Haji (/hædʒ/;[1]bahasa Arab: حجḤaǧǧ "ziarah") adalah ziarah Islam tahunan ke Mekkah, kota suci umat Islam, dan kewajiban wajib bagi umat Islam yang harus dilakukan setidaknya sekali seumur hidup mereka oleh semua orang Muslim dewasa yang secara fisik dan finansial mampu melakukan perjalanan, dan dapat mendukung keluarga mereka selama ketidakhadiran mereka.[2][3][4] Ini adalah satu dari lima Rukun Islam, di samping Syahadat, Salat, Zakat, dan Sawm. Haji adalah pertemuan tahunan terbesar orang-orang di dunia.[5][6] Keadaan yang secara fisik dan finansial mampu melakukan ibadah haji disebut istita'ah, dan seorang Muslim yang memenuhi syarat ini disebut mustati. Haji adalah demonstrasi solidaritas orang-orang Muslim, dan ketundukan mereka kepada Tuhan (Allah).[7][8] Kata Haji berarti "berniat melakukan perjalanan", yang berkonotasi baik tindakan luar dari perjalanan dan tindakan ke dalam niat.[9]
Ziarah terjadi dari tanggal 8 sampai 12 (atau dalam beberapa kasus ke 13[10]) dari Zulhijjah, bulan terakhir kalender Islam. Karena kalender Islam adalah bulan dan tahun Islam kira-kira sebelas hari lebih pendek daripada kalender Gregorian, tanggal haji Gregorian berubah dari tahun ke tahun. Ihram adalah nama yang diberikan pada keadaan spiritual khusus di mana peziarah mengenakan dua lembar putih kain halus. Dan menjauhkan diri dari tindakan tertentu.[7][11][12]
Haji dikaitkan dengan kehidupan nabi Islam Muhammad dari abad ke-7, namun ritual ziarah ke Mekkah dianggap oleh umat Islam untuk meregangkan ribuan tahun sampai Ibrahim. Selama haji, peziarah bergabung dalam prosesi ratusan ribu orang, yang secara bersamaan berkumpul di Mekkah selama minggu haji, dan melakukan serangkaian ritual: setiap orang berjalan berlawanan arah jarum jam tujuh kali di sekitar Ka'bah (berbentuk kubus Bangunan dan arah doa untuk kaum Muslim), berjalan bolak-balik antara bukit-bukit Al-Safa dan Al-Marwah, minuman dari Sumur Zamzam, sampai ke dataran Gunung Arafah untuk berjaga-jaga, menghabiskan satu malam di Dataran Muzdalifah, dan melakukan rajam simbolis iblis dengan melemparkan batu ke tiga pilar. Para peziarah kemudian mencukur kepala mereka, melakukan ritual pengorbanan hewan, dan merayakan festival global tiga hari Idul Adha.[13][14][15][16]
Jamaah haji juga bisa pergi ke Mekkah untuk melakukan ritual di lain waktu sepanjang tahun. Ini kadang disebut "ziarah yang lebih rendah", atau Umrah.[17] Namun, biarpun mereka memilih untuk melakukan umrah, mereka masih diwajibkan untuk melakukan ibadah haji di lain waktu dalam hidup mereka jika mereka memiliki sarana untuk melakukannya, karena Umrah bukan pengganti haji.[18]
Definisi
Secara lughawi, haji berarti menyengaja atau menuju dan mengunjungi.[19] Menurut etimologi bahasa Arab, kata haji mempunyai arti qashd, yakni tujuan, maksud, dan menyengaja. Menurut istilah syara', haji ialah menuju ke Baitullah dan tempat-tempat tertentu untuk melaksanakan amalan-amalan ibadah tertentu pula. Yang dimaksud dengan tempat-tempat tertentu dalam definisi di atas, selain Ka'bah dan Mas'a (tempat sa'i), juga Arafah, Muzdalifah, dan Mina. Yang dimaksud dengan waktu tertentu ialah bulan-bulan haji yang dimulai dari Syawal sampai sepuluh hari pertama bulan Zulhijah. Adapun amal ibadah tertentu ialah thawaf, sa'i, wukuf, mazbit di Muzdalifah, melontar jumrah, mabit di Mina, dan lain-lain.[20]
Orang-orang Arab pada zaman jahiliyah telah mengenal ibadah haji ini yang mereka warisi dari nenek moyang terdahulu dengan melakukan perubahan di sana-sini. Akan tetapi, bentuk umum pelaksanaannya masih tetap ada, seperti tawaf, sa'i, wukuf, dan melontar jumrah. Hanya saja, disebutkan bahwa pelaksanaannya tidak sesuai lagi dengan syariat yang sebenarnya. Untuk itu, Islam datang dan memperbaiki segi-segi yang salah dan tetap menjalankan apa-apa yang telah sesuai dengan petunjuk syara' (syariat), sebagaimana yang diatur dalam al-Qur'an dan sunnah rasul.[20] Latar belakang ibadah haji ini juga didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh nabi-nabi dalam agama Islam, terutama Ibrahim. Ritual Tawaf didasarkan pada ibadah serupa yang dilaksanakan oleh umat-umat sebelum nabi Ibrahim. Ritual sa'i, yakni berlari antara bukit Shafa dan Marwah (daerah agak tinggi di sekitar Ka'bah yang sudah menjadi satu kesatuan Masjidil Haram, Mekkah), juga didasarkan untuk mengenang ritual istri kedua Ibrahim ketika mencari air untuk anaknya Ismail. Sementara wukuf di Arafah adalah ritual untuk mengenang tempat bertemunya Adam dan Hawa di muka bumi, yaitu asal mula dari kelahiran seluruh umat manusia.[20]
