Anwar Ibrahim
Dato' Seri Utama Haji Anwar bin Dato' Dr. Haji Ibrahim (IPA: [änwär ɪbrähɪm], Jawi: انوار بن ابراهيم; lahir 10 Agustus 1947) adalah seorang politisi Malaysia yang menjabat sebagai Perdana Menteri Malaysia sejak 2022.[2][3] Ini merupakan penantian panjang setelah Anwar berada di blok oposisi selama berpuluh puluh - tahun sejak ia diberhentikan dari UMNO oleh Mahathir Mohamad pada 1998, dan di jegal berkali - kali oleh Mahathir Mohamad [4] Kemudian, Anwar membentuk partai baru bernama Partai Keadilan Rakyat (PKR) sebagai langkah awal reformasi di Malaysia. Anwar memulai karier politiknya sebagai anggota Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) hingga puncak kejayaannya menjadi Wakil Perdana Menteri Malaysia di bawah pimpinan Perdana Menteri Mahathir Mohamad. Pada tahun 1999, ia divonis hukuman penjara untuk tuduhan korupsi dan sodomi; Mahkamah Federal Malaysia kemudian membatalkan semua vonis atasnya dan Anwar dibebaskan dari penjara pada tahun 2004. Setelah dipecat dari UMNO, ia mendirikan Partai Keadilan Rakyat, sebuah partai oposisi di Malaysia, dan memimpin koalisi oposisi Pakatan Rakyat dan Pakatan Harapan. Dari 2015 hingga 2018, ia kembali dipidana penjara atas vonis sodomi lainnya. Ia dibebaskan pada tahun 2018. Setelah koalisi yang ia pimpin memenangkan kursi terbanyak di Parlemen pada Pemilu Legislatif 2022, ia diangkat menjadi Perdana Menteri ke-10 Malaysia pada 24 November 2022. Anwar adalah perdana menteri tertua yang menjabat pada masa jabatan pertamanya, yakni pada usia 75 tahun. Reformasi dan pembentukan Partai KeadilanTidak lama setelah ia dipecat oleh Mahathir Mohamad, Anwar dan pendukungnya melancarkan gerakan Reformasi dengan melakukan serangkaian aksi unjuk rasa melawan pemerintahan Barisan Nasional yang sudah memerintah lama. Gerakan Reformasi ini menghasilkan partai baru yang digagas sebagai partai multi-etnis yang bernama Partai Keadilan Nasional (KEADILAN). Pada tahun 1999, KEADILAN bekerja sama dengan Partai Islam Se-Malaysia dan Partai Tindakan Demokratik dalam membentuk koalisi Barisan Alternatif dalam upaya melawan koalisi Barisan Nasional. Pada Agustus 2003, KEADILAN dan sebagian besar Partai Rakyat Malaysia meleburkan diri menjadi Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dipimpin oleh istrinya Wan Azizah Wan Ismail sebagai presiden partai. PKR mendapatkan hasil yang gemilang pada pemilu 2008, memenangkan 31 kursi di Dewan Rakyat Malaysia dan menjadi partai oposisi terbesar. Pada tahun yang sama, PAS, DAP dan PKR membubarkan koalisi Barisan Alternatif dan membentuk koalisi Pakatan Rakyat.[5] Pemangku belakang Pakatan HarapanPengampunan raja dan pembebasanPakatan Rakyat dibubarkan dengan dibuinya Anwar Ibrahim ke dalam penjara. Maka pendukungnya membentuk koalisi baru yang bernama Pakatan Harapan yang menunjuk Anwar sebagai ketua umum koalisi in absentia. Koalisi tersebut terdiri dari DAP, PKR dan partai pecahan PAS, AMANAH dan kemudian diperkuat dengan kehadiran BERSATU dan Mahathir Mohamad ke dalam koalisi. Koalisi tersebut berhasil menggulingkan Barisan Nasional yang dipimpin oleh Najib Razak pada pemilu 2018 (GE14). Setelah pembentukan pemerintahan baru, Anwar Ibrahim diberikan pengampunan dan dibebaskan dari penjara pada 16 Mei 2018. Ia direncanakan untuk menggantikan Mahathir setelah masa yang ditentukan dan kesepakatan ini disetujui oleh Pakatan Harapan sebelum GE14.