Rehabeam
Masa pemerintahanRehabeam berusia 41 tahun ketika ia naik takhta. Ia memerintah selama 17 tahun.[1][3] Di bawah ayahnya, Salomo, orang-orang dikenai pajak yang sangat besar untuk membayar semua proyek pembangunan yang dilaksanakan pada masa pemerintahannya. Proyek pembangunan sebuah tempat di Milo oleh Salomo, yang sebelumnya sebuah daerah terbuka yang menjadi akses yang mudah untuk ke Bait Allah dari mereka yang datang dari utara, mungkin dianggap menyusahkan oleh suku-suku di utara. Karenanya, setelah kematian Salomo segera muncul kegelisahan—rakyat khawatir bahwa Rehabeam akan mengambil kebijakan memungut pajak yang besar, suatu kebijakan yang (dianggap) pro selatan seperti ayahnya. Salomo telah mengumpulkan banyak lawan pada masa pemerintahannya di kemudian hari, terutama Hadad, pewaris takhta Edom yang didukung oleh Mesir; Rezon, anak seorang panglima tentara Aram, yang kini menjadi penguasa de facto atas Damsyik, dan Yerobeam, seorang suku Efraim yang sedang naik daun yang, berkat dorongan nabi Ahia, semakin vokal menentang kebijakan warisan Salomo. Bangsa itu menuntut agar upacara penobatan diselenggarakan di Sikhem, sebuah wilayah yang jelas-jelas pro-utara. Rehabeam yang lemah menurut, dan rakyat dengan segera menuntut pembebasan dari beban pajak yang berat. Rehabeam meminta waktu tiga hari untuk mencari nasihat sebelum ia mengumumkan keputusannya kepada rakyat. Para penasihat tua yang sebelumnya dari pemerintahan Salomo menasihatinya agar ia menurunkan pajak agar disukai oleh rakyatnya, sementara para penasihat muda, para kroni raja yang baru, menyuruhnya agar ia meningkatkan pajak guna meningkatkan kewibawaannya. Rehabeam berpihak dengan para penasihat muda dan berkata kepada rakyatnya, "Ayahku telah memberatkan tanggungan kamu, tetapi aku akan menambah tanggunganmu itu; ayahku telah menghajar kamu dengan cambuk, tetapi aku akan menghajar kamu dengan cambuk yang berduri besi."[4] Suku-suku di utara menarik pengakuan mereka terhadap keabsahan pemerintahan keluarga Daud dan menyatakan kemerdekaannya. Yerobeam bin Nebat ditunjuk sebagai raja atas mereka, dan negara pecahan mereka dikenal sebagai Kerajaan Israel Utara atau Kerajaan Israel. PeperanganRehabeam tidak menanggapi orang-orang utara secara serius. Ia mengutus Adoram (kemungkinan orang yang sama dengan Adoniram dalam pemerintahan Salomo), sang kepala pemungut pajak, untuk mengumpulkan pajak dari orang-orang utara. Adoram dirajam hingga mati, dan Rehabeam, yang tampaknya telah mengikutinya sepanjang perjalanannya, harus melarikan diri dengan tergesa-gesa ke Yerusalem. Rehabeam kembali ke Yerusalem dan menyusun sebuah pasukan yang besar untuk menindas apa yang dianggapnya sebagai pemberontakan melawan kerajaan. Jumlah pasukannya dilaporkan 180.000 orang oleh Kitab 1 Raja-raja dan Kitab 2 Tawarikh. Nabi Semaya menyatakan bahwa Allah menghendaki monarki yang bersatu itu dipecah menjadi dua, dan Rehabeam dengan segera membatalkan rencana-rencananya. Namun, Rehabeam sempat berperang dengan pasukan-pasukan Yerobeam sepanjang sisa masa pemerintahannya. Sebagian besar orang-orang Lewi meninggalkan Kerajaan Israel dan pindah ke Kerajaan Yehuda karena mereka dilarang menjalankan tugas mereka, dan jabatan mereka digantikan oleh orang-orang yang direkrut sebagai imam-imam kafir oleh Yerobeam. Pada tahun kelima pemerintahan Rehabeam, Firaun Sisak dan sekutu-sekutunya, termasuk orang-orang Etiopia, menyerang. Keseluruhan Kerajaan Yehuda (jadi, berbeda dengan Kerajaan Israel, yang terdiri dari semua suku Israel kecuali Yehuda dan Benyamin, yang ada di utara) dijarah, termasuk Bait Suci dan istana kerajaan, dan perisai-perisai emas perhiasan yang dibuat Salomo dirampas. Rehabeam menggantinya dengan perisai tembaga. Sebuah catatan penting tentang penyerangan ini ditemukan di Karnak, di Mesir Hulu, dalam ukiran-ukiran tertentu pada sebuah kuil kecil di sana. Ukiran-ukiran ini mewakili raja, Sisyak, yang memegang di tangannya sebarisan tawanan dan tokoh-tokoh lainnya, dengan nama-nama dari kota-kota Yehuda yang direbutnya, kota-kota yang telah dibentengi oleh Rehabeam.[5] Rehabeam membentengi pusat kerajaan, dan dengan demikian kebanyakan jalur ke Yerusalem diapit oleh benteng-benteng penting. Namun, jalan mendaki dari Gurun Yudea di sebelah timur dan dari Kerajaan Israel di sebelah utara tidak dibentengi. Gurun Yudea adalah dataran untuk memancing musuh yang kemudian akan disergap, sementara perbatasan Yehuda-Israel tidak dijaga karena Rehabeam tidak mengakui Kerajaan Israel sebagai negara yang merdeka. KeluargaRehabeam mengambil Mahalat, anak Yerimot bin Daud dan Abihail binti Elhiab bin Isai, menjadi isterinya, yang melahirkan baginya anak-anak lelaki ini:
Sesudah Mahalat ia mengambil Maakha,[6] anak perempuan Uriel dari Gibea[7][8] cucu perempuan Absalom,[9] menjadi isterinya, yang melahirkan baginya:
Seluruhnya Rehabeam mengambil 18 isteri dan 60 gundik dan memperanakkan 28 anak laki-laki dan 60 anak perempuan.[10] Rehabeam mencintai Maakha, cucu perempuan Absalom, lebih daripada semua isteri dan gundiknya, sehingga ia mengangkat Abia, anak Maakha, sebagai pemuka, yakni sebagai pemimpin di antara saudara-saudaranya, karena ia bermaksud menjadikan dia raja. Untuk mencegah perebutan kekuasan di istana, ia mengambil kebijaksanaan untuk menyebarkan semua anaknya yang lain ke seluruh daerah Yehuda dan Benyamin, ke segala kota kubu. Ia memberikan mereka makanan dengan limpahnya dan menyediakan bagi mereka banyak isteri.[11] Rehabeam meninggal dunia dan dikuburkan di samping nenek moyangnya di Yerusalem. Ia digantikan oleh anaknya, Abia atau Abiam.[2] Perhitungan waktuMasa pemerintahan Rehabeam diperkirakan pada 922 SM-915 SM oleh William F. Albright, yang menghitung tahun pecahnya kerajaan pada 922 SM; dan 931 SM-913 SM oleh Edwin R. Thiele.[12][13]
Pemerintahan
Lihat pula
Referensi
Pustaka
Pustaka tambahan
|