Bangsa Arab sebelum kedatangan Islam adalah pemuja berhala.[21] Ka'bah masih menjadi pusat pemujaan mereka, dan dipenuhi dengan berhala dan gambar Malaikat. Selama musim ziarah tahunan, orang-orang dari dalam dan luar negeri akan mengunjungi Ka'bah.[22]
Pola Haji saat ini didirikan oleh nabiIslamMuhammad yang melakukan reformasi terhadap ziarah pra-Islam orang-orang Arab pagan pada tahun 632 M,[23] namun asal mula Haji adalah atas perintah Tuhan kepada Ibrahim untuk meninggalkan istrinya Hajar (Hagar) dan anaknya Ismail (Ismael) sendirian di padang pasir kuno Mekkah dengan sedikit makanan dan air yang segera berakhir. Mekkah kemudian menjadi tempat yang tidak berpenghuni. Untuk mencari air, Hajar dengan putus asa berlari tujuh kali di antara dua bukit Shofa dan Marwah tapi tidak menemukan satu pun.[24] Kembali dalam keputusasaan ke di Ismail, dia melihat bayi itu menggaruk tanah dengan kakinya dan keluar air mancur di bawahnya.[25] Karena adanya air, suku-suku mulai menetap di Mekkah, Jurhum menjadi suku pertama yang datang. Ketika dewasa, Ismail menikah di suku dan mulai tinggal bersama mereka. Al Quran menyatakan bahwa Ibrahim, bersama dengan anaknya Ismail, membangun fondasi sebuah rumah yang diidentifikasi oleh kebanyakan komentator sebagai Ka'bah. Setelah menempatkan Batu Hitam di sudut timur Ka'bah, Ibrahim menerima sebuah wahyu di mana Allah mengatakan ke Nabi Ibrahim yang sudah berusia lanjut bahwa dia sekarang harus pergi dan mengumumkan ziarah ke umat manusia. Al Quran menyebutkan kejadian ini dalam Surat Al-Baqarah (2) ayat 124-127 dan Al-Hajj (22) ayat 27-30.
Sesaat sebelum wafatnya, Muhammad melakukan ziarah satu-satunya dan terakhir dengan sejumlah besar pengikut, dan mengajarkan mereka ritus haji dan tata krama untuk melakukan hal itu. Di dataran Arafah, dia menyampaikan pidato terkenal - yang dikenal dengan Khotbah perpisahan Nabi Muhammad - ke mereka yang hadir di sana.[26][27] Sejak saat itu, haji menjadi salah satu dari Lima Rukun Islam.[28]
Selama abad pertengahan, peziarah akan berkumpul di kota-kota besar seperti Basra, Damaskus, dan Kairo untuk pergi ke Mekkah dalam kelompok dan karavan yang terdiri dari puluhan ribu peziarah.[29][30]
Dalam sejarah haji yang cukup panjang, suku-suku nomaden padang pasir - yang dikenal sebagai Badui - telah menjadi isu keamanan yang agak ketat untuk kafilah haji[n 1][29][30] dan untuk memastikan bahwa para peziarah diberikan perbekalan yang diperlukan.[29] Sekali lagi, sepanjang sejarah, perjalanan ziarah ke Mekkah telah menawari para peziarah dan juga para pedagang profesional kesempatan untuk melakukan berbagai aktivitas perdagangan baik dalam perjalanan maupun di Mekkah, Damaskus, dan Kairo.[31]
Waktu
Tanggal Haji dilaksanakan mengikuti kalender Islam (dikenal dengan kalender Hijriyah atau H), yang didasari penanggalan kalender bulan.[32][33] Setiap tahun, ritual Haji dilaksanakan dalam periode lima hari, mulai dari tanggal 8 dan berakhir di 12 Zulhijjah, bulan kedua belas sekaligus terakhir kalender Islam. Selama lima hari tersebut, 9 Zulhijjah dikenal sebagai Hari Arafah, dan hari ini dikenal dengan nama hari Haji. Dikarenakan kalender Islam adalah jenis kalender bulan dan tahun Islam berbeda sebelas hari lebih sedikit dibanding tahun Gregorian, tanggal Haji menurut kalender Gregorian berubah dari tahun ke tahun. Para jamaah Haji pun menghitung penanggalan musim Haji sebelas atau sepuluh hari lebih awal dari tanggal Haji dari satu tahun sebelumnya.[33][34] Hal ini dapat menyebabkan musim Haji jatuh dua kali dalam satu tahun kalender Gregorian, dan terjadi hanya 33 tahun sekali. Fenomena langka tersebut baru-baru ini terjadi di musim Haji 2006.[35] Tabel di bawah ini menunjukkan penanggalan Gregorian untuk musim Haji tahun terkini (tanggal dalam tabel bertepatan dengan 9 Zulhijah tahun Hijriah):
Setiap jamaah bebas untuk memilih jenis ibadah haji yang ingin dilaksanakannya; dan Nabi islam Muhammad memberi kebebasan dalam hal itu, sebagaimana terlihat dalam hadis berikut.
