Share to:

 

Tuan Guru

Tuan Guru adalah tokoh yang memiliki ilmu pengetahuan agama dalam penyebaran Islam di Pulau Lombok. Tuan artinya haji dan guru artinya tokoh tempat menimba Ilmu atau tokoh yang mendakwahkan agama Islam. Tuan Guru juga di gunakan di pulau Borneo, khususnya di masyarakat Kalimantan Selatan utamanya dalam suku Banjar dan Melayu. Tokoh seperti ini di Pulau Jawa di sebut Kyai. Di daerah lainnya ada yang disebut syekh/Syeikh atau Ustad untuk para guru agama.

Ciri-ciri Tuan Guru

Dalam pemahaman masyarakat Pulau Lombok disebut tuan guru apabila sudah menunaikan haji dan merupakan tokoh yang memiliki murid atau pengikut yang sangat banyak. Artinya orang yang sudah menunaikan ibadah Haji disebut juga tuan tapi tidak disebut tuan guru. Walaupun memiliki jamaah yang banyak tapi belum haji juga tidak disebut tuan guru. Walaupun menjadi guru dan haji jika tidak mengajarkan atau mendakwahkan Ilmu Agama juga tidak disebut tuan guru. Kesimpulannya ciri-ciri atau syarat disebut tuan guru adalah 1. Pernah menunaikan Ibadah Haji 2. Memiliki Ilmu Pengetahuan Agama Islam 3. Mendakwahkan Agama Islam 4. Memiliki Murid atau Jamaah yang menyebutnya Tuan Guru 5. Taat menjalankan ajaran Agama yang dibuktikan dari Imaniyah, Ibadah, Muammalah, Muasyarah dan Ahlak (Emzet G al-Kautsar,2013)

Sejarah Tuan Guru

Sebelum Abad ke 18 (1700 - 1799) di Lombok belum ada sebutan tuan guru. Sebutan ini datang dari masyarakat setelah Pulau Lombok mengalamai perubahan sebutan struktur atau strata sosial. Pada abad ini starata sosial di Pulau Lombok dibagi dalam beberapa golongan yaitu 1.Raja dan keluarga raja 3. Pegawai kerajaan termasuk juga di dalamnya yang berpengaruh dalam agama dalam ruang lingkup kerajaan atau kedatuan.3 Golongan ningrat atau bangsawan, biasa disebut raden,roro, lalu, lale 4. Golongan Pruangse atau masyarakat secara umum 5. Golongan jajar karan yang merupakan abdi dari empat golongan di atas.

Seiring berjalan waktu, dalam perjalanan abad 18 dan 19 saat syistem kerajaan mulai tumbang, yang ditandai dengan munculnya pola pemerintahan dan pembagian tugas kedistrikan. Sementara masyarakat Lombok secara umum terkait norma dan peraturan banyak berpegang pada petuah dan dakwah tokoh Agama. Sehingga lambat laun mereka menjadi murid dari tokoh agama itu, di mana gurunya atau tokoh itu mereka sebut guru.Setelah menunaikan ibadah haji ke Kota Mekkah. Sang guru kembali mengajar, sementara murid-muridnya menyebut atau memanggilnya tuan guru.

Tuan Guru Abad 19

Abad ke 19 (1800-1899) perjalanan sejarah masyarakat Lombok bisa dikatakan sedang rumit dengan berbagai kejadian yang meruntuhkan persatuan dan merusak kenyamanan bermasyarakat. Peran tuan guru sangat penting bagi mereka, apalagi tuan guru rata-rata pada masa ini menunjukkan karomahnya yang dibuktikan dengan kemampuan memecahkan solusi dalam agenda-agenda tertentu di luar logika manusia.

Dalam memperjuangkan kemerdekaan, masyarakat Lombok banyak mengikuti petuah tuan guru disamping rutinitas mereka yang senang menuntut dan mengamalkan ajaran Agama. Pada Abad ini tuan guru jumlahnya sangat sedikit. Perpecahan yang terjadi karena penjajahan pada kisaran abad ini, disolusikan oleh tuan guru dengan hal-hal yang tidak mengorbankan nyawa, jiwa dan raga melainkan dengan upaya tidak terlibat atau tidak mengikuti arus perpecahan. Mereka banyak diarahkan untuk konsentrasi pada aktivitas masing-masing dan keyakinan perjalan hidup dan kehidupan bernegara sudah ditentukan oleh yang maha kuasa. Bahkan mereka juga tau, Indonesia akan merdeka pada abad kisarana abad ke 20 (1900-1999).

