Dalam sistem monarki semi-konstitusional, perdana menteri adalah pemegang kekuasaan eksekutif pada pemerintahan; namun raja masih memiliki kekuatan politik yang cukup besar untuk melaksanakan kebijakannya sendiri.
Bhutan adalah sebuah negara kecil di Asia Selatan yang berbentuk Kerajaan dan dikenal dengan sebutan Negeri Naga Guntur. Wilayahnya terhimpit antara India dan Tiongkok. Nama lokal negara ini adalah Druk Yul, yang berarti "Negara Naga". Simbol naga dapat ditemukan di bendera dan lambang negaranya.
Pemerintahan yang dijalankan dengan kekuasaan monarki absolut berakhir ketika konstitusi baru dan pemilihan perdana menteri dilaksanakan.
Raja Jigme Singye Wangchuck yang memimpin sejak tahun 1972 mengumumkan menggelar pemilu tahun 2008, sekaligus turun tahta. Pengumuman disampaikan di hadapan 8.000 penggembala hewan yak, biksu, petani, dan siswa pedesaan pada 18 Desember 2005. Pengumuman disebarkan melalui harian Kuensel. Sebelumnya, raja memperkenalkan rancangan konstitusi dan menyatakan pensiun pada usia 65 tahun. Atas ide ini, sebagian rakyat tidak sependapat karena khawatir terjadinya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, tetapi pada tahun 2006 sang raja mengundurkan diri dan digantikan oleh puterandanya.
Etimologi
'Bhutan' mungkin diturunkan dari kata Sanskerta 'Bhu-Uttan भू-उत्थान' yang berarti 'Tanah Tinggi'. Dalam teori lain Sanskertanisasi, 'Bhots-ant भोट-अन्त' berarti 'ujung Tibet' atau 'selatan Tibet'. Namun beberapa orang Bhutan menyebut negeri mereka 'Druk Yul' dan penduduknya 'Drukpa'. Nama Dzongkha (dan Tibet) untuk negeri ini ialah 'Druk Yul' (Tanah Naga Guntur). Karena tenang dan perawannya negeri dan pemandangannya ini, kini Bhutan kadang-kadang disebut Shangri-La terakhir.
Secara historis, Bhutan dikenal dengan banyak nama, seperti 'Lho Mon' (Negeri Kegelapan dari Selatan), 'Lho Tsendenjong' (Negeri Cendana dari Selatan), 'Lhomen Khazhi' (Negeri Empat Tujuan dari Selatan), dan 'Lho Men Jong' (Negeri Obat Tumbuhan dari Selatan).
Peralatan, senjata, dan sisa dari batu membuktikan bahwa Bhutan telah dihuni sejak awal 2000 SM. Para sejarawan telah berteori bahwa negara Lhomon (harfiah, "kegelapan dari selatan"), atau Monyul ("Tanah Gelap", Referensi pada Monpa, penduduk asli Bhutan) sudah ada antara 500 SM dan 600 M. Nama Lhomon Tsendenjong (Negeri Cendana), dan Lhomon Khashi, atau Mon Selatan (negeri 4 tujuan) telah ditemukan dalam kronik Bhutan dan Tibet kuno.
Peristiwa tertulis paling awal di Bhutan adalah lewatnya tokoh suci Buddha Padmasambhava (juga disebut Guru Rinpoche) pada abad ke-8. Sejarah awal Bhutan tidak jelas, karena sebagian besar catatan telah musnah setelah kebakaran di Punakha, ibu kota kuno pada 1827. Dari abad ke-10, perkembangan politik Bhutan amat dipengaruhi oleh sejarah religiusnya. Berbagai anak sekte Buddha muncul yang dilindungi oleh berbagai maharaja Mongol dan Tibet. Setelah runtuhnya bangsa Mongol pada abad ke-14, anak-anak sekte itu bersaing satu sama lain demi supremasi dalam bentang politik dan agama, akhirnya menimbulkan naiknya anak sekte Drukpa di akhir abad ke-16.