Aisyah berkata: Kami berangkat beribadah bersama Rasulullah dalam tahun Hajjatul Wada'. Di antara kami ada yang berihram, untuk Haji dan Umrah dan ada pula yang berihram untuk Haji. Orang yang berihram untuk umrah ber-tahallul ketika telah berada di Baitullah. Sedang orang yang berihram untuk haji jika ia mengumpulkan haji dan umrah. Maka ia tidak melakukan tahallul sampai dengan selesai dari nahar.[19][45]
Berikut adalah jenis dan pengertian haji yang dimaksud.[19]
Haji ifrad, berarti menyendiri. Pelaksanaan ibadah haji disebut ifrad bila seseorang bermaksud menyendirikan, baik menyendirikan haji maupun menyendirikan umrah. Dalam hal ini, yang didahulukan adalah ibadah haji. Artinya, ketika mengenakan pakaian ihram di miqat-nya, orang tersebut berniat melaksanakan ibadah haji dahulu. Apabila ibadah haji sudah selesai, maka orang tersebut mengenakan ihram kembali untuk melaksanakan umrah.[45]
Haji tamattu', mempunyai arti bersenang-senang atau bersantai-santai dengan melakukan umrah terlebih dahulu di bulan-bulah haji, lain bertahallul. Kemudian mengenakan pakaian ihram lagi untuk melaksanakan ibadah haji, pada tahun yang sama. Tamattu' dapat juga berarti melaksanakan ibadah di dalam bulan-bulan serta di dalam tahun yang sama, tanpa terlebih dahulu pulang ke negeri asal.[45]
Haji qiran, mengandung arti menggabungkan, menyatukan atau menyekaliguskan. Yang dimaksud di sini adalah menyatukan atau menyekaliguskan berihram untuk melaksanakan ibadah haji dan umrah. Haji qiran dilakukan dengan tetap berpakaian ihram sejak miqat makani dan melaksanakan semua rukun dan wajib haji sampai selesai, meskipun mungkin akan memakan waktu lama. Menurut Abu Hanifah, melaksanakan haji qiran, berarti melakukan dua tawaf dan dua sa'i.[45]
Kegiatan
Literatur Fikih menggambarkan cara-cara dalam melaksanakan ritus Haji, dan jamaah utamanya mengikuti kitab panduan dan menaatinya untuk memenuhi seluruh kewajiban Haji dengan sempurna.[46] Dalam melaksanakan ibadah Haji, jamaah tidak hanya mengikuti tata cara Nabi Muhammad, tetapi juga memperingati peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan Ibrahim.[47]
Ihram
Ketika jamaah mencapai niat dalam hati Miqat (batas-batas tertentu tempat atau waktu jamaah berniat melaksanakan Haji), untuk memasuki keadaan yang suci–dikenal dengan Ihram–yang hanya memakai dua lembar kain putih tanpa jahitan untuk laki-laki, dengan satu kain menutup sekitar pinggang mencapai bagian bawah lutut dan kain lain dipakai di bahu kiri mengikat di sisi kanan; mengenakan pakaian biasa untuk wanita dengan memenuhi kondisi pakaian Muslimah Islami dengan tangan dan wajah tidak ditutup;[48][halaman dibutuhkan] mengambil wudu; merencanakan keinginan (niyah) untuk melaksanakan ibadah Haji dan untuk menjauhkan diri dari hal-hal yang dilarang seperti memotong kuku, mencukur bagian tubuh manapun, melakukan hubungan seksual; menggunakan wangi-wangian, merusak tanaman, membunuh hewan, menutup kepala (untuk laki-laki) atau wajah dan telapak tangan (untuk wanita); melakukan pernikahan; atau mengangkat senjata.[7][11] Ihram memiliki makna bahwa setiap umat baik yang miskin maupun yang kaya sama di depan Tuhan: tidak ada perbedaan antara keduanya.[47]
Tawaf and sa'i
Ritual Tawaf termasuk berjalan tujuh kali melawan arah jarum jam mengelilingi Ka'bah.[49] Ketika sampai di Masjidil Haram, jamaah melakukan tawaf kedatangan yang juga bagian dari Umrah atau sebagai tawaf selamat datang.[50] Saat tawaf, jamaah juga memasuki Hateem–sebuah wilayah di sisi utara Ka'bah \–di dalam jalan mereka. Setiap putaran dimulai dengan mencium atau menyentuh Batu Hitam (Hajar Aswad).[51] Jika mencium batu tidak memungkinkan karena padatnya jamaah, mereka cukup menyejajarkan diri dengan arah Batu Hitam dengan mencium tangan sendiri ketika tawaf. Makan tidak diperbolehkan namun minum air tetap diizinkan, karena risiko dehidrasi. Laki-laki dianjurkan untuk melakukan tiga putaran pertama dengan cepat dikenal sebagai Ramal, dan diikuti empat putaran lainnya dengan tidak terlalu cepat.[48][halaman dibutuhkan][51]
Pelengkap ibadah tawaf adalah salat dua Raka'at di belakang Tempat Ibrahim (Muqam Ibrahim), sebuah tugu dekat Ka'bah di dalam masjid.[51][52] Walau demikian, dikarenakan padatnya jamaah saat musim Haji, mereka cukup melaksanakan salat di mana saja di dalam masjid. Setelah salat, jamaah juga meminum air dari sumur Zamzam, yang tersedia dalam keran Masjid.[53]
Walaupun secara tradisional ibadah tawaf dilakukan di lantai dasar, tawaf saat ini juga dapat dilakukan di lantai pertama dan atap masjid agar tidak terjadi kepadatan.
