. Umat Yahudi Pembaharuan lebih suka menyebut rumah ibadat mereka dengan istilah "haikal". Unsur-unsur tradisional dari sebuah sinagoga antara lain adalah:
Prasarana penting lainnya dalam agama Yahudi adalah yesyibah (madrasah Yahudi), dan mikwah (bak mandi berendam untuk keperluan bersuci). KasrutKasrut adalah hukum halal-haram santapan dalam agama Yahudi. Santapan yang diolah dan dihidangkan dengan berpedoman kepada hukum kasrut disebut makanan kosyer (laik santap), sementara makanan non-kosyer disebut terefah (cacat). Tindakan menjalankan hukum kasrut dengan tekun lazimnya disebut "memelihara kosyer".[63] Ada banyak pasal hukum kasrut yang mengatur tentang santapan berbahan dasar hewani. Sebagai contoh, satwa menyusui yang boleh diolah menjadi santapan kosyer haruslah berkuku belah sekaligus memamah biak. Babi adalah contoh paling terkenal dari satwa non-kosyer.[64] Kendati berkuku belah, babi tidak memamah biak.[65] Satwa laut yang boleh diolah menjadi boga bahari kosyer haruslah bersirip dan bersisik. Dengan demikian, satwa laut bercangkang serta segala macam udang, kepiting, dan belut merupakan satwa-satwa non-kosyer. Kendati Taurat memuat senarai unggas non-kosyer, beberapa nama di antaranya tidak dapat lagi diketahui artinya maupun dipastikan jenisnya. Meskipun demikian, umat Yahudi masih melestarikan tradisi yang berkaitan dengan status kasrut unggas. Sebagai contoh, kebanyakan komunitas Yahudi menganggap ayam dan kalkun sebagai unggas kosyer. Jenis-jenis satwa selebihnya, yakni satwa dwialam, satwa melata, dan kebanyakan jenis serangga, terlarang untuk disantap.[63] Selain itu, daging satwa selain ikan harus berasal dari satwa sehat yang disembelih mengikuti syehitah, kaidah penyembelihan. Penyembelihan yang menyimpang dari syehitah akan membuat sembelihan menjadi terefah. Penerapan syehitah dimaksudkan untuk membuat proses penyembelihan berlangsung cepat dan relatif tidak menyakitkan. Darah, lapisan lemak, dan urat daging pangkal paha, terlarang untuk disantap.[63] Daging satwa menyusui tidak boleh disantap bersama-sama dengan olahan susu. Lama jeda antara menyantap daging dan menyantap olahan susu berbeda-beda berdasarkan urutan penyantapan serta kebiasaan komunitas yang mengamalkannya, dan dapat saja berlangsung sampai enam jam. Pasal ini didasarkan atas larangan Alkitab untuk memasak anak binatang di dalam air susu induknya, dan kebanyakan bersumber dari Taurat Tutur, Talmud, serta hukum Rabani.[63] Daging unggas kosyer dianggap sama dengan daging satwa menyusui, tetapi larangan menyantap daging unggas bersama-sama dengan olahan susu bukanlah larangan Alkitabiah, melainkan larangan Rabani.[66] Kecerobohan dalam pemanfaatan wadah, alat makan, dan panggangan akan membuat makanan kosyer menjadi terefah. Peralatan dapur yang pernah dipakai untuk mengolah santapan non-kosyer, atau wadah saji yang pernah dipakai untuk menghidangkan daging, kemudian dipakai lagi untuk menghidangkan olahan susu, akan membuat makanan kosyer menjadi terefah berdasarkan syarat-syarat tertentu.[63] Selain itu, para ulama Yahudi Ortodoks dan beberapa ulama Yahudi Konservatif melarang konsumsi olahan buah anggur yang dihasilkan orang-orang non-Yahudi, lantaran adanya amalan pagan yang memanfaatkan minuman anggur dalam upacara peribadatannya.[63] Sejumlah ulama Yahudi Konservatif memperbolehkan konsumsi minuman anggur dan sari buah anggur yang diproduksi tanpa pengawasan para rabi.[67] Sebagian besar dari aturan kasrut termaktub di dalam kitab Taurat tanpa disertai keterangan mengenai alasan-alasan khusus yang melatarbelakanginya.[63] Meskipun demikian, alim-ulama telah mengedepankan sejumlah penjelasan, antara lain adalah untuk memelihara ketahiran diri, melatih pengendalian hawa nafsu, menumbuhkan ketakwaan, meningkatkan kesehatan, mengurangi perilaku kejam terhadap binatang, dan demi lestarinya keistimewaan yang membedakan umat Yahudi dari umat manusia selebihnya.