| Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. Harap perbarui artikel dengan menambahkan informasi terbaru yang tersedia. |
Binarundak adalah tradisi membakar nasi jaha bersama-sama pada saat lebaran, kemudian memakannya ramai-ramai.
Sejarah
Binarundak merupakan salah satu jenis makanan khas di wilayah Bolaang Mongodow Raya, Provinsi Sulawesi Utara. Binarundak untuk sebagian besar warga di Sulawesi Utara mengenalnya dengan sebutan Nasi Jaha, atau di Gorontalo dikenal dengan sebutan Nasi Bulu. Di beberapa tempat di pulau jawa, Binarundak dikenal dengan sebutan Lemang. Binarundak ala Bolaang Mongodow Raya ini rasanya lebih gurih karena santan.
Di Kelurahan Motoboi Besar, Kecamatan Kotamobagu Timur, Kota Kotamobagu, Provinsi Sulawesi Utara.[1] Binarundak bahkan telah menjadi ikon. Tak tanggung-tanggung, di kelurahan tersebut telah berdiri sebuah Tugu Binarundak dengan tinggi 18 meter, besar lingkaran bangunan 70 Centimeter, dan diameter alas seluas 1 1/2 meter. Tugu itu berdiri tegak dan kokoh di tengah kampung dan diresmikan oleh Wali Kota Kotamobagu Ir. Tatong Bara pada Tanggal 2 Agustus 2014.
Makan Binarundak di Kelurahan Motoboi Besar bahkan telah menjadi tradisi tersendiri. Warga setempat rutin menggelar perayaan Lebaran Binarundak setiap tahunnya, tepatnya sepekan setelah perayaan lebaram Idul Fitri. Digiatkannya tradisi Binarundak atau makan binarundak secara massal ini, berangkat dari ajang silaturahmi dan ajang reuni para perantau dengan sahabat lama, setelah sekian lama berpisah.
Tradisi Binarundak ini terinspirasi terinspirasi dari tradisi yang lazim dilaksanakan tujuh hari setelah Idul Fitri oleh masyarakat Jaton (Jawa Tondano) di Minahasa atau Gorontalo. Bedanya, selain waktu pelaksanaaan, juga jenis makanan yang disajikan. Tradisi Binarundak sendiri sengaja dibuat warga yang pulang mudik dari rantau seperti dari Jawa, Sumatera, Kalimantan ataupun dari beberapa daerah lainnya di Sulawesi dan Maluku. Selain jadi rangkaian perayaan Idul Fitri, tradisi ini juga merupakan ajang bermaaf-maafan sebelum pemudik kembali ke tanah perantauan.
Pada puncak perayaannya, berton-ton sabut kelapa dan bahan Binarundak bakal diadakan warga untuk persiapan pembuatan Binarundak. Sepanjang ruas jalan kelurahan tersebut akan terhampar bahan bakar binarundak, bahkan arus lalu lintas di sejumlah titik pun bakal dialihkan karena pusat kegiatan itu berada tepat di tengah jalan antara 4 lingkungan yang ada di Kelurahan tersebut. Asap lebat dari pembakaran Binarundak pun akan mengiasi langit-langit daerah tersebut.
Bahan Baku Binarundak
Binarundak adalah jenis makanan yang pengolahannya terbilang unik. Dengan perpaduan bahan di antaranya, beras ketan bercampur racikan rempah dan bumbu yakni bawang merah, jahe,,serai, santan dan lain-lain. Campuran beras ketan dan bumbu tersebut kemudian dimasukkan ke dalam batang bambu yang dilapisi daun pisang. Tak sampai di situ, bambu tersebut kemudian dibakar menggunakan sabut kelapa bercampur tempurung.
Referensi
Lihat pula
Pranala luar