Hingga abad ke-17, Bhutan ada sebagai fiefdom yang saling berperang hingga dipersatukan oleh lama Tibet dan pemimpin militer Shabdrung Ngawang Namgyal. Untuk mempertahankan negerinya dari penggarongan yang sebentar-sebentar dilakukan bangsa Tibet, Namgyal membangun sebuah jaringan dzong (benteng) tak terkalahkan, dan mengumumkan kode hukum yang membantu membawa raja-raja setempat di bawah kendali terpusat. Banyak dari dzong itu yang masih ada. Setelah kematian Namgyal pada 1651, Bhutan jatuh dalam suasana anarkis. Mengambil keuntungan dari kekacauan itu, orang Tibet menyerang Bhutan pada 1710, dan kembali pada 1730 dengan bantuan orang Mongol. Kedua serang itu berhasil digagalkan, dan gencatan senjata ditandatangani pada 1759.
Pada abad ke-18, Bhutan menyerang dan menduduki Kerajaan Cooch Behar di selatan. Pada 1772, Cooch Behar meminta British East India Company yang membantu mereka dalam mengusir orang Bhutan, dan kemudian dalam menyerang Bhutan sendiri pada 1774. Sebuah perjanjian damai ditandatangani di mana Bhutan setuju mundur dari perbatasannya sebelum 1730. Namun, perdamaian itu renggang, dan pertempuran perbatasan dengan Inggris berlangsung hingga ratusan tahun berikutnya. Akhirnya pertempuran itu menimbulkan Perang Duar (1864–1865), konfrontasi atas mereka yang akan mengendalikan orang Duar dari Benggala. Setelah Bhutan kalah perang, Perjanjian Sinchula ditandatangani antara India Britania dan Bhutan. Sebagai bagian pemulihan perang, bangsa Duar diserahkan kepada Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia dalam pertukaran sewa Rs. 50,000. Perjanjian itu mengakhiri semua permusuhan antara India Britania dan Bhutan.
Selama 1870-an, perjuangan kekuatan antara lembah saingan Paro dan Trongsa menimbulkan perang saudara di Bhutan, akhirnya menimbulkan naik tahtanya Ugyen Wangchuck, ponlop (gubernur) Tongsa. Dari basis kekuataanya di Bhutan tengah, Ugyen Wangchuck mengalahkan para musuh politiknya dan mempersatukan negeri ini menyusul beberapa perang saudara dan pemberontakan antara 1882–1885.
Pada 1907, tahun penting di negri ini, Ugyen Wangchuck dipilih dengan suara bulat sebagai raja pusaka negeri ini oleh majelis rahib Buddha, pejabat pemerintahan, dan kepala keluarga penting yang menonjol. Pemerintah Britania menyetujui dengan cepat monarki baru ini, dan pada 1910 Bhutan menandatangani perjanjian yang membuat Britania Raya ‘memandu’ urusan luar negeri Bhutan.
Setelah Britania meninggalkan kawasan ini, sebuah perjanjian yang mirip dengan yang pada tahun 1910 diandatangani pada 8 Agustus1949 dengan India yang baru merdeka.
Setelah Pasukan Pembebasan RakyatRRT memasuki Tibet pada 1951, Bhutan menyekat perbatasan utaranya dan mengembangkan hubungan bilateral dengan India. Untuk mengurangi risiko gangguan RRT, Bhutan memulai program modernisasi yang didukung sepenuhnya oleh India. Pada 1953, Raja Jigme Dorji Wangchuck mendirikan badan pembuat UU di negeri itu– Majelis Nasional beranggotakan 130 orang– untuk meningkatkan bentuk pemerintahan yang lebih demokratis. Pada 1965, ia mendirikan Dewan Penasihat Kerajaan, dan pada 1968 ia membentuk kabinet. Pada 1971, Bhutan memasuki PBB, setelah memegang kedudukan pengamat selama 3 tahun. Pada Juli 1972, Jigme Singye Wangchuck naik tahta pada usia 16 setelah kematian ayahandanya Dorji Wangchuck.