Tawaf diikuti oleh sa'i, berjalan atau berlari tujuh kali antara bukit Shofa dan Marwah, berlokasi dekat Ka'bah.[49][52] Sebelumnya tempat ini berada di tempat terbuka, kini tempat ini tertutup dan masuk ke dalam area Masjidil Haram, dan dapat berhubungan langung dengan terowongan.[54] Jamaah diharuskan berjalan di antara kedua bukit ini, sampai tanda dua tiang hijau sebuah bagian kecil sebagai tanda kapan mereka harus berlari. Jalur ini kini memiliki "jalur ekspres" bagi para penyandang disabilitas atau orang-orang tua. Setelah sa'i, jamaah laki-laki mencukur rambutnya dan wanita memotong beberapa bagian rambut, ini juga sebagai pelengkap ibadah Umrah.
Bukit Shafa dekat Ka'bah di dalam Masjidil Haram
Sa'i menuju Shofa
Bagian tengah jalur sa'i yang dikhususkan bagi para penyandang disabilitas atau orang-orang tua. Catatan bahwa jalur ini juga di bagi dua.
Di 9 Zulhijah sebelum siang, jamaah sampai di Arafah, sebuah wilayah datar dan berbatu berlokasi 20 kilometer di timur Mekkah.[56] Hal yang dilakukan di Arafah termasuk berdoa, mengingat dosa masa lalu, melihat kebesaran Tuhan, dan mendengarkan nasihat-nasihat dari para sarjana Islam di dekat Jabal al-Rahmah (Gunung Kasih Sayang),[55] di sanalah Muhammad menyampaikan khotbah terakhirnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan sejak siang hingga matahari terbenam,[56] ibadah ini bernama 'berdiri sebelum Tuhan' (wuquf), salah satu ritual paling penting dalam ibadah Haji.[7] Di Masjid Namirah, jamaah melaksanakan sembahyang siang dan sore bersamaan di waktu sore.[55] Seorang jamaah yang tidak melaksanakan wukuf di Arafah tidak akan diterima sebagai ibadah haji, meskipun telah membayar denda.[14][56]
Muzdalifah
Jamaah haji harus meninggalkan Arafah menuju Muzdalifah setelah sore tanpa salat maghrib (sore) di Arafat.[57] Muzdalifah adalah wilayah antara Arafat dan Mina. Ketika mereka sampai di sana, jamaah melaksanakan salat Maghrib dan Isya dengan disatukan (jama), menghabiskan malam untuk berdoa dan tidur di alas langsung tanpa atap menghadap ke langit, dan mengumpulkan tenaga untuk melaksanakan lempar jumrah di keesokan harinya.[58]
Kembali di Mina, jamaah Haji melakukan upacara simbolik melempari Iblis dengan batu (Ramy al-Jamarat) dengan melontarkan tujuh buah batu hanya ke salah satu dari tiga pilar, dikenal sebagai Jamrat al-Aqabah dari matahari terbit hingga terbenam.[14][59] Dua pilar (jamarah) lainnya tidak diberlakukan ibadah melempar jumrah pada hari tersebut.[60] Ketiga tiang tersebut direpresentasikan sebagai Syetan.[61] Jamaah naik ke Jembatan Jumrah, sebagai tempat melempar jumrah. Dikarenakan alasan keamanan, di 2004 tiang diganti dengan tembok panjang besar, dengan parit penampung kerikil di bawahnya.[62][63]
Kurban hewan
Setelah melempar jumrah, hewan disembelih sebagai cara untuk memperingati kisah Ibrahim dan Isma'il. Secara tradisional jamaah mengorbankan hewan mereka sendiri-sendiri, atau mengatur penyembelihan. Kini beberapa jamaah Haji cukup membeli voucher kurban di Mekkah sebelum musim Haji berlangsung, yang mengeluarkan seekor hewan untuk dikurbankan dengan menyebut nama Allah pada hari kesepuluh Zulhijah, tanpa dihadiri oleh jamaah Haji pemiliknya. Proses yang modern mempercepat pengemasan daging, yang kemudian dibagikan kepada orang miskin di seluruh dunia.[14][54] Di waktu yang sama seperti di Mekkah, Muslim juga melaksanakan Kurban, dalam empat hari berturut-turut (10, 11, 12, dan 13 Zulhijjah ) yang dikenal dengan nama Iduladha.[15]
Cukur rambut
Setelah mengorbankan seekor hewan, ritual Haji terpenting lainnya adalah memotong atau menghabiskan rambut kepala (dikenal dengan Halak). Semua jamaah laki-laki mencukur atau menggunduli rambutnya pada hari Iduladha dan jamaah wanita memotong bagian rambutnya.[64][65][66]
Tawaf Al-Ifaadah
Pada hari yang sama atau keesokan harinya, jamaah kembali mengunjungi Masjidil Haram di Mekkah untuk tawaf lainnya, dikenal sebagai Tawaf al-Ifadah, sebuah bagian pokok dari Haji.[65] Ini melambangkan jawaban atas ketergesaan kepada Allah dan menunjukkan cinta kepada-Nya, dan diwajibkan sebagai bagian dari Haji. Malam tanggal 10 dihabiskan kembali di Mina.[67][68][69][70][71][72]
Hari keempat: 11 Zulhijah
Dimulai di siang hingga matahari terbenam di 11 Zulhijah (dan tanggal setelahnya), jamaah Haji kembali melempar jumrah, kali ini dilemparkan ke dua dari tiga pilar di Mina. Ibadah ini termasuk ke dalam lempar jumrah.[59]
Hari kelima: 12 Zulhijah
Di 12 Zulhijah ritual yang sama seperti yang dilakukan di 11 Zulhijah.[59] Jamaah meninggalkan Mina ke ke Mekkah sebelum matahari terbenam pada tanggal 12 Zulhijah.
