Kayı atau Suku Kayi ( Turki Tengah : قَيِغْ aksara romawi:qayïγ atau hanya qayig ; bahasa Turki: Kayı boyu , bahasa Turkmen: Gaýy taýpasy ) adalah orang-orang TurkiOghuz dan sub-cabang dari federasi suku Bozok . Dalam Kamus Bahasa Turki , salah seorang ulama Kekhanan Kara-Khanid abad ke-11 Mahmud al-Kashgari mengutip Kayı sebagai salah satu dari 22 suku Oghuz, beliau mengatakan bahwa Oghuz juga biasa disebut Orang-orang Turkmen .[2] Nama Kay berarti " orang yang memiliki kekuasaan dan kekuatan melalui hubungan ".
Asal
Dalam karya sejarahnya Shajara-i Tarākima, seorang Khan dari Khiva dan sejarawan, Abu al-Ghazi Bahadur, menyebutkan Kayı sebagai salah satu di antara 24 suku Turkmenistan ( Turki Oghuz ) kuno, yang merupakan keturunan langsung Oghuz Khagan . Oghuz Khagan adalah sosok semi-legendaris yang dianggap sebagai nenek moyang kuno orang-orang Oghuz Turki. Kayı diterjemahkan sebagai "kuat". Dalam karya sejarahnya yang luas “ Jami' al-tawarikh ” (Kumpulan Legenda-legenda), negarawan sekaligus sejarawan IlkhanateRashid-al-Din Hamadani juga mengatakan bahwa suku Kayı ini berasal dari cucu tertua dari 24 cucu Oghuz Khan yang merupakan nenek moyang suku Oghuz kuno, dan arti nama Kayı berarti "kuat".
Seorang Sinolog dan Turkolog bernama Yu. Zuev berdasarkan analisa terhadap nama-nama suku dan tamga dari kitabTang Huiyao, mengidentifikasi sejumlah suku turki kuno di Asia Tengah sebagai suku-suku Oghuz-Turkmen , salah satunya ialah Suku Kayi , yang dikenal oleh orang China sebagai Xí 奚 (< MC *γiei). Setelah menguji Sumber-sumber China dan mengkonsultasikan karya-karya ilmuan lain (Pelliot, Minorsky), Zuev mengajukan bahwa Suku Kay memiliki hubungan dengan kumpulan suku proto-Mongolic Xianbei Yuwen Xiongnu dan bahwasanya Suku Kayi secara etnis and linguistik memiliki hubungan dengan logat bahasa Mongol Khitans, sebelum diketahui sebagai salah satu suku Oghuz-Turkmen pada abad ke-9.[3] Begitu pula, salah seorang ilmuan Hungaria Gyula Németh (1969) menghubungkan Kayı(ğ) pada (para-)Mongolic Qay/Xí, dimana orang Tibet mengenalnya dengan nama Dad-pyi dan Göktürks mengenalnya sebagaiTatabï; meskipun, tesis Nemeth ini dibantah salha satunya oleh Mehmet Fuat Köprülü . Kemudian, Németh (1991) mengajukan bahwa Rumpun bahasa Mongol.Qay adalah derivasi dari akar rumpun bahasa Turki.qað- yang berarti "snowstorm, blizzard" (badai salju); namun demikian, Golden menyimpulkan beberapa poin bahwa Qay memiliki beberapa Mongolic etimologi: ɣai "malapetaka", χai "kata seruan kesedihan", χai "mencari", χai "memotong".