[68] Berbagai macam pasal hukum makan minum mungkin dirumuskan karena ada alasan khusus, dan beberapa pasal mungkin pula wujud lantaran lebih dari satu alasan. Sebagai contoh, larangan mengonsumsi darah ungggas dan satwa menyusui didasarkan atas pernyataan Taurat bahwa nyawa binatang terkandung di dalam darahnya.[69] Di lain pihak, Taurat sendiri melarang Bani Israel menyantap satwa-satwa non-kosyer hanya lantaran satwa-satwa itu "keji".[70] Kabalah memaparkan tentang pijar-pijar kekudusan yang terpancar lepas berkat tindakan menyantap makanan kosyer, tetapi pijar-pijar ini terlampau erat terbelenggu di dalam makanan-makanan non-kosyer sehingga sukar dilepaskan melalui penyantapan.[71] Selain mengatasi sebagian besar isi syariat, keselamatan nyawa manusia juga mengatasi seluruh pasal hukum kasrut.[72][73] Ketahiran diriTanak menjabarkan hal-hal yang dapat mengubah keadaan diri seseorang dari taharah (tahir) menjadi tumah (cemar), antara lain bersentuhan dengan jenazah, kubur, cairan kemaluan laki-laki, cairan kemaluan perempuan, dan darah haid, maupun bersentuhan dengan orang yang sudah cemar akibat salah satu dari hal-hal tersebut.[74][75] Di lingkungan Yahudi Rabani, para kohanim, yakni puak-puak imam dari zaman Haikal, dilarang menginjakkan kaki di tanah pekuburan maupun menyentuh jenazah.[76] Pada zaman Haikal, para kohanim hanya dibenarkan menyantap roti sesaji (terumah) dalam keadaan tahir. Hukum khusus bagi para imam ini akhirnya memunculkan hukum-hukum yang lebih kaku sifatnya, semisal hukum membasuh tangan, yang diwajibkan bagi semua orang Yahudi setiap kali hendak menyantap roti biasa. Ketahiran rumah tanggaSalah satu bagian penting dari hukum ketahiran diri adalah pemencilan perempuan yang sedang haid. Pasal-pasal yang berkaitan dengan urusan ini disebut nidah (pemencilan) atau ketahiran rumah tangga. Meskipun merupakan unsur penting dari halakah, nidah lazimnya tidak diamalkan oleh umat Yahudi dari mazhab-mazhab yang berhaluan liberal.[77] Hukum-hukum Alkitabiah diperluas lagi dengan ketetapan-ketetapan para rabi, teristimewa di kalangan Yahudi Ortodoks. Sebagai contoh, Taurat mewajibkan kaum perempuan untuk berpantang sanggama selama tujuh hari selepas haid. Perempuan yang haidnya masih berlanjut harus berpantang sanggama tujuh hari lagi sesudah pendarahan berhenti.[74] Para rabi menggabungkan nidah biasa dengan perpanjangan masa haid, yang disebut zabah dalam Taurat, dan menetapkan bahwa seorang perempuan tidak boleh bersanggama dengan suaminya sejak mulai haid sampai tujuh hari selepas haid. Selain itu, hukum Rabani melarang suami untuk bersentuhan maupun tidur seranjang dengan istrinya selama masa pantang sanggama. Selepas masa pantang, pentahiran dapat dilaksanakan di kolam khusus untuk mandi berendam yang disebut mikwah.[77] Umat Yahudi Etiopia, yang masih memelihara amalan leluhur mereka, memencilkan perempuan yang sedang haid ke pondok yang terpisah dari rumah tinggal keluarga. Sama seperti umat Yahudi Karayi, mereka juga melarang perempuan yang sedang haid untuk memasuki rumah ibadat demi memelihara kesucian tempat istimewa itu. Sesudah hijrah ke Israel, orang-orang Yahudi Etiopia dipengaruhi oleh ajaran mazhab-mazhab Yahudi lainnya sehingga akhirnya menerima amalan-amalan nidah yang lebih normatif.[78][79] Upacara daur hidupUmat Yahudi melestarikan sejumlah upacara daur hidup yang dilaksanakan pada saat-saat tertentu dalam kehidupan seorang Yahudi. Upacara-upacara ini bertujuan mengukuhkan keyahudian seseorang, dan menciptakan ikatan batin yang mempersatukannya dengan segenap umat Yahudi.
Pemuka agamaImam HaikalPeranan imam dalam agama Yahudi sudah sangat mengecil semenjak Haikal ke-2 diluluhlantakkan pada tahun 70 M. Sebelum itu, para imam adalah orang-orang yang berwenang mengurusi Haikal dan persembahan. Imam adalah jabatan pusaka yang diwariskan turun-temurun, dan kendati tidak ada lagi Haikal dan kurban persembahan untuk diurusi, para imam masih dimuliakan oleh banyak komunitas Yahudi. Banyak komunitas Yahudi Ortodoks percaya bahwa tenaga para imam akan dibutuhkan kembali jika kelak Haikal ke-3 berhasil didirikan, sehingga harus bersiap sedia mulai sekarang untuk menjalankan tugasnya di kemudian hari.