Hari terakhir di Mina: 13 Zulhijah
Jika tidak mampu meninggalkan Mina pada tanggal 12, mereka diharuskan kembali melempar jumrah sebelum kembali ke Mekkah.[59]
Tawaf al-Wadaa
Akhirnya, sebelum meninggalkan Mekkah, jamaah melaksanakan tawaf perpisahan yang disebut Tawaf al-Wadaa. 'Wadaa' berarti 'undangan perpisahan'. Jamaah mengelilingi Ka'bah tujuh kali melawan arah jarum jam, dan jika memungkinkan, disunnahkan untuk mencium dan menyentuh Ka'bah.[14]
Di kota inilah berdiri pusat ibadah umat Islam sedunia, Ka'bah, yang berada di pusat Masjidil Haram. Dalam ritual haji, Makkah menjadi tempat pembuka dan penutup ibadah ini ketika jamaah diwajibkan melaksanakan niat dan thawaf haji.[butuh rujukan]
Kota di sebelah timur Makkah ini juga dikenal sebagai tempat pusatnya haji, yaitu tempat dilaksanakannya wukuf yakni pada tanggal 9 Zulhijah tiap tahunnya. Daerah berbentuk padang luas ini adalah tempat berkumpulnya sekitar dua juta jamaah haji dari seluruh dunia dan selalu meningkat dari tahun ke tahun. Di luar musim haji, daerah ini tidak dipakai.[74]
Muzdalifah
Tempat di dekat Mina dan Arafah, dikenal sebagai tempat jamaah haji melakukan Mabit (Bermalam) dan mengumpulkan bebatuan untuk melaksanakan ibadah jumrah di Mina.[75]
Tempat berdirinya tugu jumrah, yaitu tempat pelaksanaan kegiatan melontarkan batu ke tugu jumrah sebagai simbolisasi tindakan Nabi Ibrahim ketika mengusir setan. Di masing-masing tempat itu berdiri tugu yang digunakan untuk pelaksanaan: Jumrah Aqabah, Jumrah Ula, dan Jumrah Wustha. Di tempat ini jamaah juga diwajibkan untuk menginap (mabit) satu malam.[76][77][78]
Madinah adalah kota suci kedua umat Islam. Di tempat inilah panutan umat Islam, Nabi Muhammad dimakamkan di Masjid Nabawi. Tempat ini sebenarnya tidak masuk ke dalam ritual ibadah haji, namun jamaah haji dari seluruh dunia biasanya menyempatkan diri berkunjung ke kota yang letaknya kurang lebih 330 km (450 km melalui transportasi darat) utara Mekkah ini untuk berziarah dan melaksanakan salat di masjidnya Nabi.[butuh rujukan]
Haji Arbain (bahasa Arab: اربعينarba'in, artinya "empat puluh") adalah ibadah haji yang disertai dengan salat fardhu sebanyak 40 kali di Masjid An-Nabawi Madinah tanpa terputus. Ibadah ini sering kali dikerjakan oleh jamaah haji dari Indonesia. Dalam pelaksanaannya, mereka setidak-tidaknya tinggal di Madinah saat haji selama 8 atau 9 hari, dan dengan perhitungan sehari akan salat wajib sebanyak 5 kali dan selama 8 atau 9 hari maka akan tercukupi jumlah 40 kali salat wajib tanpa terputus.[79]
Persiapan dan Fasilitas
Selayaknya keharusan bagi pemerintah Saudi setiap tahunnya untuk pertumbuhan jumlah jamaah Hajj poses sebuah tantangan logistik untuk pemerintah Arab Saudi, yang berwenang, sejak 1950-an, dihabiskan lebih dari $100 miliar untuk menambah sarana dan prasarana Haji.[27][32] Permasalahan utama seperti perumahan, transportasi, sanitasi, dan layanan kesehatan dibenahi dan dievaluasi besar-besaran oleh pemerintah dengan memeperkenalkan beberapa progran, dengan tujuan agar jamaah haji saat ini menikmati dan fasilitas modern dalam melaksanakan ritual Haji.[54] Pemerintah Arab Saudi kadang kala menaik-turunkan kuota untuk berbagai negara untuk mempertahankan jumlah jamaah agar terkendali, serta menyusun kekuatan petugas keamanan besar-besaran dan kamera CCTV untuk memantau keamanan situasi saat Haji.[27][32][80][81] Beragam program institusi dan pemerintah, seperti Subsidi Haji di India atau Tabung Haji di Malaysia meringankan jamaah dalam biaya perjalanan haji.[82] Untuk Haji 2014, khusus meja informasi Haji di pasang di bandara-bandara di Pakistan untuk membantu jamaah haji.[83]
Transportasi
Secara tradisional, peziarah ke Mekkah kebanyakan mengadakan perjalanan ziarah dengan menaiki unta sebagai transportasi utama. Saat pertengahan abad ke sembilan belas (setelah 1850-an), kapal uap mulai digunakan untuk perjalanan jamaah Haji ke Mekkah, dan jumlah jamaah Haji yang melakukan perjalanan melalui laut pun mulai meningkat.[84] Hal tersebut berlangsung selama beberapa masa,[85] sampai perjalanan udara lahir dan mendominasi; Mesir memperkenalkan jasa penerbangan pertama untuk jamaah Haji di 1937.[86][87] Saat ini, beberapa perusahaan penerbangan dan biro perjalanan offer Hajj packages, dan menyusun transportasi dan akomodasi untuk jamaah Haji.[88]Bandar Udara Internasional King Abdul Aziz di Jeddah dan Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz di Madinah menjadi terminal khusus bagi para Jamaah Haji untuk mempermudah pintu masuk kedatangan jamaah Haji.[89][90] Bandar udara internasional lain di seluruh dunia, sepeeti Indira Gandhi dj New Delhi, Bandar Udara Internasional Rajiv Gandhi di Hyderabad, Jinnah di Karachi dan Soekarno-Hatta di Jakarta juga memiliki terminal khusus atau temporary facilities untuk melayani jamaah dalam keberangkatan maupun kedatangan kembali ke tanah air.[91] Saat Haji, beberapa maskapai menambah jumlah penerbangan untuk memenuhi kebutuhan karena banyaknya jumlah jamaah Haji.[32][89]