Sejak 1988, para imigran Nepal begitupun imigran gelap telah mendakwa Bhutan melanggar HAM. Mereka mengatakan bahwa pemerintah Bhutan bertanggung jawab atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap penduduk minoritas penutur bahasa Nepalnya. Dugaan itu tetap tak terbukti dan dengan suara keras disangkal pihak Bhutan. Sebagian besar para pengungsi itu tinggal di kamp pengungsian yang dibuat PBB di Nepal tenggara di mana mereka tetap di sana selama 15 tahun.
Pada 1998, Raja Jigme Singye Wangchuck memperkenalkan reformasi politik signifikan, memindakan sebagian besar kekuasaannya kepada PM dan mengizinkan panggilan pertanggungjawaban pada raja oleh dua pertiga mayoritas Majelis Nasional. Di akhir 2003, tentara Bhutan berhasil meluncurkan operasi skal besar untuk meredam para pengacau anti-India yang menjalankan kamp pelatihan di Bhutan selatan.
Pada 1999, sang Raja juga mencabut larangan TV dan Internet, membuat Bhutan salah satu dari negara terakhir yang memperkenalkan TV. Dalam pidatonya, ia berkata bahwa TV adalah langkah penting buat modernisasi Bhutan seperti sumbangan utama pada Kebahagiaan Nasional Bruto negeri ini (Bhutan ialah satu-satunya negara yang mengukur kebahagiaan) namun memperingatkan penyalahgunaan TV yang bisa menggerus nilai-nilai tradisional Bhutan.
Sebuah konstitusi baru telah diperkenalkan pada awal 2005[7] yang akan diratifikasi oleh referendum sebelum diterapkan. Pada Desember 2005, Raja Jigme Singye Wangchuck mengumumkan bahwa ia akan turun tahta pada 2008. Sang Raja akan digantikan puterandanya, putra mahkota Jigme Khesar Namgyel Wangchuck. Namun sebelum tahun itu tiba (2006), ia telah turun tahta.
Kawasan utara terdiri atas busur puncak pegunungan yang terglasialkan dengan iklim yang amat dingin pada ketinggian tertinggi. Sebagian besar puncak di utara lebih dari 23.000 kaki (7.000 m) dpl; titik tertinggi dinyatakan sebagai Kula Kangri, pada 24.780 kaki (7.553 m), tetapi studi topografi terperinci menyatakan bahwa keseluruhan Kula Kangri ada di Tibet dan pengukuran RRT modern menyatakan bahwa Gangkhar Puensum, yang istimewa sebagai pegunungan tertinggi yang tak terdaki di dunia, lebih tinggi dari 24.835 kaki (7.570 m). Dialiri oleh sungai bersalju, lembah pegunungan tinggi di kawasan ini menyediakan padang rumput untuk ternak, dipelihara oleh populasi penggembala migrator yang kurang.
Pegunungan Hitam di Bhutan tengah membentuk badan air antara 2 sistem air utama: Mo Chhu dan Drangme Chhu. Puncak-puncak di Pegunungan Hitam berkisar antara 4.900 hingga 8.900 kaki (1.500 dan 2.700 m) dpl, dan sungai beraliran cepat telah membentuk jurang yang dalam di jajaran pegunungan yang lebih rendah. Hutan di kawasan tengah menyediakan sebagian besar produksi hutan di Bhutan. Torsa, Raidak, Sankosh, dan Manas ialah sungai-sungai utama di Bhutan, mengalir melalui kawasan ini. Sebagian besar penduduk tinggal di dataran tinggi tengah.
Di selatan, Perbukitan Shiwalik ditutupi dengan hutan yang lebat dan selalu berganti daun, lembah-lembah sungai dataran rendah aluvial, dan pegunungan setinggi 4.900 kaki (1.500 m) dpl. Kaki bukit menurun ke dataran Duar yang bersifat subtropis. Sebagian besar Duar terletak di India, meski garisnya meluas 6–9 mil (10–15 km) ke Bhutan. Duar yang ada di Bhutan terbagi atas 2 bagian: Duar utara dan selatan. Duar utara, yang berbatasan dengan kaki bukit Himalaya, memiliki dataran yang kasar dan miring serta tanah yang kering dan keropos dengan vegetasi yang jarang dan margasatwa yang banyak. Duar selatan memiliki tanah yang agak subur, rumput sabana yang lebat, hutan yang lebat dan bercampur serta sumber air panas. Sungai pegunungan, yang didapat dari salju membeku atau hujan monsun, mengalir ke sungai Brahmaputra di India. Data yang diluncurkan oleh Kementerian Pertanian menunjukkan bahwa negeri ini memiliki hutan sekitar 64% per Oktober 2005.