[6][7] Kehidupan pribadiAnwar Ibrahim lahir di Cherok Tok Kun, Bukit Mertajam, Pulau Pinang pada 10 Agustus 1947.[8] Ayahnya, Ibrahim Abdul Rahman bekerja sebagai pelayan rumah sakit sebelum akhirnya memutuskan bergabung ke dunia politik sebagai anggota parlemen dari UMNO untuk daerah pemilihan Seberang Perai Tengah sejak 1959 hingga kekalahannya dalam pemilihan umum pada 1969 oleh calon legislatif dari Partai Gerakan Rakyat Malaysia (GERAKAN). Ibunya, Che Yan Hamid Hussein berasal dari Bukit Mertajam, Pulau Pinang yang merupakan seorang ibu rumah tangga yang aktif di UMNO, terutamanya di organisasi sayap perempuan, Pergerakan Wanita UMNO.[9] Bahkan, semasa kecilnya, Anwar sering diajak ke acara perkumpulan Wanita UMNO oleh ibunya. Anwar memulai pendidikan dasarnya di Sekolah Kebangsaan Stowell, Bukit Mertajam, Pulau Pinang. Kemudian, ia menempuh sekolah menengahnya di Maktab Melayu Kuala Kangsar dari 1960 sampai 1966 dan turut aktif di Persatuan Bahasa Melayu. Pada 1967, Anwar melanjutkan jenjang pendidikan tinggi di Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Ia menerima gelar sarjana bagi Fakultas Sastra Bahasa Melayu.[10][11] KeluargaAyahnya, Ibrahim Abdul Rahman adalah seorang politisi senior Organisasi Kebangsaan Melayu Bersatu (UMNO) dan pernah menjadi anggota parlemen. Jiwa politiknya itu menurun ke Anwar, sehingga ia ikut menyertai UMNO pada 1982. Anwar Ibrahim menikahi seorang wanita kelahiran Singapura, yakni Wan Azizah Wan Ismail pada 26 Februari 1980.[12] Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai lima anak perempuan dan seorang anak laki-laki, diantaranya Nurul Izzah, Nurul Nuha, Mohd Ehsan, Nurul Ilham, Nurul Iman, dan Nurul Hana. Anak sulungnya, Nurul Izzah mengikuti jejak karier politiknya sebagai anggota parlemen dan menyertai Partai Keadilan Rakyat (PKR). KontroversiPada tanggal 3 Januari 2023, Anwar menunjuk putrinya, Nurul Izzah Anwar, sebagai penasihat ekonomi dan keuangan utama bagi Perdana Menteri, yang memicu keraguan dan perbedaan pendapat dari semua pihak, serta menuai kritik terkait nepotisme dalam pemerintahan.[13][14] Pada tanggal 22 Maret 2023, kunjungan resmi Anwar ke Arab Saudi yang tidak berhasil bertemu dengan Raja Salman dan Pangeran Mahkota, telah memicu kontroversi.[15][16][17] Wan Ahmad Fayhsal Wan Ahmad Kamal, ketua komite urusan internasional oposisi, mengajukan mosi darurat di Dewan Rakyat untuk membahas dampak kunjungan Anwar ke Arab Saudi.[18] PenghargaanTanda kehormatan dalam negeri
Tanda kehormatan luar negeri
Sejarah Elektoral
Daftar pustaka
Referensi
Pranala luarWikimedia Commons memiliki media mengenai Anwar Ibrahim. Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Anwar Ibrahim.
|