Saat musim Haji berlangsung, jamaah Haji bepergian antara lokasi-lokasi berbeda dengan bus atau berjalan kaki. Pemerintah Saudi mengawasi dengan ketat akses kendaraan yang melewati jalur-jalur padat. Walau bagaimanapun, perjalanan masih tetap dilaksanakan dalam beberapa jam saat kepadatan lalu lintas kendaraan dan pejalan kaki. Di 2010, pemerintah Saudi memulai mengoperasikan sebuah monorel yang mengangkut jamaah ke Arafat, Muzdalifah dan Mina. Jasa ini mampu mengurangi waktu perjalanan "Nafrah" dari Arafat ke Muzdalifah untuk beberapa menit. Jika angkutan ini melebihi kapasitas, penggunaan monorel tidak dibuka untuk jamaah haji dan subyeknya untuk pengawasan ketat oleh pemerintah Saudi. Saat ini, monorel mampu mengangkut hingga 500.000 jamaah haji.[92]
Masalah Berdesakan
Jumlah jamaah haji meningkat secara besar-besaran akhir-akhir ini, yang menyebabkan beberapa kecelakaan dan kematian karena terlalu padat. Kecelakaan pertama di musim Haji masa modern terjadi di 1990, ketika sebuah terowongan runtuh dan merenggut 1,462 nyawa.[93] Setelah kejadian tersebut, beragam teknik pemecah kepadatan jamaah digunakan untuk alasan keamanan. Penyebab desak-desakan besar, beberapa hal dilakukan jamaah Haji agar lebih simbolik. Untuk contohnya, ketertidakwajiban untuk mencium Hajar Aswad. Alternatifnya, jamaah hanya perlu mencium tangannya sendiri kemudian melambaikan tangannya ketika sejajar dengan Hajar Aswad saat melakukan Tawaf. Juga, pilar besar yang digunakan untuk melempar jumrah di ubah menjadi tembok panjang di 2004 dengan parit di bawahnya untuk mewadahi batu-batu.[62][63] Contoh lain adalah kurban, yang saat ini ditangani rumah pemotongan hewan yang di kelola otoritas Saudi, tanpa jamaah yang hadir di sana.[48][94][95]
Untuk Haji di 2016, otoritas Saudi memberikan kalung GPS elektronik.[96]
Walaupun berbagai upaya keamanan dilakukan, berbagai insiden masih terjadi ketika musim Haji. kecelakaan Haji 2015, menyebabkan 769 meninggal dan melukai 934 lainnya, berdasarkan data pemerintah Arab Saudi.[97][98] Sebuah laporan dari Associated Press menjumlahkan total sedikitnya 1470 korban dari laporan resmi negara lain, membuat kecelakaan tersebut menjadi kecelakaan paling mematikan hingga saat ini.[97] Isu lain muncul di 2013 dan 2014 tentang penyebaran virus MERS karena antrian massa Haji.[6][99] Menteri Kesehatan Arab Saudi Abdullah Al-Rabia mengatakan bahwa otoritasnya tidak menemukan kasus MERS pada jamaah sejauh ini.[100] Ia juga berkata bahwa, dari sekian banyak kasus MERS, Arab Saudi siap untuk musim Haji 2014.[101][102]
Kepentingan
Untuk Muslim, Haji berhubungan dengan keagamaan sebagai kepentingan di bidang sosial. Terpisah dari sebuah ketaatan dalam menjalankan kewajiban beragama, Haji terlihat untuk menjadi seseorang yang berspiritual terpuji untuk menyediakan Muslim dengan kesempatan mengintrospeksi diri.[103] Haji disajikan sebagai sebuah pengingat Hari Pengadilan yang dipercayai umat muslim akan terjadi.[104]Literatur Hadits (perkataan Nabi Muhammad) menyabdakan beragam kebaikan seorang jamaah Haji mencapai kesuksesan untuk memenuhi ibadah Haji mereka.[n 2] Setelah berhasil melaksanakan ibadah Haji, jamaah dapat menambahkan nama depan mereka dengan gelar 'Al-Hajji', dan diadakan dengan rasa hormat dalam masyarakat Muslim.[105] Namun, sarjana Islam berpendapat bahwa Haji dapat berarti komitmen keagamaan seorang Muslim, dan tidak dapat menjadi sebuah peningkatan status sosial mereka.[105] Haji membawa kebersamaan dan menyatukan Muslim dari perbedaan bagian dunia tanpa memperdulikan ras, warna kulit, dan budaya, semua itu melambangkan persamaan.[7][64]