Iklim di Bhutan bervariasi menurut ketinggian, dari subtropis di selatan hingga sedang di dataran tinggi dan iklim tipe kutub, dengan salju sepanjang tahun, di utara. Bhutan mengalami 5 musim yang berbeda: panas, monsun, gugur, dingin, dan semi. Hujan monsun di Bhutan barat lebih lebat; musim panas di Bhutan selatan kering dan panas serta musim salju yang dingin; Bhutan tengah dan timur beriklim sedang dan lebih kering daripada di barat dengan musim panas yang hangat dan musim salju yang dingin.
Pada tahun 2008, Bhutan menciptakan sejarah dengan memperkenalkan demokrasi parlementer, sehingga kerja-kerja berubah dan partai politik kini resmi. Dalam sistem baru ini terdapat parlemen yang terdiri dari majelis tinggi dan majelis rendah — anggota majelis rendah terafiliasi dengan partai-partai politik. Pemilihan anggota majelis tinggi dilaksanakan untuk pertama kalinya pada Desember 2007 sementara pemilihan anggota majelis rendah dilaksanakan pada Maret 2008. Partai Perdamaian dan Kesejahteraan Bhutan memenangi pemilihan majelis rendah dengan meraih 44 dari 47 kursi.
Untuk tujuan administratif, Bhutan terbagi atas 4 dzongdey (zona administratif). Tiap dzongdey dibagi lagi menjadi dzongkhag (distrik). Ada 20 dzongkhag di Bhutan. Dzongkhag yang besar dibagi lagi menjadi kecamatan yang dikenal sebagai dungkhag. Di tingkat dasar, sekelompok desa membentuk konstituante yang disebut gewog dan diatur oleh gup, yang dipilih rakyat.
Tentara Kerajaan Bhutan adalah dinas militer Bhutan. Termasuk pengawal kerajaan dan Polisi Kerajaan Bhutan. Keanggotaannya sukarela, dan usia minimum untuk perekrutan adalah 18. Jumlah tentara yang ada sekitar 6.000 dan dilatih oleh Tentara India.[8] Memiliki anggaran tahunan sekitar US$13,7 juta—1,8% PDB.
Meski Persetujuan 1949 dengan India kadang-kadang masih disalahtafsirkan bahwa India mengendalikan urusan luar negerinya, kini Bhutan memegang semua urusan luar negerinya sendiri termasuk isu garis perbatasan dengan RRT yang sensitif (bagi India). Templat:Inote Bhutan memiliki hubungan diplomatik dengan 22 negara, termasuk Uni Eropa, dengan misi di India, Bangladesh, Thailand dan Kuwait. Memiliki 2 misi PBB, 1 di New York dan 1 di Jenewa. Hanya India dan Bangladesh yang mempunyai kantor kedutaan di Bhutan, sedangkan Thailand punya kantor konsulat di Bhutan.