Imam sembahyangSedari zaman Misnah dan Talmud sampai sekarang ini, agama Yahudi mewajibkan adanya tenaga ahli atau orang yang berwenang melaksanakan sejumlah laku upacara. Sebagian besar laku sembahyang Yahudi dapat dilaksanakan seorang diri, tetapi sejumlah laku sembahyang hanya sah dilaksanakan dalam sembahyang berjemaah, yang sekurang-kurangnya dihadiri oleh satu minyan (sepuluh orang Yahudi akil balig), yakni membacakan Taurat dan haftarah (bacaan pelengkap dari Nebi'im atau Ketubim), mendaraskan doa perkabungan, mendaraskan restu ke atas pasangan pengantin, serta mendaraskan doa syukur lengkap sehabis bersantap. Rohaniwan profesional yang paling lazim dijumpai di sinagoga adalah:
Sembahyang berjemaah dalam agama Yahudi memang melibatkan dua peranan khusus, yang dalam banyak jemaat adakalanya dilaksanakan sekaligus oleh seorang rabi atau seorang hazan. Dalam jemaat-jemaat lain, kedua peranan ini dijalankan oleh warga jemaat secara bergiliran:
Banyak jemaat, terutama jemaat-jemat besar, juga mengandalkan seorang:
Ketiga peranan di atas biasanya bersifat sukarela dan dianggap sebagai suatu kehormatan bagi orang yang ditunjuk untuk menjalankannya. Sejak Abad Pencerahan, sinagoga-sinagoga besar mulai menggaji rabi dan hazan untuk menjadi syats dan ba'al keriyah. Kebiasaan ini sekarang sudah menjadi amalan lumrah bagi banyak jemaat Yahudi Konservatif dan Yahudi Pembaharuan. Meskipun demikian, di sebagian besar sinagoga Yahudi Ortodoks, peranan-peranan ini dijalankan secara bergilir oleh warga jemaat biasa. Kendati sebagian besar jemaat biasanya menggaji satu dua orang rabi, pemanfaatan tenaga hazan profesional pada umumnya mengalami penurunan di Amerika, dan pemanfaatan tenaga profesional untuk peranan-peranan lainnya juga tetap lebih rendah. Jabatan-jabatan khusus
SejarahAsal mulaPada hakikatnya Tanak adalah catatan riwayat pasang surut hubungan antara bangsa Israel dan Tuhan sedari permulaan sejarah sampai dengan pembangunan Haikal ke-2 (ca. 535 SM). Abraham dimuliakan sebagai orang Ibrani utama dan pitarah bangsa Yahudi. Sebagai pahala atas pembuktian keimanannya kepada Tuhan Yang Maha Esa, ia dianugerahi janji Tuhan bahwa Ishak, putra keduanya, akan mewarisi Tanah Israel (kala itu masih disebut Tanah Kanaan). Kemudian hari, keturunan dari Yakub bin Ishak diperbudak di Tanah Mesir, dan Tuhan mengutus Musa untuk memimpin penghijrahan mereka dari Mesir. Di Tur Sina, mereka menerima Torah, kelima susastra yang ditulis Musa. Torah (Sifrut Taurat), Nebi'im (Sifrul Anbiya), dan Ketubim (Sifrul Kitabat), disebut Torah Syebiktab (Taurat Tersurat), kebalikan dari Torah Syebe'alpeh (Taurat Tutur), yakni Misnah dan Talmud. Pada akhirnya, bangsa Israel dituntun Tuhan memasuki Tanah Israel, dan mendirikan Kemah Suci di kota Silo, yang tegak selama lebih dari 300 tahun sebagai pengobar semangat melawan musuh. Seiring berlalunya waktu, ketakwaan bangsa Israel merosot sampai-sampai Tuhan mengizinkan bangsa Filistin merebut Kemah Suci. Bangsa Israel kemudian menyampaikan kepada Nabi Samuel bahwa mereka perlu dipimpin seorang raja tetap, sehingga Nabi Samuel menobatkan Saul dari suku Benyamin menjadi raja atas mereka. Ketika Raja Saul menuruti desakan rakyatnya untuk melanggar arahan Tuhan yang disampaikan melalui Nabi Samuel, Tuhan pun memerintahkan Nabi Samuel untuk menobatkan Daud dari suku Yehuda menjadi raja pengganti Saul. Setelah berjaya menduduki singgasana, Raja Daud mengutarakan niatnya kepada Nabi Natan untuk mendirikan sebuah bangunan peribadatan yang permanen. Sebagai pahala atas pengungkapan niat suci ini, Tuhan berjanji akan mengizinkan putra Daud, Salomo, untuk mendirikan tempat ibadat yang dikehendaki Daud, serta berjanji akan mengizinkan anak cucu Daud untuk mewarisi singgasana. Menurut tradisi Rabani, penjabaran dan tafsir hukum agama Yahudi, yang disebut Taurat Tutur atau Hukum Lisan, mulanya adalah tradisi tak tertulis yang didasarkan pada firman Tuhan kepada Musa di Tur Sina. Lantaran persekusi terhadap umat Yahudi semakin marak terjadi, dan banyak perincian yang terancam lekang dari ingatan orang, hukum-hukum lisan ini akhirnya dibukukan oleh Rabi Yehudah Ha Nasi (Yehudah Sang Penghulu) menjadi Misnah sekitar tahun 200 M. Talmud adalah kumpulan Misnah beserta Gemara, ulasan-ulasan Rabani yang dikumpulkan selam tiga abad berikutnya. Gemara berasal dari dua pusat keilmuan Yahudi, yakni Palestina dan Babel.[80] Dua pusat keilmuan ini mengkaji Misnah sendiri-sendiri, sehingga memunculkan dua kitab Talmud. Talmud yang lebih tua disebut Talmud Yerusalem,[80] dan yang lebih muda disebut Talmud Babel. Talmud Yerusalem disusun pada abad ke-4 M di Palestina, sementara Talmud Babel adalah hasil diskusi di balai-balai perguruan yang dibukukan oleh tiga ulama besar Yahudi, yakni Rabina I, Rabina II, dan Rab Asyi pada tahun 500 M, kendati masih terus disunting sepeninggal mereka. Menurut para ahli telaah teks, Taurat terdiri atas ayat-ayat tak konsisten yang disunting bersama-sama sedemikian rupa sehingga menarik perhatian orang pada riwayat-riwayat yang saling bertolak belakang.