Sebuah studi 2008 pada pengaruh besar mengikuti ziarah Islam menemukan bahwa komunitas Muslim menjadi lebih positif dan toleran setelah berhaji. Dengan judul Memperkirakan Pengaruh Besar Haji: Agama dan Toleransi dalam Masyarakat Islam Global dan diselenggarakan dengan bantuan Harvard University's John F. Kennedy School of Government, studi mencatat bahwa Haji "meningkatkan keimanan dalam kesamaan harmoni antara grup etnik dan sekte-sekte Islam dan memimpin untuk sikap yang menguntungkan terhadap wanita, termasuk dukungan yang lebih besar untuk pendidikan dan jabatan wanita" dan bahwa "Haji menunjukkan meningkatkan keimanan dalam perdamaian, dan dalam kesamaan dan harmoni adherents perbedaan agama."[106]
Malcolm X, seorang aktivis Amerika saat Civil Rights Movement, menggambarkan atmosfer sosialnya ketika pengalaman haji 1960-an, ia menyatakan:
Terdapat sepuluh dari ribuan jamaah, dari seluruh penjuru dunia. Mereka beragam warnanya, dari rambut pirang bermata biru hingga orang Afrika berkulit hitam. Tetapi mereka tetap berdampingan dalam melakukan ritual yang sama, menampilkan sebuah semangat persatuan dan persaudaraan bahwa pengalaman saya di Amerika mengajarkan saya untuk percaya tidak pernah hidup antara kulit putih dan non-kulit putih. Amerika butuh untuk mengerti Islam, karena ini adalah sebuah agama yang menghapus dari masalah ras dan masyarakatnya. Anda dapat terkejut terhadap kata-kata saya. Tetapi di Haji kali ini, apa yang saya lihat, dan yang saya alami, menjadi kekuatan untuk menyusun kembali beberapa kehidupan saya kedepannya[107]
Aspek Ekonomi
Di 2014, Arab Saudi mengumumkan bahwa mereka mendapatkan $8.5 miliar dari Haji.[108] Sumber pendapatan negara Arab Saudi terbesar setelah minyak dan gas adalah Haji dan negara mengharapkan untuk mengandalkan lebih banyak pada Haji sebagai jumlah tersedianya minyak dan gas untuk kemunduran penjualan.[17]
Tempat Bersejarah
Berikut ini adalah tempat-tempat bersejarah, yang meskipun bukan rukun haji, namum biasa dikunjungi oleh para jemaah haji atau peziarah lainnya:[109]
Jabal Nur dan Gua Hira
Jabal an-Nur terletak kurang lebih 6 km di sebelah utara Masjidil Haram.[110] Di puncaknya terdapat sebuah gua yang dikenal dengan nama Gua Hira. Di gua inilah Nabi Muhammad menerima wahyu yang pertama, yaitu surat Al-'Alaq ayat 1-5.[111]
Jabal Tsur terletak kurang lebih 6 km di sebelah selatan Masjidil Haram. Untuk mencapai Gua Tsur ini memerlukan perjalanan mendaki selama 1.5 jam. Di gunung inilah Nabi Muhammad dan Abu Bakar As-Siddiq bersembunyi dari kepungan orang Quraisy ketika hendak hijrah ke Madinah.[112][113]
Yaitu tempat bertemunya Nabi Adam dan Hawa setelah keduanya terpisah saat turun dari surga. Peristiwa pentingnya adalah tempat turunnya wahyu yang terakhir pada Nabi Muhammad, yaitu surat Al-Maidah ayat 3.[114]
Gunung Uhud teretak kurang lebih 5 km dari pusat kota Madinah. Di bukit inilah terjadi perang dahsyat antara kaum muslimin melawan kaum musyrikin Mekkah. Dalam pertempuran tersebut gugur 70 orang syuhada di antaranya Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi Muhammad. Kecintaan Rasulullah pada para syuhada Uhud, membuat dia selalu menziarahinya hampir setiap tahun. Untuk itu, Jabal Uhud menjadi salah satu tempat penting untuk diziarahi.
Baqi' adalah tanah kuburan untuk penduduk sejak zaman jahiliyah sampai sekarang. Jamaah haji yang meninggal di Madinah dimakamkan di Baqi', letaknya di sebelah timur dari Masjid Nabawi. Di sinilah makam Utsman bin Affan, para istri nabi, putra dan putrinya, dan para sahabat dimakamkan. Ada banyak perbedaan makam seperti di tanah suci ini dengan makam yang ada di Indonesia, terutama dalam hal peletakan batu nisan.
Pada masa permulaan Islam, kaum muslimin melakukan salat dengan menghadap kiblat ke arah Baitul Maqdis di Yerusalem, Palestina. Pada tahun ke-2 H bulan Rajab pada saat Nabi Muhammad melakukan salat Zuhur di masjid ini, tiba-tiba turun wahyu surat Al-Baqarah ayat 144 yang memerintahkan agar kiblat salat diubah ke arah Kabah Masjidil Haram, Mekah. Dengan terjadinya peristiwa tersebut maka akhirnya masjid ini diberi nama Masjid Qiblatain yang berarti masjid berkiblat dua.
Jumlah jamaah per tahun
Terdapat pertumbuhan substansial jumlah jamaah Haji dalam 92 tahun, dan jumlah jamaah Haji luar negeri meningkat kira-kira 2,824 persen, dari 58,584 di 1920 hingga 1,712,962 di 2012.[115] Karena perluasan dan pengembangan di Masjidil Haram, otoritas mengurangi jumlah jamaah Haji tahun 2013.[116][117] Berikut adalah jumlah jamaah Haji yang sampai di Arab Saudi setiap tahun untuk melaksanakan ibadah Haji.