Dengan perjanjian yang lama dibuat, warganegara India dan Bhutan bisa berjalan ke kedua negara satu sama lain tanpa paspor atau visa dan sebagai gantinya menggunakan kartu identitas nasionalnya. Warganegara Bhutan bisa bekerja di India tanpa pembatasan resmi. Bhutan tak memiliki ikatan diplomasi resmi dengan negara tetangga utaranya, RRT, meski pertukaran kunjungan pada berbagai tingkat di antara kedua negeri itu telah bertambah pada tahun-tahun terkini. Persetujuan bilateral pertama antara RRT dan Bhutan ditandatangani pada 1998, dan Bhutan juga tela membangun konsulat di Makau dan Hong Kong. Perbatasan Bhutan dengan RRT sebagian besar tak dibatasi dan dipertentangkan di beberapa tempat.[9]
Pada 13 November 2005, pasukan RRT menerobos Bhutan dengan dalih keadaan lingkungan telah memaksa mereka mundur ke selatan dari Himalaya. Pemerintah Bhutan mengizinkan penerobosan itu (atas kenyataan) alasan kemanusiaan. Segera setelah itu, RRT mulai membangun jalan dan jembatan di wilayah Bhutan. MenLu Bhutan Khandu Wangchuk membahas masalah itu dengan pemerintah RRT karena isu itu merebak di parlemen Bhutan. Sebagai tanggapannya, JuBir Kementerian Luar Negeri Qin Gang dari RRT telah berkata bahwa perbatasan itu tetap dalam persengketaan (benar-benar mengabaikan dalih resmi yang asli atas penerobosan itu) dan bahwa kedua belah pihak terus bekerja demi resolusi perdamaian atas pertentangan itu.[10] Baik pemerintah RRT maupun India (India masih mengendalikan beberapa urusan luar negeri Bhutan) tidak melaporkan proses apapun mengenai masalah ini (kedamaian, keramahan atau apapun), dan hingga kini RRT terus membangun prasarana dan menambah garnisun militernya di Bhutan. Seorang perwira intelijen Bhutan telah berkata bahwa delegasi RRT di Bhutan memberi tau Bhutan bahwa mereka "kelewat batas." Surat kabar Bhutan Kuensel telah berkata bahwa RRT bisa menggunakan jalanan itu untuk melanjutkan klaimnya sepanjang perbatasan itu.[11]
Meski menjadi salah satu yang terkecil di dunia, ekonomi Bhutan telah berkembang pesat sekitar 8% pada 2005 dan 14% pada 2006. Per Maret 2006, pendapatan per kapita Bhutan adalah US$1.321 yang membuatnya tertinggi di Asia Selatan. Standar hidup Bhutan berkembang dan merupakan salah satu yang terbaik di Asia Selatan.
Ekonomi Bhutan adalah salah satu yang terkecil dan kurang berkembang di dunia, yang berbasis pertanian, kehutanan, dan penjualan PLTA ke India. Pertanian menyediakan mata pencaharian buat lebih dari 80% penduduk. Praktik agraria sebagian besar terdiri atas pertanian subsisten dan peternakan hewan. Kerajinan tangan, khususnya menjahit dan produksi seni keagamaan untuk altar rumah merupakan industri kecil milik rakyat dan sumber sekian pendapatan. Pemandangan yang berbeda dari pegunungan berbukit yang kasar membuat pembangunan jalan dan infrastruktur lainnya sulit dan mahal. Ini, dan tiadanya akses ke laut, menyebabkan Bhutan tidak pernah bisa dapat untung dari perdagangan yang signifikan dari produknya. Kini Bhutan tidak memiliki jalur kereta api, meski Indian Railways merencanakan menghubungkan Bhutan selatan dengan jaringannya yang luas di bawah persetujuan yang ditandatangani pada Januari 2005.[12] Jalur perdagangan masa lalu antara peguunungan Himalaya, yang menghubungkan India ke Tibet, telah ditutup sejak pengambilalihan militer atas Tibet pada 1959 (meski kegiatan penyelundupan tetap membawa barang-barang RRT ke Bhutan).
Sektor industri amat minim, produksinya termasuk jenis industri rakyat. Sebagian besar proyek pembangunan, seperti konstruksi jalan, bersandar pada buruh kontrak India. Produk pertanian antara lain beras, lombok, produk dari dairy (yak), soba, gerst, panenan akar, apel, dan pohon jeruk di ketinggian rendah. Industri lain seperti semen, produksi kayu, buah-buahan yang diproses, MiRas, dan kalsium karbida.
