Pada 25 Oktober 2010, gempa bumi besar terjadi lepas pantai barat daya Sumatra, dengan kekuatan 7,8 MW[4]Survei Geologi Amerika Serikat (USGS) menyatakan gempa terjadi pada pukul 21:42 waktu lokal (14:42 UTC), sekitar 150 mil (240 km) sebelah barat Bengkulu, dekat dengan Kepulauan Mentawai. USGS awalnya melaporkan episentrum gempa Bumi terjadi pada kedalaman 20,5 mil (33,0 km),[5] tetapi kemudian melaporkan bahwa kedalaman episentrum gempa pada kedalaman 8,8 mil (14,2 km).[6] dan kemudian 12,8 mil (20,6 km) USGS juga awalnya memperkirakan magnitudo gempa 7,2 skala richter sebelum merevisi menjadi 7,8 skala magnitudo.[4]
Gempa bumi ini mengakibatkan terangkatnya daerah pesisir Pulau Pagai Selatan, memperbesar pulau-pulau terdekat dan bahkan menghasilkan 6 pulau baru.[7]
Kontroversi
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan tsunami. Peringatan kemungkinan tsunami disampaikan, tetapi kemudian dicabut setelah kemungkinan ancaman tsunami berlalu. Juru bicara BMKG menyatakan, gempa Bumi dirasakan di kota-kota terdekat, tetapi tidak ada kerusakan maupun korban jiwa yang dilaporkan. BMKG menyatakan bahwa gempa Bumi terjadi dengan kekuatan 7,2 lalu direvisi menjadi 7,8.[6] Namun, setelah Peringatan dari BMKG dicabut, Tsunami terjadi setinggi 3-10 meter dan setidaknya 77 desa hancur.[8] Berdasarkan Pacific Tsunami Warning Center, gempa menyebabkan sebuah tsunami,[9][10] yang dilaporkan melanda Resor Selancar Macaronis di Kepulauan Mentawai, yang menghantam dua perahu sewaan.[11] Akibatnya 286 orang dilaporkan tewas dan 252 orang lainnya dilaporkan hilang, hal ini disebabkan terpencilnya lokasi (pulau hanya dapat dijangkau dengan kapal laut) sehingga membuat laporan korban mengalami keterlambatan.[12]