[81][82][83] Beberapa dari ahli-ahli ini, misalnya Profesor Martin Rose dan John Bright, menduga bahwa pada zaman Haikal pertama, bangsa Israel meyakini bahwa tiap-tiap bangsa memiliki ilahnya masing-masing, tetapi Ilah mereka mengatasi semua ilah lain.[84][85] Sebagian pihak menduga bahwa keimanan murni akan keesaan Tuhan berkembang saat bangsa Israel hidup dalam pembuangan di Babel, mungkin sebagai tanggapan terhadap paham dualisme agama Majusi.[86] Menurut pandangan ini, sebagian besar umat Yahudi baru percaya bahwa Tuhan mereka adalah satu-satunya Tuhan pada zaman Yunani, dan pada zaman Yunani pula bangsa Yahudi dengan jati diri yang jelas dan keterkaitan yang erat dengan agama Yahudi terbentuk.[87] John Day berpendapat bahwa Yahweh, El, Asyera, dan Ba'al dalam Alkitab mungkin saja berasal dari agama asli orang Kanaan, yakni pemujaan terhadap dewa-dewi dengan kadar kekuasaan berjenjang, mirip dengan jenjang kadar kekuasaan dewa-dewi Yunani.[88] Abad KunoAlkitab Ibrani meriwayatkan bahwa negara kesatuan Kerajaan Israel, dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya, terbentuk di bawah kepemimpinan Saul, dan bertahan sampai ke masa pemerintahan Daud maupun Salomo. Sepeninggal Salomo, negara kesatuan ini pecah menjadi dua kerajaan, yakni Kerajaan Israel yang beribu kota Samaria di utara, dan Kerajaan Yehuda yang beribu kota Yerusalem di selatan. Kerajaan Israel ditaklukkan pada penghujung abad ke-8 SM oleh Sargon II, Raja Asyur. Sejumlah besar warga Samaria ditawan dan dibuang ke Media dan daerah lembah Sungai Kebar. Kerajaan Yehuda tetap merdeka sampai akhirnya ditaklukkan pada permulaan abad ke-6 SM oleh bala tentara Babel. Bangunan Hailkal yang pertama diluluhlantakkan, dan kalangan elit Kerajaan Yehuda dibuang ke Babel. Pembuangan warga Yehuda ke Babel dianggap sebagai Diaspora Yahudi yang pertama. Banyak dari mereka akhirnya pulang ke tanah leluhur sesudah Babel ditaklukkan bangsa Persia tujuh puluh tahun kemudian. Kurun waktu tujuh puluh tahun ini disebut zaman Pembuangan Babel. Di tanah leluhur, mereka membangun Haikal yang kedua dan menggelar lagi upacara-upacara ibadat seperti sediakala. Pada tahun-tahun permulaan berdirinya Haikal ke-2, kewenangan tertinggi di bidang agama dipangku oleh Majelis Akbar yang diketuai Ezra, penulis Kitab Ezra. Majelis Akbar banyak berjasa bagi perkembangan agama Yahudi karena di bawah pengawasan lembaga inilah kitab-kitab terakhir dalam Alkitab ditulis, dan kanon Alkitab ditetapkan. Sejak abad ke-3 SM, ajaran Yahudi Yunani menyebar sampai ke Mesir. Seusai pemberontakan besar-besaran bangsa Yahudi (66–73 M), bangsa Romawi menghancurkan Haikal. Kaisar Hadrian menegakkan sebuah patung berhala di pelataran Haikal dan mengharamkan khitan. Kebijakan etnosida ini memicu Pemberontakan Bar Kokba (132–136 M), yang berkobar setelah bangsa Romawi melarang kajian Taurat dan perayaan hari-hari besar bangsa Yahudi, serta memindahkan hampir semua orang Yahudi dari Yudea secara paksa. Meskipun demikian, pada tahun 200 M, bangsa Yahudi dianugerahi kewarganegaraan Romawi, dan agama Yahudi diakui sebagai salah satu religio licita (agama yang sah) di wilayah Kekaisaran Romawi sampai dengan munculnya Gnostisisme dan Gereja Perdana pada abad ke-4. Seusai penghancuran Yerusalem dan pengusiran bangsa Yahudi, kegiatan ibadat Yahudi tidak lagi berkisar di seputar Haikal. Sembahyang menggantikan upacara kurban, ibadat berjemaah ditegakkan kembali di dalam komunitas-komunitas umat Yahudi (diwakili oleh sekurang-kurangnya sepuluh orang laki-laki dewasa), dan kewenangan rabi selaku guru sekaligus kepala komunitas Yahudi pun terlembagakan (baca artikel Diaspora Yahudi). Mazhab-mazhab masa lampau (sampai tahun 1700)Sekitar abad pertama tarikh Masehi, sudah ada beberapa mazhab dalam agama Yahudi, yakni Perusim (kaum Farisi), Seduqim (kaum Saduki), Kana'im (kaum Zelot), Isiyim (kaum Eseni), dan Notsri'im (kaum Nasrani). Mazhab-mazhab ini menghilang sesudah Haikal ke-2 dihancurkan pada tahun 70 M.