Mata uang Bhutan, ngultrum, ditautkan ke Rupee India. Rupee juga diterima sebagai penawaran resmi di negeri itu. Pendapatan lebih dari Nu 100,000 per tahun dikenakan pajak, tetapi penerima upah dan gaji yang amat sedikit memenuhi syarat. Tingkat inflasi Bhutan diperkirakan sekitar 3% pada 2003. Bhutan memiliki Produk Domestik Bruto sekitar USD 2.913 miliar (diatur ke keseimbangan daya beli), menjadikan ekonominya terbesar ke-162 di dunia. Pendapatan per kapita sekitar US$1.400 (€1.170), urutan ke-124. Jumlah penerimaan pemerintah €122 miliar (US$146 miliar), meski jumlah ekspenditur €127 miliar (US$152 miliar). Namun, 60%Templat:Inote ekspeditur anggaran belanja, dibiayai oleh Kementerian Luar Negeri India.[13] Ekspor Bhutan, khususnya listrik, kapulaga, gips, kayu, kerajinan tangan, semen, buah, batu mulia dan rempah-rempah, total €128 miliar (US$154 miliar) (perkiraan tahun 2000). Namun, impor berjumlah sekitar €164 miliar (US$196 miliar), menimbulkan defisit perdagangan. Barang utama yang diimpor termasuk bahan bakar dan minyak pelumas, gabah, mesin, kendaraan, pabrik, dan nasi. Mitra ekspor utama Bhutan adalah India, terhitung sekitar 87,9% barang ekspornya. Bangladesh (4,6%) dan Philipina (2%) ialah mitra ekspor terpentingnya setelah India. Karena perbatasannya dengan Tibet ditutup, perdagangan antara Bhutan dan RRT hampir tiada. Mitra impor Bhutan adalah India (71,3%), Jepang (7,8%) dan Austria (3%).
Dalam menanggapai tudingan pada 1987 oleh seorang wartawan dari Financial Times (Britania Raya) bahwa perkembangan di Bhutan lambat, sang Raja berkata bahwa "Kebahagiaan Nasional Bruto lebih penting daripada Produk Domestik Bruto."[14] Pernyataan ini memberi pertanda penemuan terkini oleh para psikolog ekonomi Barat, termasuk penerima Nobel 2002 Daniel Kahneman, yang mempertanyakan hubungan antara tingkat pendapatan dan kebahagiaan. Itu menandai komitmennya untuk membangun ekonomi yang cocok buat budaya Bhutan yang unik, berdasarkan pada nilai-nilai spiritual agama Buddha, dan telah berlaku sebagai visi persatuan untuk ekonomi. Di samping itu, tampaknya kebijakan itu mendapat hasil yang diharapkan seperti dalam survei terkini yang diatur oleh Universitas Leicester[1]Diarsipkan 2006-08-04 di Wayback Machine. di Britania Raya, Bhutan diurutkan sebagai tempat paling bahagia ke-8 di bumi [2].
Penduduk Bhutan, pernah diperkirakan beberapa juta, telah dikurangi oleh pemerintah Bhutan hingga 750,000, setelah sebuah sensus di awal 1990-an. Sebuah sesnsus lanjutan yang dilakukan pada Juni 2005 mengurangi jumlah penduduk lebih lanjut dari 672.425 [3]Diarsipkan 2006-10-05 di Wayback Machine.. Pemerintah belum pernah meluncurkan rincian demografis jumlah penduduk kini. Kebanyakan orang percaya bahwa penduduknya sengaja terbumbung pada 1990-an karena persepsi lebih awal bahwa bangsa dengan berpenduduk kurang dari sejuta takkan diakui oleh PBB. Karena itu jumlah penduduk PBB lebih tinggi daripada jumlah yang disediakan oleh pemerintah. CIA World Factbook memberikan jumlah penduduk 2.279.723 (dari Juli 2006) yang juga mencatat bahwa beberapa perkiraan kurang dari 810.000.
Kepadatan penduduk, 45 km persegi (117/mil. persegi), membuat Bhutan negeri paling jarang pendudunya di Asia. Sekitar 20% penduduknya tinggal di wilayah perkotaan yang terdiri atas kota-kota kecil sepanjang lembah tengah dan perbatasan selatan. Persentase ini berkembang pesat karena langkah untuk migrasi perkotaan telah diambil. Kota terbesar ialah Thimphu, ibu kota, yang berpenduduk 50.000. Daerah perkotaan lain berpenduduk padat adalah Paro dan Phuentsholing.