Meski begitu, Köprülü menolak upaya ilmiah untuk menghubungkan Qay/Xi yang dulunya Mongol dengan suku Turki Oghuz Qayı(ğ); ia menunjukkan bahwa Dīwān Lughāt al-Turk karya Kashgari membedakan suku Qay dari cabang/sub-suku Qayığ dari suku Oghuz-Turkmen.[4][5]
Menurut tradisi Ottoman, Osman I, pendiri Kekaisaran Ottoman, adalah keturunan dari suku Kay.[6][7][8][9] Bagaimanapun, klaim ini, , telah dipertanyakan oleh banyak sejarawan modern. Satu-satunya bukti Utsmaniyah keturunan Kay datang dari silsilah yang ditulis selama abad kelima belas, lebih dari seratus tahun setelah kehidupan Osman. Lebih penting lagi, silsilah paling awal yang ditulis oleh Utsmaniyah sama sekali tidak mencantumkan referensi tentang keturunan Kay, hal ini menunjukkan bahwa klaim ini mungkin dibuat di kemudian hari.[10]
Narator rakyat Oghuz- Turki yang terkenal, peramal dan penyair Gorkut-ata (Dede Korkut) berasal dari suku Kay.[11] Pada abad ke-10, Negara Bagian Oghuz Yabgu di Asia Tengah dipimpin oleh pemimpin tertinggi (atau Yabghu ) yang berasal dari suku Kayi.[12]
Menurut arkeolog dan etnografer Soviet Sergey Tolstov, pada Abad Pertengahan sebagian dari suku Kayi pindah dari Asia Tengah ke Ukraina modern, mereka dikenal dalam Kronik Rusia Kuno sebagai kovuy dan kaepichi sebagai salah satu suku yang membentuk konfederasi suku Turki yang disebut Chorni Klobuky (atau Karakalpaks) yang merupakan sekutu dari khaganat Rurikid dari Rus Kiev .[13] Meskipun mereka disebutkan di antara suku-suku anggota konfederasi Chorni Klobuky Turki bersama dengan suku-suku Turki lainnya seperti Pechenegs, Berendei dan Torks sebagai "Kaepichi" atau "Kovui" dalam kronik kontemporer di zamannya dan tidak ada penyebutan lain dari Mongolic atau suku para-Mongolic di sekitar Ukraina pada abad ke-12, meskipun Golden Horde menganggap Kaepichi sebagai keturunan Qay para-Mongolic.[14] Menurut ahli bahasa dan turkologi Soviet - Rusia yang terkenal A. V. Superanskaya, asal usul nama kota Kiev dikaitkan dengan suku Kay:
"Seperti yang disaksikan oleh para etnografer, orang-orang yang "murni" secara etnis tidak dan tidak mungkin ada. Sebaliknya, orang-orang baru muncul dari campuran etnis dua atau lebih suku, biasanya percampuran tersebut mengasimilasi fitur terbaik dari masing-masing. Ada banyak legenda rakyat bahwa awal suatu bangsa diletakkan oleh dua (atau beberapa) bersaudara. . . Rupanya, ada hal serupa di balik legenda Kiy, Schek, Horev, dan Lybed. Nama suku Kyy (Kiy) merujuk pada orang-orang Turki kuno. Hal ini masih ada daintara nama - nama struktur kesukuan masyarakat Turki modern ”.[15]
Warisan suku Kayi
Di Anatolia, dua puluh tujuh desa menyandang nama Kayı .[16]
Di Turkmenistan, suku Kayı adalah salah satu divisi utama Turkmens Gekleng yang tinggal di Provinsi Balkan dan terdiri dari klan berikut: adnakel, ak kel, alatelpek, bagly, barak, burkaz, ganjyk, gapan, garabalkan, garawul, garagol, garagul, garadaşly, garakel, garga, garyşmaz dan lain-lain. Kayı juga merupakan sub-suku dari Turkmens Bayat dari Provinsi Lebap .[17]
^Махмуд ал-Кашгари (Mahmud al-Kashgari) (1939). "Диван лугат ат-турк (Dīwān Lughāt al-Turk)" (dalam bahasa Russian). Москва-Ленинград (Moscow-Leningrad): АН СССР (USSR Academy of Sciences). Огуз — одно из тюркских племен (кабиле), они же туркмены...Второй (род) — Кайыг/(Oghuz - one of the Turkic tribes (kabile), they are also Turkmens. Second (clan) - Kayig)Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^
Kafadar, Cemal (1995). Between Two Worlds: The Construction of the Ottoman State. hlm. 122. That they hailed from the Kayı branch of the Oğuz confederacy seems to be a creative "rediscovery" in the genealogical concoction of the fifteenth century. It is missing not only in Ahmedi but also, and more importantly, in the Yahşi Fakih-Aşıkpaşazade narrative, which gives its own version of an elaborate genealogical family tree going back to Noah. If there was a particularly significant claim to Kayı lineage, it is hard to imagine that Yahşi Fakih would not have heard of it.