Turkmen
Bangsa Turkmen adalah salah satu subetnis bangsa Turk yang tersebar di negara-negara Asia Tengah seperti Turkmenistan dan Afghanistan serta Iran timur laut. Mereka berbicara dengan bahasa Turkmen, sebuah bahasa dari rumpun bahasa Oghuz, bersama dengan bahasa Turki, Azeri, dan Gagauz, yang secara bergilir adalah bagian dari rumpun bahasa Turk.[7] Mereka hendaknya dapat dibedakan dengan bangsa Turkmen Irak (atau Turkoman Irak). Walau keduanya sama-sama berbahasa dari rumpun Oghuz, bangsa Turkmen adalah salah satu dari bangsa-bangsa Turk yang menetap di Asia Tengah setelah bermigrasi dari Mongolia barat, sementara bangsa Turkmen Irak adalah keturunan dari bangsa Turki yang menetap di Irak utara pada masa pemerintahan Kesultanan Utsmaniyah. Bahasa Turkmen yang dipakai bangsa Turkmen juga lebih divergen dibanding dengan bahasa-bahasa Oghuz lain, termasuk dialek istimewa dari bahasa Azeri yang dipakai oleh bangsa Turkmen Irak. AsalAwalnya, semua bangsa Turk yang bukan bagian dari sistem mitos dinasti-dinasti Turk seperti Suku Uighur dijuluki dengan gelar Turkmen. Gelar ini memiliki arti menyerupai Türk dari kata Türk dan akhiran dari bahasa Sogdia -myn atau men. Mahmud al-Kashgari juga menyebutkan etimologi alternatif Türk manand yang juga berarti seperti Türk. Beberapa cendekiawan menduga akhiran men digunakan sebagai intensifier sehingga arti Turkmen menjadi Türk murni atau yang paling Türk dibanding bangsa-bangsa Türk lain. Sementara itu, ahli-ahli Muslim memberikan etimologi bahwa Turkmen adalah gabungan dari Türk dan Iman (إيمان) untuk menandakan bahwa mereka adalah bangsa Türk yang telah menjadi mualaf; kata i yang adalah hamzah kemudian dihilangkan supaya mudah diucapkan. Dalam sejarah, selain bangsa Turk yang tinggal di Laut Kaspia timur, semua bangsa Turk Barat seperti bangsa Oghuz yang menetap di Eropa atau daerah yang dekat dengan Eropa seperti Anatolia, Kaukasus, dan Mesopotamia dijuluki Türkmen atau Turkoman. Zaman sekarang, istilah Turkmen hanya diaplikasikan pada dua subbangsa Turk: bangsa Turkmen yang menetap di Turkmenistan dan daerah disekitarnya, dan bangsa Turkmen/Turkoman Irak yang menetap di Irak utara. Bangsa Turkmen zaman sekarang dapat mengklaim bangsa Turk Oghuz yang hidup nomaden di wilayah Transoxiana hingga Turkestan yang mencakup hampir seluruh Asia Tengah dan Xinjiang barat yang terletak di Tiongkok sebagai leluhur mereka. Suku-suku Oghuz bermigrasi dari Pegunungan Altai menuju stepa-stepa Siberia untuk mencapai daerah ini. Selain Asia Tengah, para Turk Oghuz ini juga mencapai cekungan sungai Volga dan daerah Balkan. Bangsa-bangsa Turkmen awal ini diyakini saling menikah dengan bangsa-bangsa Sogdia dan hidup sebagai orang nomaden penggembala hingga penaklukan Asia Tengah oleh Kekaisaran Rusia pada abad ke-19. BahasaBahasa Turkmen (Latin: Türkmençe, Kiril: Түркменче, Arab: تورکمنچه) adalah bahasa yang digunakan oleh bangsa Turkmen. Bahasa ini adalah bahasa Turk dari cabang Oghuz yang juga mencakup bahasa Turki, Azeri, Gagauz, dan Salar. Bahasa Turkmen digunakan oleh 5.200.000 penduduk Turkmenistan serta 3.000.000 penduduk negara lain, terutama di Iran, Afghanistan, Pakistan dan Rusia. Sekitar 50% warga Turkmenistan juga fasih berbicara bahasa Rusia sebagai akibat dari pemerintahan panjang Kekaisaran Rusia dan Uni Soviet dari abad ke-19 hingga akhir abad ke-20. Sebelum penjajahan Rusia, bahasa Turkmen ditulis hanya dengan abjad Arab. Saat ini, bahasa Turkmen ditulis dengan tiga macam aksara: alfabet Latin Turkmen yang didasari dari alfabet Latin Turki di Turkmenistan; alfabet Kiril di Rusia dan Ukraina; dan abjad Arab di Iran, Afghanistan, dan Pakistan. AgamaSeperti bangsa Turk lain yang tinggal di Asia Tengah, mayoritas bangsa Turkmen, baik yang tinggal di Turkmenistan maupun di negara-negara lain, beragam Islam. Menurut CIA World Factbook, 89% dari penduduk Turkmenistan adalah Muslim, sementara Pew Research Center mendaftarkan persentase yang lebih banyak, yaitu 93.1%. Bangsa Turkmen yang menganut Islam Syi'ah terkonsentrasi di Iran atau daerah perbatasan Iran dan Turkmenistan; selain itu, seluruh bangsa Turkmen menganut ajaran Islam Sunni. Kebanyakan bangsa Turkmen di Asia Tengah menganut Islam dengan cara sekuler karena pengaruh pemerintahan Rusia yang mempromosikan ateisme, sementara Islam yang dianut bangsa Turkmen di Iran lebih konservatif. Pemerintahan Rusia yang membendung ajaran-ajaran yang lebih konservatif dan sensitif membuat bangsa Turkmen di Turkmenistan memandang Islam lebih sebagai identitas nasional dibanding sebagai ajaran spiritual. Hal unik yang mencirikan Islam di Turkmenistan adalah penggabungan ajaran Islam dengan paham animisme dan tradisi lokal seperti yang dilakukan saat bayi lahir atau orang meninggal, ditambah dengan tarian dan musik yang beberapa kaum Muslim konservatif lain, terutama dari Timur Tengah, anggap tidak lazim atau bahkan sesat. Hal ini disebabkan karena Islam disebarkan di Turkmenistan oleh shaykh sufi, bukan melalui dakwah yang dilakukan di masjid. Paham animisme secara bergilir menghasilkan tradisi ziarah ke makam-makam atau kuil sekte leluhur di seluruh Turkmenistan yang memiliki derajat kepentingan serupa dengan haji di Mekkah. Pada masa pemerintahan Saparmurat Niyazov, penduduk Turkmenistan juga harus memandang buku Ruhnama yang ditulis oleh Nizayov sama seperti ketika mereka memandang Al-Qur'an sehingga bahkan setelah Niyazov meninggal, Ruhnama masih digunakan dalam ajaran-ajaran spiritual seperti di masjid dan kaligrafi-kaligrafi tulisan Ruhnama mengukir bangunan-bangunan seperti ayat Al-Qur'an mengukir masjid. Setelah pembubaran Uni Soviet dan terbentuknya negara Turkmenistan, jumlah bangsa Turkmen yang mempelajari Islam yang bukan hasil sinkretisme dengan tradisi lokal bertambah, sebagian besar karena donasi-donasi dari negara-negara Arab, walau pemerintah membatasi jumlah ajaran konservatif supaya penduduk tidak terpengaruh oleh ajaran-ajaran yang lebih fundamental. Referensi
|