[89] Kaum Nasrani memang sintas, tetapi pecah dari agama Yahudi dan menjadi agama baru. Kaum Farisi juga sintas, tetapi bersalin rupa menjadi mazhab Yahudi Rabani. Mazhab Saduki menolak Sifrul Anbiya maupun Sifrul Kitabat sebagai susastra yang ditulis berdasarkan ilham ilahi, dan hanya berpegang pada Taurat sebagai satu-satunya Kitab Suci, sehingga beberapa akidah mazhab Farisi (yang menjadi landasan agama Yahudi modern) juga ditolak oleh mazhab Saduki. Kaum Samiri juga menganut keyakinan serupa, tetapi tidak dianggap sebagai bagian dari agama Yahudi. Seperti kaum Saduki yang hanya berpegang pada Taurat, sejumlah komunitas Yahudi pada abad ke-8 dan ke-9 menolak Hukum Lisan (yang kelak dibukukan menjadi Misnah dan dikembangkan oleh para rabi menjadi dua Talmud) sebagai susastra bertuah yang diilhamkan Tuhan, dan hanya berpegang pada Tanak (Sifrut Taurat, Sifrul Anbiya, dan Sifrul Kitabat). Komunitas-komunitas yang menolak Hukum Lisan ini adalah umat Isuni, umat Yudgani, umat Maliki, dan lain-lain. Mereka kemudian mengembangkan tradisi-tradisi tutur sendiri, yang berbeda dari tradisi-tradisi Rabani, dan akhirnya membentuk mazhab Yahudi Karayi. Umat Yahudi Karayi kini tinggal sedikit jumlahnya, sebagian besar menetap di Israel. Umat Rabani menganggap umat Karayi sebagai umat Yahudi yang keliru keimanannya, demikian pula sebaliknya. Seiring berlalunya waktu, umat Yahudi membentuk kelompok-kelompok etnis yang berlainan di berbagai tempat, misalnya umat Yahudi Askenasi di Eropa Tengah dan Eropa Timur, umat Yahudi Sefardi di Spanyol, Portugal, dan Afrika Utara, umat Beta Israel di Etiopia, serta umat Yahudi Yamani di ujung selatan Jazirah Arab. Kelompok-kelompok etnis ini mengembangkan doa-doa, adat-istiadat, dan kanon Alkitab yang berlainan. Meskipun demikian, perbedaan-perbedaan di antara mereka hanyalah dampak dari jauhnya jarak yang memisahkan mereka dari agama Yahudi normatif (Yahudi Rabani), dan bukan lantaran pertentangan akidah. AniayaAntisemitisme muncul pada Abad Pertengahan dalam bentuk aniaya, kerusuhan anti-Yahudi, murtad paksa, pengusiran, batasan-batasan sosial, dan lokalisasi ke kampung Yahudi. Antisemitisme berbeda kualitasnya dari penindasan-penindasan terhadap orang Yahudi dahulu kala. Penindasan-penindasan pada masa lampau dilatarbelakangi alasan-alasan politik, dan orang Yahudi diperlakukan sama dengan orang-orang dari suku-suku bangsa lainnya. Seiring bangkitnya Gereja-Gereja, biang keladi utama serangan terhadap orang Yahudi beralih dari alasan-alasan politik ke alasan-alasan agama, karena serangan terhadap orang Yahudi secara khusus berpangkal dari pandangan umat Kristen terhadap bangsa dan agama Yahudi.[90] Pada Abad Pertengahan, bangsa Yahudi yang hidup di bawah daulat Muslim pada umumnya menikmati toleransi dan integrasi,[91] tetapi adakalanya mengalami penganiayaan besar-besaran, semisal aniaya dari Khilafah Muwahidin.[92] Mazhab Yahudi HasidiPendiri mazhab Yahudi Hasidi adalah Rabi Yisroel ben Eliezer (1700–1760) alias Ba'al Syem Tob (Empunya Nama Baik). Mazhab ini muncul pada masa-masa penganiayaan terhadap orang Yahudi, ketika orang-orang Yahudi Eropa tergerak untuk mendalami Talmud. Banyak yang merasa bahwa penghayatan agama mereka sudah terlampau "akademis", dan bahwasanya mereka tidak lagi menaruh perhatian pada spiritualitas maupun sukacita. Para pengikut mazhab ini lebih suka berhimpun di rumah-rumah ibadat kecil dan informal yang disebut stibel. Tidak seperti sinagoga tradisional, stibel dapat digunakan sebagai tempat sembahyang berjemaah maupun sebagai tempat menggelar acara-acara perayaan yang dimeriahkan dengan menari-nari, makan minum, dan beramah-tamah.[93] Murid-murid Ba'al Syem Tob menarik banyak pengikut baru, dan mendirikan banyak aliran Hasidi di seluruh Eropa. Tidak seperti agama-agama lain yang lazimnya disebarluaskan melalui pemberitaan lisan atau media cetak, mazhab Yahudi Hasidi tersebar luas berkat jasa-jasa para Tsadikim (sadikin), yang menggunakan kewibawaan mereka untuk mendorong orang lain ikut bergabung. Mazhab Yahudi Hasidi disambut baik oleh masyarakat Yahudi Eropa karena mudah dipelajari, tidak serta-merta mewajibkan keterikatan penuh, dan menyajikan tontonan yang memukau.[94] Mazhab Yahudi Hasidi akhirnya menjadi jalan hidup bagi banyak orang Yahudi Eropa Timur. Gelombang imigrasi orang Yahudi pada era 1880-an mendatangkan mazhab ini ke Amerika Serikat. Mazhab ini mengaku bukanlah sesuatu yang baru, melainkan penyegaran agama Yahudi asli. Sebagaimana yang dikatakan sebagian pihak, "mereka hanya mengangkat kembali hal-hal yang sudah hilang dari generasi ke generasi". Meskipun demikian, pada mulanya timbul perpecahan serius di antara umat Yahudi Hasidi dan non-Hasidi. Orang Yahudi Eropa yang menolak mazhab Yahudi Hasidi dijuluki misnagdim (harfiah: lawan). Alasan-alasan yang melatarbelakangi penolakan terhadap mazhab Yahudi Hasidi antara lain adalah semangat meluap-luap yang mewarnai persembahyangannya, dinilai menyimpang dari tradisi lantaran memuliakan pemimpin sebagai susuhunan yang mahabenar dan bermukjizat, serta kekhawatiran bahwa mazhab ini lama-kelamaan akan menjadi mazhab yang memuliakan tokoh tertentu sebagai Al Masih. Seiring berlalunya waktu, perbedaan-perbedaan antara umat Hasidi dan pihak yang berseberangan dengan mereka lambat laun memudar, dan kedua belah pihak kini dianggap sebagai bagian dari mazhab Yahudi Haredi. Abad Pencerahan dan mazhab-mazhab baruMenjelang akhir abad ke-18 M, Eropa diriuhkan