Desember1975: 200 jamaah tewas di dekat kota Mekkah setelah sebuah pipa gas meledak dan membakar sepuluh tenda.[150]
4 Desember1979: 153 jamaah tewas dan 560 lainnya terluka setelah petugas keamanan Arab Saudi yang dibantu tentara Prancis mencoba membebaskan Masjidil Haram yang disandera sekelompok militan selama dua minggu.
31 Juli1987: 402 jamaah tewas, 275 di antaranya dari Iran, setelah ribuan jamaah Iran yang melakukan demonstrasi mendapat perlawanan fisik dari keamanan Arab Saudi. Akibat dari insiden itu Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran, yang akhirnya tidak mengirimkan jamaahnya ke Makkah hingga tahun 1991.
10 Juli1989: satu jamaah tewas dan 16 terluka akibat penembakan di dalam Masjidil Haram. Akibatnya 16 orang Kuwait yang melakukan penyerangan dihukum tembak mati.
15 Juli1989: lima jamaah asal Pakistan tewas dan 34 lainnya terluka akibat insiden penembakan oleh sekelompok orang bersenjata di perumahan mereka di Makkah.
2 Juli 1990: 1.426 jamaah tewas kebanyakan dari Asia akibat terperangkap di dalam terowongan Mina.[151][152]
24 Mei1994: 270 jamaah tewas akibat saling dorong dan injak di Mina.
7 Mei1995: tiga jamaah tewas akibat kebakaran di Mina.
15 April1997: 343 jamaah tewas dan 1.500 lainnya terluka karena kehabisan napas karena terjebak di dalam kebakaran tenda di Mina.[153]
9 April1998: 118 jamaah tewas karena berdesak–desakkan saat pelaksanaan lontar jumroh.[154]
5 Maret2001: 35 jamaah tewas serta puluhan lainnya luka – luka karena berdesak – desakan di Jammarat.[155]
11 Februari2003: 14 jamaah tewas di Jumrotul Mina – enam di antaranya wanita.[156]
1 Februari2004: Sebanyak 251 jamaah tewas selama pelaksanaan lontar jumrah.[157]
23 Januari2005: 29 jamaah tewas akibat banjir terburuk dalam 20 tahun terakhir di Madinah.[158]
5 Januari2006: Sebanyak 76 tewas akibat runtuhnya sebuah penginapan al-Rayahin di jalan Gaza, sekitar 200 meter sebelah barat Masjidil Haram.
12 Januari2006: Sedikitnya 345 jamaah tewas di Jammarat selama pelaksanaan lontar jumrah. Insiden ini terjadi pada pukul 15.30 waktu setempat usai salat Zuhur, setelah jutaan jamaah saling berdesak–desakkan di pintu masuk sebelah utara lantai dua Jammarat.
11 September2015: 107 jamaah tewas dan 238 jamaah luka-luka akibat jatuhnya crane yang digunakan dalam proyek perluasan Masjidil Haram saat hujan dan angin kencang.
24 September2015: lebih dari 700 jamaah tewas dan lebih dari 800 jamaah luka-luka akibat terinjak-injak saat melakukan lempar jumroh di Mina.[159]
^Ibnu Jubair mencatat kerangka umat beriman yang telah meninggal karena haus dalam perjalanan. Pada abad ke-17, sekelompok peziarah Mesir kehilangan lebih dari 1.500 orang dan 900 unta. Pada tahun 1924 sekitar seperlima dari kelompok orang Suriah peziarah meninggal dan dua tahun kemudian, 12.000 diperkirakan telah meninggal dalam perjalanan. [Islam in the World by Malise Ruthven. Granta Publications, 2006. p. 2. ISBN 1-86207-906-4.]
^Untuk contohnya, salah satu Hadits menyatakan: Dari Abu Hurairah: Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda, "Barangsiapa yang menunaikan Haji untuk kesenangan Allah dan tidak melakukan hubungan seksual dengan istrinya, dan tidak melakukan kejahatan atau kemudian mereka kembali (setelah Haji bebas dari segala dosa) bagaikan ia terlahir kembali."Shahih Bukhari, 2:26:596
^"Rituals of Haj Sacrifice". Consulate General of India, Jeddah. 3 October 2013. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-01-28. Diakses tanggal 24 October 2015.
^"Estimating the Impact of the Hajj: Religion and Tolerance in Islam's Global Gathering". Papers.ssrn.com. SSRN1124213.Tidak memiliki atau membutuhkan |url= (bantuan); Parameter |access-date= membutuhkan |url= (bantuan)
^Ust. H. Bobby Herwibowo, Lc. & Hj. Indriya R. Dani, S.E., Panduan Pintar Haji & Umrah. "QultumMedia. Jakarta. 2008". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-10-11. Diakses tanggal 2008-10-07.
^"Haj Statistics". General Authority of Statistics, Kingdom of Saudi Arabia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-11-14. Diakses tanggal 21 Juli 2022.
^"Haj Statistics". General Authority of Statistics, Kingdom of Saudi Arabia. 22 August 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-20. Diakses tanggal 22 August 2018.
Khan, Qaisra, "Hajj & 'Umra", in Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God (2 vols.), Edited by C. Fitzpatrick and A. Walker, Santa Barbara, ABC-CLIO, 2014, Vol I, pp. 239–245.
Patler, Nicholas (2017). From Mecca to Selma: Malcolm X, Islam, and the Journey Into the American Civil Rights Movement. http://theislamicmonthly.com/mecca-to-selma/: The Islamic Monthly.