Di antara orang Bhurtan, beberapa kelompok etnis penting diistimewakan. Kelompok dominan adalah Ngalop, sekelompok penganut Buddha yang tinggal di bagian barat negeri ini. Budaya mereka berkaitan erat dengan budaya Tibet. Begitupun Sharchop ("Orang Timur"), yang dikaitkan dengan bagian timur Bhutan (namun secara tradisional mengikuti Nyingmapa daripada bentuk Drukpa Kagyu yang resmi dari Agama Buddha Tibet). Kedua kelompok itu disebut orang Bhutan. 15% sisanya adalah etnis Nepal, sebagian besar Hindu.
Bahasa nasional adalah Dzongkha, salah satu dari 53 bahasa dalam keluarga bahasa Tibet. Tulisannya, disebut Chhokey ("Bahasa Dharma"), identik dengan tulisan Tibet. Pemerintah mengelompokkan 19 bahasa-bahasa terkait di sana sebagai dialek bahasa Dzongkha. Lepcha diucapkan di barat Bhutan; Tshangla, kerabat dekat Dzongkha, diucapkan meluas di bagian timur. Khengkha diucapkan di tengah Bhutan. bahasa Nepal diucapkan meluas di selatan. Di sekolah bahasa Inggris ialah media instruksi dan Dzongkha diajarkan sebagai bahasa resmi. Ethnologue mendaftarkan 24 bahasa yang kini diucapkan di Bhutan, semuanya dari keluarga Tibet-Burma, kecuali Nepal, sebuah bahasa Indo-Arya. Bahasa-bahasa di Bhutan tetap tak terciri dengan baik, dan beberapa buah belum tercatat dalam tatabahasa akademis. Bahasa Inggris juga punya kedudukan resmi kini.
Tingkat melek huruf hanya 42,2% (56,2% pria dan 28,1% wanita). Orang berusia 14 dan yang lebih muda menyusun 39,1%, sedangkan orang berusia 15 dan 59 menyusun 56,9%, dan yang di atas 60 hanya 4%. Negeri ini memiliki usia rata-rata 20,4 tahun. Bhutan memiliki harapan hidup 62,2 tahun (61 untuk pria dan wanita 64,5) menurut data terakhir dari Bank Dunia. Ada 1.070 pria dari setiap 1.000 wanita di negeri ini.
Kota
Jakar - pusat administratif Distrik Bumthang dan basis di mana agama Buddha masuk Bhutan.
Saat warganya dipandang bebas bepergian keluar negeri, Bhutan sering tak terjangkau orang asing. Kesalahan gambaran meluas bahwa Bhutan telah membatasi visa turis, tarif yang tinggi, dan permintaan pergi dengan tur paket tampaknya menciptakan kesan ini.
Pakaian tradisional buat lelaki Ngalong and Sharchop adalah gho, jubah sepanjang lutut yang diikatkan di pinggang dengan sabuk pakaian yang dikenal sebagai kera. Wanita mengenakan gaun sepanjang pergelangan kaki, kira, yang dijepit di bahu dan diikatkan di pinggang. Kira dipadukan dengan blus lengan panjang, toego, yang dikenakan di bawah lapisan luar. Kedudukan dan kelas sosial menentukan tekstur, warna, dan dekorasi yang menghiasi pakaian. Selendang dan syal juga penanda kedudukan sosial, karena secara tradisional Bhutan adalah masyarakat feodal. Anting-anting dikenakan oleh wanita. Yang menjadi perdebatan, kini hukum Bhutan mengizinkan pakaian ini buat semua warganya.
Nasi, dan lebih banyak lagi jagung, adalah makanan pokok negeri itu. Makanan di perbukitan kaya akan protein karena konsumsi daging, khususnya unggas, yak and daging sapi. Sup daging, nasi, dan sayuran yang dikeringkan yang dibumbui dengan cabai dan keju adalah makanan favorit selama musim dingin. Makanan susu, khususnya mentega dan keju dari yak dan sapi, juga terkenal, dan memang hampir semua susu diubah menjadi mentega dan keju. Minuman terkenal termasuk teh mentega, teh, anggur nasi yang dimasak dan bir. Bhutan adalah satu-satunya negara di dunia yang telah melarang rokok dan penjualan tembakau.