oleh berbagai gerakan intelektual, sosial, dan politik yang dikenal dengan sebutan Pencerahan. Berkat gerakan ini, sejumlah pasal yang menghalangi interaksi umat Yahudi dengan dunia luar dihapuskan, sehingga umat Yahudi akhirnya berkesempatan mengenyam pendidikan dan pergaulan sekuler. Gerakan serupa juga muncul di kalangan umat Yahudi, yakni Haskalah alias "Pencerahan Yahudi", khususnya umat Yahudi Eropa Tengah dan Eropa Barat, sebagai tanggapan terhadap Pencerahan maupun keleluasaan-keleluasaan yang baru saja mereka nikmati. Haskalah menganjurkan integrasi dengan masyarakat sekuler dan ikhtiar menuntut ilmu pengetahuan nonagamawi dengan nalar. Banyak orang Yahudi terpikat pada cita-cita emansipasi politik yang didengungkan Haskalah sehingga merasa tidak perlu lagi menjalankan syariat, dan jumlah orang Yahudi yang berasimilasi ke dalam masyarakat Kristen Eropa kian hari kian meningkat. Semua mazhab modern dalam agama Yahudi terbentuk sebagai reaksi terhadap kecenderungan semacam ini. Mazhab Yahudi Pembaharuan atau Yahudi Liberal mula-mula muncul dan berkembang di Eropa Tengah, kemudian juga di Britania Raya dan Amerika Serikat. Mazhab ini melonggarkan amalan-amalan wajib (khususnya yang amalan-amalan yang membatasi pergaulan orang Yahudi dengan orang non-Yahudi), meniru kesantunan Protestan dalam bersembahyang, dan menitikberatkan nilai-nilai etika yang terkandung dalam tradisi kenabian Yahudi. Mazhab Yahudi Ortodoks Modern dibentuk sebagai reaksi terhadap Mazhab Yahudi Pembaharuan, oleh para pemuka agama yang berpendapat bahwa orang Yahudi dapat saja melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat selaku warga negara yang setara dengan umat Kristen sambil tetap menjalankan syariat. Sementara itu, di Amerika Serikat, para hartawan Yahudi Pembaharuan membantu para ulama Eropa, yang Ortodoks dalam amalan tetapi bersikap kritis (dan skeptis) dalam mengkaji Alkitab dan Talmud, untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan ulama yang menghasilkan rabi-rabi bagi kaum imigran dari Eropa Timur. Rabi-rabi Yahudi Ortodoks berhaluan kiri ini bergabung dengan rabi-rabi Yahudi Pembaharuan berhaluan kanan yang merasa bahwa tidak semua hukum agama Yahudi boleh dibuang, dan akhirnya membentuk mazhab Yahudi Konservatif. Umat Yahudi Ortodoks yang menentang Haskalah membentuk mazhab Yahudi Ortodoks Haredi. Dengan berpindahnya warga Yahudi Eropa secara besar-besaran selepas Holokaus, dan berdirinya negara Israel, mazhab-mazhab ini pun saling bersaing menarik pengikut baru dari kalangan umat Yahudi tradisional di atau dari negara-negara lain. Spektrum ketaatan beragamaNegara-negara seperti Amerika Serikat, Israel, Kanada, Inggris Raya, Argentina, dan Afrika Selatan memiliki populasi Yahudi yang besar. Ketaatan beragama umat Yahudi sangat beragam. Menurut Survei Populasi Yahudi Nasional edisi tahun 2001, dalam komunitas Yahudi Amerika Serikat, yakni komunitas Yahudi terbesar nomor dua di dunia, 4,3 juta dari 5,1 juta orang Yahudi memiliki satu dua kaitan dengan agama Yahudi.[95] 80% dari populasi Yahudi yang memiliki keterkaitan dengan agama Yahudi turut serta melaksanakan satu dua amalan agama Yahudi, tetapi hanya 48% yang terdaftar sebagai anggota suatu jemaat, dan kurang dari 16% yang mengikuti sembahyang berjemaah secara teratur.[96] Tingkat kelahiran di kalangan umat Yahudi Amerika mengalami penurunan dari 2,0 menjadi 1,7 (tingkat penggantian adalah 2,1).[97] Tingkat perkawinan berkisar antara 40–50% di Amerika Serikat, dan hanya sekitar sepertiga dari anak-anak pasangan kawin campur yang dibesarkan sebagai pemeluk agama Yahudi. Lantaran kawin campur dan rendahnya tingkat kelahiran, populasi Yahudi Amerika Serikat merosot dari 5,5 juta jiwa pada tahun 1990 ke 5,1 juta jiwa pada tahun 2001. Angka-angka ini mencerminkan kecenderungan-kecenderungan populasi Yahudi diaspora pada umumnya, tetapi pengamatan terhadap total populasi Yahudi memperlihatkan kecenderungan-kecenderungan pertambahan jumlah anggota dalam beberapa mazhab dan komunitas, misalnya komunitas Yahudi Haredi. Gerakan ba'al tesyubah adalah semacam gerakan "hijrah rohani" di kalangan umat Yahudi, yakni perubahan sikap dari acuh tak acuh menjadi lebih taat beragama. Hubungan dengan agama lainYahudi dan KristenAgama Kristen mula-mula adalah salah satu mazhab agama Yahudi era Haikal ke-2, tetapi kemudian terpisah dari agama Yahudi pada abad pertama tarikh Masehi. Perbedaan-perbedaan antara agama Kristen dan agama Yahudi awalnya berkisar seputar soal benar tidaknya Yesus adalah Al Masih bangsa Yahudi, tetapi perbedaan-perbedaan ini akhirnya mustahil terukunkan. Perbedaan-perbedaan utama adalah perbedaan pandangan tentang fitrah Al Masih, penebusan, dosa, status titah-titah Tuhan kepada bangsa Israel, bahkan hakikat Tuhan itu sendiri. Lantaran perbedaan-perbedaan ini, agama Yahudi secara tradisonal menganggap agama Kristen sebagai syituf (syirik), yakni agama yang menyembah Tuhan bangsa Israel dengan cara dan pemahaman yang tidak mencerminkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Di lain pihak, agama Kristen secara tradisional menganggap agama Yahudi tidak lagi diperlukan sesudah wujudnya agama Kristen, dan bahwasanya bangsa Yahudi sudah tergantikan oleh Gereja, kendati keyakinan Kristen mengenai teologi dua perjanjian muncul sebagai fenomena sesudah umat Kristen merenungkan dampak teologi agama mereka terhadap Holokaus Nazi.[98] Sedari Abad Pertengahan, Gereja Katolik berpegang teguh pada Constitutio pro Judæis (pernyataan resmi mengenai umat Yahudi), yang berbunyi:
Sebelum beremansipasi pada akhir abad ke-18 dan abad ke-19, orang Yahudi yang berdiam di negeri Kristen harus tunduk pada perintah-perintah dan larangan-larangan hukum yang merendahkan martabat mereka, antara lain perintah mengenakan pakaian tertentu sebagai tanda Yahudi semisal topi Yahudi dan lencana kuning, larangan menetap selain di kota-kota besar dan kota-kota kecil tertentu atau bermukim di luar kawasan-kawasan tertentu (kampung Yahudi) di dalam sebuah kota, dan larangan berkecimpung di bidang-bidang usaha tertentu semisal usaha dagang pakaian baru di Swedia pada Abad Pertengahan. Selain itu, orang Yahudi juga dikenai pajak-pajak khusus, disisihkan dari kehidupan bermasyarakat, dihalang-halangi menunaikan ibadat, dan dilarang berbahasa asing. Ada pula negara-negara yang mengusir umat Yahudi dari wilahnya, seperti Inggris pada tahun 1290 (diizinkan masuk kembali pada tahun 1655), dan Spanyol pada tahun 1492 (diizinkan masuk kembali pada tahun 1868). Pemukim-pemukim Yahudi pertama di Amerika Utara tiba di Nieuw Amsterdam, koloni Belanda, pada tahun 1654. Warga-warga Yahudi pertama ini tidak dibenarkan menjadi pejabat publik, membuka toko pengecer, maupun mendirikan sinagoga. Sesudah Nieuw Amsterdam direbut Inggris pada tahun 1664, hak-hak warga Yahudi tidak mengalami peningkatan, tetapi Asser Levy menjadi orang Yahudi pertama yang duduk sebagai anggota dewan juri pengadilan di Amerika Utara pada tahun 1671.[100] Pada tahun 1791, negara Prancis yang baru saja mengalami revolusi menjadi negara pertama yang menghapus segala macam aturan khusus bagi orang Yahudi, disusul oleh Prusia pada tahun 1848. Emansipasi orang Yahudi Inggris Raya terwujud pada tahun 1858, sesudah hampir 30 tahun lamanya diperjuangkan oleh Isaac Lyon Goldsmid.[101] Orang Yahudi akhirnya diperbolehkan menjadi anggota parlemen dengan disahkannya Undang-Undang Keleluasaan Orang Yahudi tahun 1858. Kekaisaran Jerman menghapus segala macam aturan khusus bagi orang Yahudi di Jerman pada tahun 1871, yang kelak diberlakukan kembali dengan Undang-Undang Nürnberg pada tahun 1935. Ketenteraman hidup umat Yahudi di negeri-negeri Kristen sering kali dirongrong dengan aksi-aksi fitnah darah, pengusiran, paksaan berpindah agama, bahkan pembantaian. Prasangka buruk terhadap agama Yahudi merupakan biang keladi persekusi terhadap umat Yahudi di Eropa. Retorika dan antipati Kristen terhadap umat Yahudi muncul pada tahun-tahun permulaan sejarah agama Kristen dan disuburkan oleh aksi-aksi anti-Yahudi yang kian lama kian marak pada abad-abad selanjutnya. Perlakuan umat Kristen terhadap umat Yahudi juga mencakup tindak kekerasan bahkan pembunuhan yang berpuncak pada Holokaus.[102][103][104] Perlakuan semacam ini dipicu oleh dakwah Kristen, dalam seni rupa dan ajaran-ajaran yang memasyarakat selama dua milenia, yang mengungkap pandangan hina terhadap orang Yahudi,[105] serta dalam statuta-statuta yang sengaja dirancang untuk mempermalukan dan melekatkan citra buruk pada orang Yahudi. Partai Nazi dikenal gemar menindas komunitas-komunitas umat Kristen; beberapa di antaranya, semisal Gereja Bersaksi, Gereja Katolik,[106] Kaum Quaker, dan Saksi Yehuwa, menolong dan menyelamatkan orang-orang Yahudi yang menjadi incaran rezim antiagama itu.[107] Sikap umat dan denominasi-denominasi Kristen terhadap bangsa dan agama Yahudi sudah berubah ke arah yang lebih positif semenjak Perang Dunia II. Paus Yohanes Paulus II dan Gereja Katolik "menjunjung tinggi pengakuan Gereja akan status terpilih yang bersifat permanen dan berkesinambungan dari bangsa Yahudi" maupun pengukuhan kembali perjanjian antara Tuhan dan bangsa Yahudi.[108] Pada bulan Desember 2015, Vatikan mengeluarkan antara lain sepucuk dokumen berisi 10.000 kata, yang menegaskan bahwa umat Katolik harus bahu-membahu dengan umat Yahudi dalam memerangi antisemitisme.