Perjuangan Tuan Guru Abad 19

Tuan guru pada abad ini (1800-1899) berdasarkan sejarah lebih fokus pada upaya menyatukan masyarakat di wilayah masing-masing. Kajian pustaka (sejarah) untuk Tuan Guru Umar contohnya (lahir di Kelayu sekitar 1789 M). Tuan guru ini kena imbas sejak Keruntuhan Kerajaan Selaparang yang berkisar antara tahun 1725 yang imbasnya adalah tahun-tahun setelah itu. Dimana tuan guru Umar merupakan keturunan dari penghulu agung kerajaan Selaparang. Artinya Tuan Guru Umar adalah cucu dari Kyai Nurul Huda yang merupakan anak dari penghulu Agung tersebut.

Sebagai keturunan kerajaan, masyarakat sekitar sangat percaya kepada apa yang diperjuangkan tuan guru umar untuk mempersatukan masyarakat terlebih kedudukannnya yang paham Agama. Tuan guru inipun dikenal sangat cerdas mengayomi di mana masyarakat di didik untuk berpikir dan berkarya secara luas bersama tanpa terikat golongan yang sewaktu-waktu semakin memecah belah rakyat dan merusak kenyamanan karena akibat keruntuhan Selaparang sekaligus agresi militer peperangan yang mulai berkecamuk saat itu. Baik karena kedatangan musuh dari luar lombok ataupun kekuatan asing (penjajah).

Peran dan Perkembangan Tuan Guru

Perjalanan Abad 20 dalam cerita murid turun temurun, tuan guru sering menasihati perjuangan inti untuk kemerdekaan akan berhasil dengan mendoakan perjuangan orang yang ahli dalam bidangnya. Bahkan kelahiran tokoh-tokoh yang ada di wilayah tertentu yang akan berjuang sesuai masanya, juga sering menjadi nasihat dalam dakwah. bahkan sampai menyebutkan nama wilayah tertentu dengan tanda-tandanya juga diceritakan sebagai bagian dari isi silaturrahmi masyarakat Lombok dengan tuan guru. Salah satu contohnya adalah nama Pancor, dalam pengajian Tuan Guru Umar (lahir di kelayu sekitar 1789 M) kepada murid-muridnya, menyebut suatu tempat sebagai Pancoran Ilmu, karena diketahui suatu saat nanti Pancor (sebutan kini) akan didatangi banyak orang yang menuntut Ilmu.

Ciri-ciri tersebut mulai terbukti sejak masa Tuan Guru Badarul Islam (lahir sekitar 1869) yang oleh masyarakat populer disebut tuan guru Pancor. Pancor semakin pesat berkembang dengan lahirnya Tuan Guru Muhammad Zainuddin Abdul Madjid (lahir sekitar 1898), yang pada masa itu dikenal dengan sebutan Tuan Guru Bajang. Nama tuan guru bajang merupakan nama panggilan yang konon juga merupakan panggilan dari tuan guru sebelumnya (Tuan Guru Badar) Jadi tidak ada perpecahan di antara mereka dalam dakwah Islam. Sebutan tuan guru bajang, pada masa itu untuk sebuah harapan berkembang pesatnya Ilmu Agama di Pancor bersama figur muda yang taat agama (sumber objektif, survei 2014). Tuan Guru Zainudin Abdul Majid kemudian mendirikan Yayasan Pendidikan dan melahirkan dua putri yang masing-masing melahirkan tuan guru yang disebut juga tuan guru bajang yaitu Tuan Guru Bajang Muhammad Zainul Majdi dan Tuan Guru Bajang Muhammad Zainudin Tsani. Kelahiran mereka membuktikan kebenaran apa yang disampaikan Tuan Guru Umar terkait Pancor.[1]

Daftar Pustaka

Referensi

Kembali kehalaman sebelumnya