Index Librorum Prohibitorum ("Daftar Buku-buku Terlarang") adalah sebuah daftar publikasi yang dilarang oleh Gereja Katolik. Versi awalnya (Indeks Paulina) dirancang oleh Paus Paulus IV pada tahun 1559, dan sebuah revisi yang lebih tidak kaku (Indeks Tridentina) dikukuhkan di Konsili Trento. Pembuatan Indeks menandai "titik balik dalam kebebasan untuk melakukan penelitian" di dalam dunia Katolik.[1] Edisi terakhir (ke-20) terbit pada tahun 1948, dan secara resmi dihapuskan oleh Paus Paulus VI pada tanggal 14 Juni 1966.[2][3]
Alasan yang diakui oleh pihak gereja dari terbitnya daftar ini adalah untuk melindungi iman dan moral para umat dengan mencegah mereka untuk membaca buku-buku atau tulisan-tulisan yang tidak bermoral yang memuat berbagai kekeliruan teologis. Buku-buku yang dianggap mengandung kekeliruan-kekeliruan tersebut termasuk beberapa karya ilmiah dari para astronomor terkemuka seperti Epitome astronomiase Copernicianae karya Johannes Kepler, yang terdaftar di Indeks tersebut dari tahun 1621 hingga tahun 1835. Berbagai edisi Indeks ini juga memuat aturan-aturan Gereja yang berhubungan dengan pembacaan, penjualan dan penyensoran buku, termasuk penerjemahan Kitab Suci ke dalam "bahasa awam".[4]
Hukum Kanon masih merekomendasikan bahwa karya-karya yang berhubungan dengan Kitab Suci, teologi, hukum kanon, sejarah gereja, dan tulisan-tulisan lain yang terutama memperhatikan masalah agama atau moralyang baik, hendaknya diajukan ke pertimbangan dewan gereja setempat.[5] Dean gereja setempat kemudian akan mengkonsultasikannya dengan seseorang yang dianggap ahli untuk memberikan keputusan dan, apabila orang tersebut memberikan penilaian nihil obstat ("tidak ada yang dilarang") dewan gereja lokal menganugerahi izin imprimatur ("biarkan dicetak").[6] Para anggota institusi religius mempersyaratkan adanya imprimi potest ("bisa dicetak") dari para pemimpin institusi mereka untuk menerbitkan buku-buku yang berkenaan dengan urusan keagamaan dan moralitas.[7]
Beberapa karya ilmiah yang masuk ke dalam edisi-edisi pertama Indeks (seperti perihal heliosentrisme) telah diajarkan secara terus-menerus di berbagai universitas Katolik di seluruh dunia. Giordano Bruno, yang bukunya masuk ke dalam Indeks, setiap tahun diperingati oleh kaum atheis dan para pemikir bebas (freethinker) di monumen yang dibangun untuknya di kota Roma di tempat di mana ia dibakar hidup-hidup.[8] Pada tahun 2002, seorang uskup Katolik Roma yang telah pensiun memberikan persetujuannya pada karya tulisa Maria Valtorta, yang telah terdaftar di dalam Indeks (walaupun tidak pernah muncul di edisi cetaknya) dan yang masih belum diberikan persetujuan resmi Gereja.[9][10]Maria Faustina Kowalska, yang tulisan-tulisannya juga pernah dilarang, dikanonisasi pada tahun 2000,[11][12] dan Antonio Rosmini-Serbati, salah seorang yang karyanya juga pernah tercantum di dalam Indeks, dibeatifikasi pada tahun 2007.[13] Perkembangan-perkembangan yang terjadi semenjak dihapuskannya Indeks menandai "hilangnya relevansi Indeks pada abad ke-21."[14]
Catatan
^Charles B. Schmitt, et al.The Cambridge History of Renaissance Philosophy (Cambridge University Press, 1991), "Printing and censorship after 1550", p.45ff.
^Paula Findlen, "A Hungry Mind: Giordano Bruno, Philosopher and Heretic"Diarsipkan 2008-12-04 di Wayback Machine., The Nation, September 10, 2008. "Campo de' Fiori was festooned with flags bearing Masonic symbols. Fiery speeches were made by politicians, scholars and atheists about the importance of commemorating Bruno as one of the most original and oppressed freethinkers of his age." Accessed on 19 September 2008
"Index of Prohibited Books", The Catholic Encyclopedia (Volume VII, 1910): "The first Roman Index of Prohibited Books (Index librorum prohibitorum), published in 1559 under Paul IV, was very severe, and was therefore mitigated under that pontiff by decree of the Holy Office of 14 June of the same year. It was only in 1909 that this Moderatio Indicis librorum prohibitorum (Mitigation of the Index of Prohibited Books) was rediscovered in Codex Vaticanus lat. 3958, fol. 74, and was published for the first time."