Olaraga nasional Bhutan adalah memanah, dan kompetisi diadakan secara teratur di sebagian desa, yang berbeda dengan standar Olimpiade yang tak hanya dalam rincian teknis seperti penempatan sasaran dan suasana. Ada 2 sasaran yang ditempatkan lebih dari 100 meter jauhnya dan tem menembak dari satu ujung ke ujung lain. Setiap anggota tim menembak 2 panah per putaran. Olahraga memanah tradisional Bhutan adalah peristiwa sosial dan kompetisi diatur antara desa, kota, dan tim amatir. Biasanya banyak makanan dan minuman lengkap dengan cheerleader menyanyi dan menari yang terdiri atas para pendukung tim yang ikut serta dengan istri-istrinya. Percobaan untuk mengganggu lawan termasuk berdiri di sekitar sasaran dan melucui kemampuan penembak. Anak panah (khuru) adalah olahraga tim yang sama populer, di mana anak panah dari kayu yang berat yang ditunjuk dengan paku 10 cm dilemparkan ke sasaran seukuran kertas 10–12 m jauhnya.
Olahraga tradisional lainnya adalah digor, yang bisa dikatakan sebagai lempar peluru yang digabungkan dengan pelemparan ladam. Sepak bola adalah olahraga yang lagi populer. Pada 2002, tim nas ionalBhutan bermain dengan Montserrat - diumumkan sebagai 'Final Lainnya', pertandingan terjadi saat Brasil melawan Jerman dalam Final Piala Dunia, tetapi saat itu Bhutan dan Montserrat adalah 2 tim berperingkat rendah dunia. Pertandingan itu diselenggarakan di Stadion Nasional Changlimithang Timphu, dan Bhutan menang 4-0. Sebuah dokumenter pertandingan dibuat oleh pembuat film Belanda Johan Kramer. Rigsar adalah gaya musik populer yang kini marak, dimainkan dengan campuran instrumen tradisional dan papan tuts elektronik yang berasal dari awal 1990-an; menunjukkan pengaruh musik pop India, bentuk campuran pengaruh pop tradisional dan Barat. Jenis tradisional termasuk zhungdra dan boedra.
Karakteristik kawasan ini adalah jenis benteng yang dikenal sebagai arsitektur dzong.
Bhutan memiliki sejumlah hari libur umum, sebagian berpusar pada festival musiman, sekuler, dan keagamaan, yang termasuk Dongzhi (sekitar 1 Januari, menurut sistem penanggalan berdasarkan peredaran Bulan), Tahun Baru menurut peredaran Bulan (Februari atau Maret), hari UlTah Raja dan perayaan penobatannya, permulaan musim monsun resmi (22 September), Hari Nasional (17 Desember), dan sejumlah perayaan Buddha dan Hindu. malahan hari libur sekuler memiliki nada tambahan keagamaan, termasuk tari keagamaan dan doa keselamatan hari.
Tari topeng dan sendratari adalah segi tradisional umum pada festival, biasanya disertai dengan musik tradisional. Tarian yang penuh semangat, mengenakan topeng kayu berwarna dan kostum luwes, menampilkan pahlawan, setan, kepala mati, hewan, dewa, dan karikatur orang awam. Para penari menikmati perlindungan kerajaan, dan melestarikan adatrakyat dan keagamaan kuno dan mengabadikan pengetahuan dan seni kuno pembuatan topeng.
Bhutan hanya memiliki 1 surat kabar pemerintahan (Kuensel) dan 2 surat kabar swasta yang kini diluncurkan, 1 televisi milik pemerintah dan beberapa stasiun radio FM.
^"Gini Index". World Bank. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 June 2014. Diakses tanggal 22 September 2019.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
^India's Ministry of External Affairs provides financial aid to neighbouring countries under "technical and economic cooperation with other countries and advances to foreign governments." The Tribune, ChandigarhDiarsipkan 2005-07-22 di Wayback Machine.
^"Bhutan". City Population.de (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-10-05. Diakses tanggal 2021-08-23.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)