[109] Yahudi dan IslamBaik agama Yahudi maupun agama Islam mengaku berasal dari Abraham Sang Pitarah, sehingga dianggap sebagai agama-agama Abrahamik. Menurut tradisi Yahudi maupun tradisi Muslim, bangsa Yahudi adalah keturunan Ishak bin Abraham, dan bangsa Arab adalah keturunan Ismael bin Abraham. Kendati sama-sama percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa dan memiliki banyak amalan yang serupa, kedua agama ini berbeda karena umat Yahudi tidak mengakui kenabian Yesus dan Muhammad. Umat Yahudi dan umat Muslim sudah saling kenal sejak abad ke-7 M, yakni sedari awal kemunculan dan penyebaran agama Islam di Jazirah Arab, bahkan kurun waktu mulai tahun 712 sampai tahun 1066 M di bawah daulat Bani Umayah dan Bani Abas dianggap sebagai Zaman Keemasan kebudayaan Yahudi di Spanyol. Umat non-Muslim yang percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa di wilayah kedaulatan khilafah, termasuk umat Yahudi, disebut dzimmi. Umat dzimmi diizinkan mengamalkan ajaran agamanya dan mengatur diri sendiri, tetapi dibebani aturan-aturan khusus yang tidak diberlakukan atas umat Muslim.[110] Sebagai contoh, umat dzimmi wajib membayar jizya, pajak per kapita yang dibebankan kepada kaum lelaki non-Muslim berstatus merdeka,[110] serta dilarang memanggul senjata dan bersaksi di hadapan mahkamah sehubungan dengan perkara-perkara yang melibatkan umat Muslim.[111] Sejumlah pasal hukum yang berkaitan dengan umat dzimmi pada hakikatnya sangatlah simbolis. Sebagai contoh, umat dzimmi di negeri-negeri tertentu diwajibkan untuk mengenakan pakaian khusus, kendati aturan ini tidak terdapat di dalam Al Quran maupun hadits, malah baru diciptakan di Bagdad pada Awal Abad Pertengahan, dan tidak diterapkan secara konsisten.[112] Umat Yahudi di negara-negara Muslim tidak sepenuhnya bebas dari persekusi. Sebagai contoh, banyak umat Yahudi yang dibunuh, dihukum buang, atau dipaksa masuk Islam pada abad ke-12 di Persia, serta mengalami perlakuan yang sama dari Khilafah Muwahidin di Afrika Utara dan di Al Andalus,[113] maupun dari para imam Zaidiyah di Yaman pada abad ke-17. Adakalanya umat Yahudi juga diwajibkan membentuk perkampungan sendiri. Sebagai contoh, umat Yahudi Maroko diwajibkan sejak abad ke-15 untuk tinggal di dalam kampung-kampung bertembok (melah), yang kian padat penghuni sejak permulaan abad ke-19.[114] Pada pertengahan abad ke-20, umat Yahudi diusir keluar dari hampir semua negara Arab.[115][116][117] Sebagian besar dari mereka memutuskan untuk menetap di Israel. Sekarang ini, tema-tema antisemit, antara lain penyangkalan Holokaus, sudah lumrah dijumpai dalam propaganda gerakan-gerakan Islam semisal Hizbulah dan Hamas, dalam pernyataan-pernyataan resmi yang dikeluarkan oleh berbagai lembaga pemerintah negara Republik Islam Iran, bahkan dalam surat-surat kabar dan terbitan-terbitan lain dari Partai Refah.[118] SinkretismeAda sejumlah gerakan yang berusaha menggabungkan unsur-unsur agama Yahudi dengan unsur-unsur agama lain. Yang paling terkenal dari gerakan-gerakan semacam ini adalah mazhab Yahudi Masehi, sebuah gerakan keagamaan dari era 1960-an[119][120][121][122] yang menggabungkan unsur-unsur agama Yahudi dengan akidah agama Kristen.[122][123][124][125][126] Secara garis besar, mazhab ini mengajarkan bahwa Yesus adalah Al Masih bangsa Yahudi serta salah satu dari Tiga Pribadi Ilahi,[127][128] dan bahwasanya keselamatan hanya dapat diperoleh dengan cara menerima Yesus sebagai juru selamat pribadi.[129] Beberapa tokoh gerakan ini menyatakan bahwa Yahudi Masehi adalah salah satu mazhab agama Yahudi.[130] Organisasi-organisasi dari semua mazhab agama Yahudi menentang pernyataan ini, dan menegaskan bahwa mazhab Yahudi Masehi sesungguhnya adalah salah satu sempalan Kristen, karena mengajarkan akidah yang identik dengan ajaran Kristen Paulusiyah.[131] Contoh-contoh lain dari sinkretisme yang melibatkan usur-unsur agama Yahudi adalah Neopaganisme Semit, kelompok penghayat kepercayaan dengan tatanan organisasi longgar yang menggabungkan kepercayaan pagan atau Wicca dengan sejumlah amalan agama Yahudi; Umat Buddha Yahudi, kelompok penghayat kepercayaan dengan tatanan organisasi longgar yang memasukkan unsur-unsur spiritualitas Asia ke dalam kepercayaan mereka; dan sejumlah jemaat Yahudi Pembaharuan yang secara bebas dan terbuka menggabungkan akidah agama Yahudi dengan ajaran-ajaran agama Buddha, Sufi, agama-agama pribumi Amerika, dan agama-agama lain. Sentra Kabalah, yang mempekerjakan pengajar-pengajar dari berbagai macam agama, adalah sebuah gerakan Zaman Baru yang mengaku hendak memasyarakatkan kabalah, salah satu bagian dari tradisi suluk agama Yahudi. Lihat pula
Rujukan
Kesalahan pengutipan: Tag <ref> dengan nama "understanding" yang didefinisikan di <references> tidak digunakan pada teks sebelumnya.Literatur
Bacaan lanjutan
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Agama Yahudi.
Lihat pula Torah database for links to more Judaism e-texts.
Wikisource memiliki teks asli yang berkaitan dengan artikel ini:
Text study projects at Wikisource. In many instances, the Hebrew versions of these projects are more fully developed than the English. |